T u j u h

960 71 8
                                    

Smana kedatangan tamu tak diundang. Anak SMA Cempaka, datang-datang langsung nendang pagar sekolah pakai motor. Berusaha nerobos masuk sambil ngelemparin gas airmata, petasan, dan batu. Keributan tersebut kedengeran sampai kelas akhir, ipa 4.

Mengundang pekikan histeris dari beberapa siswa-siswi yang kebetulan lewat koridor depan gerbang. Ada yang kena gas airmata juga petasan karena ada yang sengaja ngelempar kearah mereka.

Prang!

"AAAA MATA GUE! PERIIIHH"

Salah satu siswi berteriak keras karena terkena pecahan kaca dari gas. Hal itu menbuat murid-murid dikelas ips satu kalang kabut berlarian keluar dari kelas. Beberapa dari mereka terluka karena terkena petasan.

"SEMUANYA! JANGAN PANIK, SILAHKAN BERKUMPUL DIAULA. SEMUA MURID DIWAJIBKAN BERKUMPUL DISANA AGAR TERHINDAR DARI SERANGAN MEREKA! YANG TERLUKA AKAN DIOBATI DISANA!"

Ian, Leon, dan Kanglim langsung keluar kelas menuju kelas ipa 4 yang berada paling belakang. Mereka dari tadi gelisah, takut keadaan kekasih mereka jauh dari kata baik.

Tiba-tiba Leon berseru. "Itu dia! HEEWONNIIIEE!" Ian dan Kanglim langsung menatap arah pandang Leon yang dimana ada Heewon, Gaeun, Sara dan Hyunwoo yang sedang berlari juga. Tapi tunggu .. Dimana Hari? Kanglim semakin mempercepat kan langkahnya ketika tak mendapati pacarnya disana.

"Woo! Dimana Hari?!" Tanya Kanglim dengan kencang. Hyunwoo menoleh sambil merangkul pundak Sara.

"Hari? Dia sama—Lah?! Nying! Ra, tadi Hari sama kita kan?!" Sara mengangguk keras tanda mengiyakan ucapan Hyunwoo. Kanglim semakin panik, ini ceweknya kemana?!

Sebuah petasan mengarah ke mereka berenam, bukan hanya satu tapi tiga petasan sekaligus. Sontak Leon, Ian, dan Hyunwoo menyembunyikan cewek-cewek mereka ditembok. Sedangkan Kanglim ikut bersembunyi dibalik tembok

"Sst... Tenang, jangan nangis." Bisik Ian mengusap lembut puncak kepala Gaeun, tubuh gadis itu bergetar ketakutan.

"Ian, Hari kemana? Tadi masih sama kita kok sekarang gak ada?" Tanya Gaeun dengan suara serak, matanya berkaca-kaca. Sungguh, ia mengkhawatirkan sahabat sejatinya itu.

"EUN! AWAS!" Teriak Heewon tiba-tiba karena matanya tak sengaja menangkap sebuah gas air mata mengarah pada Gaeun.

Gaeun yang pada saat ini belum siap menghindar karena sibuk mengatur nafas refleks menutup mata saja. Setelah ia tak merasakan apapun, tubuhnya didorong menubruk tubuh seseorang, lalu sebuah tangan melingkari perutnya

"HARI!" Gaeun membuka matanya, ia melihat Hari berdiri didepannya sambil melempar balik gas air mata ke perumputan taman sekolah.

Hari yang datang tiba-tiba itu cuman tersenyum, "Ah, gue gak apa-apa kok." Nafasnya tampak terengah-engah, peluh memenuhi pelipis, ia menatap tangannya yang melepuh karena memegang benda tadi tanpa pengalas. "WOY! SINI LO BANGSAT! LO UDAH BIKIN PACAR DAN TEMAN GUE HAMPIR LUKA ANJING!" Teriaknya mengacungkan jari tengah pada orang-orang dari Sma Cempaka itu.

Kemudian beralih menatap Kanglim yang kini menarik tangannya yang satu, mengajaknya berlari kembali. Menuju aula. Diikuti sahabatnya yang lain.

"WOY! DIMANA P3K NYA?!!?" Hari tersentak kaget begitupun yang lainnya liat Kanglim membentak anak Pmr saat sampai diaula.

"Sayang, kamu buat mereka takut" Ujar Hari mengusap pelan jemari Kanglim yang menggenggam tangannya. Salah satu anak pmr datang nyerahin kotak p3knya dengan gemetar, Kanglim dengan cepat mengambil, terus buka kotaknya dan cari alkohol, Betadine, dan kapas dengan acak-acakan.

"Kanglim, tenang yah? Tangan aku gak apa-apa kok"

"Gimana mau tenang kalau pacar aku luka gini?" Suara Kanglim yang serak nan bergemetar bikin Hari terdiam. Ngebiarin Kanglim ngobatin tangannya, sementara tangannya yang nganggur mengusap pipi pria bermanik zamrud itu dengan lembut.

"Jing, bisa-bisanya mereka romantisan di keadaan seperti ini" Cibir Hyunwoo menatap keuwuan itu malas. Tangannya entah sejak kapan beralih merangkul pinggang ramping Sara.

Sara tersenyum miring mendengarnya. Secara tiba-tiba ia melompat ke pelukan Hyunwoo, tentu membuat pria itu refleks memeluk pinggang. "Lo mau juga uwu-uwuan kayak mereka 'kan? Gini aja udah" Cicit Sara pelan, tangannya memeluk leher jenjang Hyunwoo erat.

Hyunwoo melotot. "Gak disini juga Sarayaangku!!"

"Serius anjir?!"

"Iya gue gak bohong tentang ini. Mungkin itu ngebuat mereka nyerang sekolah"

Gaeun yang berada disamping Ian sambil duduk itu menoleh kebelakang dimana ada dua anak siswi sedang berbincang hal yang didengar Gaeun tadi.

"Emm ... Permisi" Sapa Gaeun membuat kedua orang tadi terperanjat lalu menoleh kearahnya.

"Iya? Eh .. Gaeun? Pacarnya si ketos?" Gaeun hanya tersenyum malu menanggapi. "Kenapa?" Tanya dia mengangkat sebelah alisnya.

"Itu.. Ayu tadi ngomongin apa?" Tanya Gaeun pada Ayu.

Ayu mengeryit, sebelum mengangguk mengerti. "Oh tadi. Katanya sekolah diserang karena kesalahan anak Smana." Ujarnya, melihat tatapan bingung Gaeun, ia hendak melanjutkan.

"Anak-anak berandalan yang sering nongkrong dibelakang sekolah katanya nge-pw 25 siswi di Sma cempaka" Timpal anak disebelah Ayu yang Gaeun tahu namanya Kinan.

Gaeun terhenyak sebentar. Setelahnya ia tersenyum tipis. "Oh gitu, kalian percaya gak?"

Kedua serempak mengedikkan bahu. "Maybe yes or Maybe not sih. Karena soalnya kelakuan mereka mencurigakan, pernah sekali gue liat mereka mangkal didepan bar punya koo jasico waktu gue pulang sore habis eskul"

Gaeun terdiam mendengarnya, mata ungu miliknya melirik Hari yang tampak begitu terhanyut menatap kedepan dimana para guru sibuk mondar-mandir. Entah melakukan apa guru itu.

Gaeun kembali menatap Ayu dan Kinan sembari tersenyum manis. "Makasih ya info nya." Ucap Gaeun ceria kemudian berbalik menghadap depan.

"Kamu gak apa-apa kan?" Tanya Heewon pada Leon yang kini menatapnga seraya tersenyum tipis.

"Harusnya aku yang nanya sama kamu" Balas Leon, kali ini ia cemberut.

"Aku gak apa-apa kok. Kan tadi kamu ngelindungin aku."

Leon menyengit. "Cringe ew." Sahut Hari dari sampingnya membuat Leon menoleh sinis.

"Apa sih lo sirik aja."

"Sorry to say ya sepupu ku yang terjelek, gue udah punya cowok yang ngejagain gue setiap saat."

"Cringe ew."

Sepupuan tapi gak akur. Kek gue.

TBC

Gue sih seneng aja cerita ini kedalam list kalian, banyak yang komen, tapi kok gue ngerasa kecewa dan sedih ya? Di banyaknya pembaca cb ini, hanya sedikit yang vote. Bahkan mungkin gak sampai 10 mungkin. Itu bikin gue sempet kepikiran buat nge-unpub cerita ini. Setuju gak sama pemikiran gue kayak gini? Terdengar egois sih emang. Tapi mau gimana lagi, gue nggak bisa memaksakan diri buat terus menerus mikir perasaan kalian sementara gue nggak mikir perasaan gue sendiri.

Bucin Bapak Ketua!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang