E n a m

934 62 11
                                    

Hari merenggangkan otot tangan, dan leher nya secara perlahan. Memang ia melakukan itu perlahan, tapi bunyi krek nya keras banget cuy. Sampai-sampai orang-orang yang kebetulan lewat koridor tempat dia berdiri bergidik ngeri. Bukan hanya itu, waajh Hari yang sudah sangar menjadi tambah sangar.

Biasanya, kalau si Hari udah kayak gini berarti—

BRAAK!

"BAYAR UANG KAS! CEPETAN GAK PAKE LAMA!" Kan. Anak-anak teman sekelasnya terperanjat kaget. Terus gelagapan waktu liat muka Hari garang banget. Ada yang langsung ngerogoh saku buat ngambil uang, ada yang mendap-mendap kabur lewat jendala tapi sayangnya,

"YANG KABUR GUE DROP OUT DARI SEKOLAH. YANG GAK BAWA UANG SILAHKAN BERJEMUR DI LAPANGAN OUT DOOR, YANG GAK MAU BAYAR SELAMAT MENDENGARKAN CERAMAHAN BU HIKMAH YANG SEPANJANG JALAN KENANGAN BERSAMA MANTAN. YANG BERBOHONG BILANG GAK BAWA UANG KEK JANJI DIA YANG BILANG GAK ADA WAKTU PADAHAL LAGI JALAN SAMA DIA, itu dosa lo"

Siswa-siswi kelasnya langsung berhenti melakukan pergerakan yang disebutkan Hari. Mereka natap cewek itu melongo. Hyunwoo tertawa terbahak-bahak diikuti Sara yang ngakak ampe guling-guling. Heewon sampai geleng-geleng karena kelakuan sahabat dari oroknya itu, sambil nutup telinga Gaeun yang cuman pelanga-pelongo.

"Riii, lo kenapa sih? Kek nya emosi banget." Tanya Naya—Wakil ketua kelas—mengeryit heran sambil nyerahin uang 50rb ke Hari. "Ini untuk lima hari ya ri"

Nyerahinnya baik-baik tapi cewek berambut coklat itu malah nerimanya dengan kasar terus catat gak ikhlas. Naya terperangah ditempat. "Berisik deh lo. NEXT! DUA DETIK GAK ADA YANG DATENG, BERSIHIN SATU SEKOLAH" Ancaman Hari itu tak pernah main-main, makanya dalam dua detik, siswa-siswi yang belum pada bayar langsung ngacir ke tempat Hari.

Semuanya udah bayar, tersisa Hyunwoo, Gaeun, Sara, dan Heewon yang belum.

Mereka udah ketempat Hari kecuali Hyunwoo yang diam-diam mundur kearah kelas. Sesekali melirik Hari was-was, takut ketahuan.

"Bangsat! Jangan kabur lagi lo!" Sara nahan Hyunwoo yang sudah megang gagang pintu. Hyunwoo menyengir,

"Karena lo udah gak bayar seminggu. Tagihannya naik jadi, 80rb. Itu gabung dengan hari ini" Ucap Hari yang entah sejak kapan berada disisi kirinya. Membuat Hyunwoo terlonjat kaget.

"Eh? Hari, makin cantik aja lo" Hari memutar bola matanya malas, Hyunwoo lupa ya? Kalau dia tak akan luluh jika ada yang berkata dirinya 'cantik' kecuali Kanglim yang mengatakannya.

"Gak usah ngeles lo. Bayar cepat!"

"Ri! Serius! Gue gak bohong kali ini! Gue gak bawah uang!"

Gaeun mengeryit heran. "Berarti selama ini Hyun boong ya sama Hari?" Hyunwoo langsung memaki Gaeun dalam hati. Tak mungkin ia mengumpati secara langsung ke kekasih Ian itu, yang ada dia langsung gosong  dipanggang.

"Udah kebal gue Eun. Woo, Lo berjemur dilapangan sana! Gak usah ngebantah! Ada sara nemenin lo"

Sara melotot tak selow. "Oi! Kenapa harus gue?"

"Lo ceweknya." Cewek berambut merah itu mencibir kesal, kemudian ia menyeret Hyunwoo keluar kelas menuju lapangan.

"Sayaang, kok akunya diseret sih?!"

"Bacot."

Heewon berjalan menghampiri Hari yang kini menghela nafas lelah. Lalu memegang pundak kanan Hari. "Lo kenapa ri?" Tanya Heewon ditanggapi tatapan bingung oleh Hari.

"Gue? Gak papa tuh. Mang napa won?" Hari malah bertanya balik. Bikin Heewon curiga, tapi dia gak nanya lebih dalam lagi, maka dari itu dia cuman ngegeleng.

Bucin Bapak Ketua!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang