L i m a

919 61 4
                                    

"Ian!" Panggil Gaeun keras, nadanya terdengar sebal. Ian yang sedang belajar langsung mengangkat kepalanya.

"Hm?" Ian menjawab dengan deheman. Bibirnya sedikit tertarik keatas melihat lengkungan bibir Gaeun yang kebawah. Imut sekali gadisnya ini.

"Masa' tadi ada yang minta nomor Euunn waktu pergi beli minuman" Adu Gaeun seraya duduk disamping Ian.

Kening Ian membuat perempatan. "Terus kamu kasih gitu?" Tanya Ian. Matanya seketika melotot saat Gaeun mengangguk sambil mengunyah. Ian menggeram, mau marah tapi tak bisa. Takut Gaeun terkejut dan menjadi ketakutan padanya.

Ian menghela nafas. "Gaeun, aku udah pernah bilang. Jangan kasih sembarang orang nomor kamu"

Gaeun mengangkat kedua alisnya. "Yang bilang ngasih nomor Eun siapa?" Tanya Gaeun dengan pipi menggembung karena ia sedang memakan dimsum. Menambah kesan imut di wajahnya. Kalau begini, Ian mana bisa marah? Tangannya terangkat mencubit pelan pipi gadis itu.

"Hm, kamu gak kasih nomor kamu? Terus kamu tadi kasih nomor siapa?"

Gaeun merogoh sakit roknya kemudian mengeluarkan ponselnya. Ia menunjuk ponsel itu menggunakan telunjuknya. "Eun kan gak hapal nomor baru Eun. Jadi, Eun kasih nomor Ian aja"

Ian terbahak tampan. Beberapa pergunjung taman melihatnya terperangah, sungguh tak percayaa ada manusia setampan ini didunia.

"Ian jangan ketawa gitu ih, diliatin banyak orang tau!"

Spontan pria berambut silver itu menghentikan tawanya, Ian menatap Gaeun kemudian memeluknya erat. "Bagus deh. Ada untungnya kamu gak hapal nomor hp kamu" Ucapnya sembari menepuk-nepuk puncak kepala Gaeun.

Gaeun menyengir. "Hehe ... Ehh, tapi Eun sempet foto bareng sama dia tau" Ia membuka ponselnya, membuka galeri, dan menunjukkan sebuah foto dirinya bersama seorang pria.

Ian yang tadinya tersenyum berubah menjadi datar, kesalnya datang kembali. "Nih, namanya Neol. Manis banget gak sih dianya?"








"Stop Eun." Kesal Ian

🍂🍂🍂

"Ngapa sih kamu?!"

"Katanya mau peluk."

"Kata siapa? Pelut pilar depan aja sana"

"Kok gitu?! Kan ini maunya kamu ih"

"Ngadi-ngadi!"

Leon mencebikkan bibirnya kesal. Heewon ini dari tadi marah-marah mulu, pengaruh Pms. Apa saja yang ia lakukan pasti selalu salah, untung ia sudah sedikit kebal.

"Yaudah deh. Kamu udah gak mau apa-apa lagi kan? Kalau udah aku mau pergi latihan sepak bola dulu" Alibi Leon, ia berpura-pura beranjak dari karpet. Hendak keluar, tapi suara Heewon menghentikan semuanya. Itu membuatnya tersenyum miring.

"Leon..."

"Hm?" Leon berdehem tanpa menoleh.

"Mau kemana?" Tanya Heewon pelan

"Latihan. Tadi udah dibilang kan"

"Kamu marah?"

Leon tak menjawab. Ia kembali berjalan menuju pintu kamar Heewon. Tangannya terangkat memegang gagang pintu, hendak mendorongnya.

"Hiks .. Hiks"

Benar dugaannya, Heewon selalu seperti ini jika sedang datang bulan. Makanya berpura-pura mau pergi latihan agar Heewon menyerah, padahal hari ini ia tak ada jadwal.

Leon berbalik dan berjalan kearah Heewon yang meringkuk dikasur sambil terisak. Pria itu mendudukkan dirinya disamping kekasihnya.

"Kenapa nangis?"

"Hiks—maafin aku"

"Kenapa minta maaf?"

"U-udah bikin ka-kamu kesel hiks..."

"Iyaaa."

"Kok iya doaang?" Tanya Heewon langsung bangun dan duduk dikasur, natap Leon kesal.

Leon mengeryit kan dahinya bingung. "Terus aku harus apa?" Tanya Leon tidak tahu atau ... Pura-pura tidak tau

Heewon merentangkan kedua tangannya. Leon terkekeh kecil lalu membawa Heewon kedekapannya dengan erat.

"Manja banget ih."

"Biarin. Selama itu sama kamu."

TBC

Bucin Bapak Ketua!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang