iii. two cups of cereal

438 100 43
                                    

hi ladies and gentlemen🙆

ngl, i'm still unmood rn. so i update this chapter which i wrote it a few days ago.

eggies who waiting for them, it's okay to feel not okay. we cant do anything except waiting and keep waiting. and also support them wherever we can.

i lost my control yesterday and spamming their twt account, qrt with my babbling. i typed it in javanese. sounds crazy.

i wish you guys dont do the same as me.















.




"Hanbinie maaf...."

"..."

"Hanbinnn. Maaf yaa? Ya?"

"..."

Nicholas nggak akan jera untuk minta maaf meski selalu dicuekin. Dari kemarin siang sampe pagi ini masih kekeuh ngambek, nggak ngegubris Nicholas barang sedikitpun.

Orangtua cowok manis itu berangkat kerja sejak tadi, dan Nikol yang tau itu jelas memanfaatkan sikon dengan ngintilin kemanapun dia pergi.

Hanbin masih tak acuh. Sabodo amat mau piyamanya ditarik-tarik atau 1001 cara caper yang dilayangkan ke dia.

"Ummhh"

Kaki kecilnya berjinjit dengan tangan berusaha menggapai kardus sereal di rak makanan paling atas dapurnya. Nicholas yang ngeliat itu terkekeh pelan lalu menggigit bagian dalam mulutnya, nggak mau sampai terdengar dan berujung membuat dia makin dicuekin karena nyebelin.

Settt--

Kardus sereal tadi dengan gampang dijangkau tubuh jangkungnya. Namanya Nicholas nggak mungkin nggak pandai memanfaatkan situasi. Begitu sereal tadi berhasil dia dapatkan, tubuh yang lebih pendek berbalut piyama motif kelinci itu dia kunci pergerakannya dengan satu tangan kekarnya.

"Ihh Nicholas lepasin!" badannya meronta brutal dari dekapan makhluk bongsor di belakangnya.

Nicholas nggak memberi respon yang berarti. Hanya meloloskan tawa renyahnya ngeliat muka sebel cowok yang lebih tua darinya itu. Lengannya merapatkan jarak mereka dengan menarik lembut tubuh itu hingga menempel sepenuhnya di dada bidangnya, bahkan dagunya bisa dengan mudah ia topangkan di puncak kepala Hanbin. Satu tangannya yang bebas mengacak gemas helai rambut halus harum strawberry itu lalu kembali menopangkan dagunya di sana. Tinggi keduanya mempunyai selisih cukup jauh.

"Maafin dulu makanya"

"Nggak ada orang yang minta maaf dengan jalur maksa kayak kamu! Ahh au ah! Makin kesel sama kamu!"

"Bukan maksa, kan gue cuma ngasih penawaran. Kalo nggak maafin ya bakal gini terus seharian"

"Modus!"

"Oportunis namanya."

"Humph!" pipinya menggembung sebal.

Cowok tukang numpang segalanya itu makin ngelunjak lama-lama. Cuma semalem doang dia kembali ke kosannya yang ada entah dimana, Hanbin nggak peduli dan nggak mau tau, lalu kembali lagi ke rumahnya untuk ngerusuh kayak sekarang ini. Pagi tadi dia datang dengan kaos hitam dan celana jeans entah berumur berapa abad yang warnanya nyaris pudar, ngingetin Hanbin dengan kali pertama mereka ketemu beberapa hari lalu. Jangan beri tau siapa-siapa, tadi Hanbin sempat berpikir kalo Nicholas ganteng banget dengan pakaian simpel begitu.

"Gue mau. Bikinin juga dong." udah meluk seenaknya, bikin kesel, minta makan pula.

"Preman kayak kamu nggak cocok makan sereal warna-warni kayak gini."

i see the light; nichobin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang