hello again my dear!❤️
.
Berhari-hari Nicholas masih betah jadi penunggu rumah pohon, nyolekin pipi Hanbin tiap cowok itu masih tidur, ngintilin minta sereal buat sarapan, dan pastinya ngejulidin Kei tiap mampir ke sana. Tapi selama itu Nicholas masih belum berani nampakin dirinya di depan muka ortu Hanbin. Kemarin pas ke-gap aja cuma bisa nyengir dan ngaku-ngaku jadi kurir JNE.
Iya, kurir yang berhasil mengantar barang berupa hati tanpa damage .g
"Bin, jalan-jalan yuk?" ajaknya di depan cermin, iseng nyoba pake headband merah punya Hanbin. Merasa ganteng.
"Jalan kemana—ehh baguss! Kamu cocok pake itu!" pujinya dengan senyum lebar.
"Beneran nih bagus? Nggak malu-maluin kan kalo gue jalan sama lo?"
"Huum! Malu-maluin gimana coba? Yang ada aku yang dipandang aneh karena ngajak berondong kayak kamu:<"
"Dih mana adaa... Malah kita kayak couple goals tau." cengirnya jenaka. Kardigan pink di gantungan baju diambil lalu dipakaikan sebagai outer kaus stripped Hanbin. "Sekarang kan lagi ngetrend tuh yang seme-nya proporsional kayak gue trus uke-nya cebol gini. Yoi nggak?"
"Kamu ngatain aku cebol?!!"
"Ralat. Mungil."
"Ihh! Nicholas memang minta dipukul!"
"Dah ah ayo jalannn"
"Bentar! Aku pamit dulu sama orangtua ku..."
.
"AAAAAAAAAA!!"
Tangan Hanbin terentang sambil teriak lepas di bibir pantai. Rasanya kayak jadi napi yang baru bebas dari penjara.
"Widih. Lo harus coba audisi, Bin. Cocok tuh nge-highnote."
Nggak ngegubris celoteh Nicholas, Hanbin menggerakan tangannya dengan isyarat memanggil cowok itu untuk mendekat. "Teriak juga sini. Biar lega."
"Ngaruh?"
"Ya tadi aku coba"
"GUE MAU DUIITTTTTT!!!!"
Itu sih nggak realistis. Parah.
"Makanya kamu kerja dong. Bukannya ngegangguin aku mulu tiap hari. Cihh!"
"Halah sok ngerasa keganggu. Kemarin ae gue sekali nggak nongol depan muka lo pagi-pagi lo nya udah panik ngiterin balkon sama rumah pohon. Gini nih, "Ihh Nicho kemana yaa... Nicho kabur? Aduh, kok ngilang sihh?" Pfftt!!"
"Hobi banget sih ngeledek!!"
"Wleee~"
Bikin Hanbin marah itu satisfying. Kalian harus coba. Bahagia banget ngeliat cowok itu lari ngejar dia dengan kardigan pink terbang-terbang ketiup angin pantai, sedangkan langkah kaki kecil itu berusaha menyamai langkahnya yang jelas jauh lebih cepat karena Nicholas dari dulu terbiasa sprint tiap minggu.
"Hahh... Capekhhh..."
Tawanya berangsur terhenti ngeliat si mungil tertinggal jauh di belakangnya, kecapean.
"Naik." kakinya ditekuk untuk merendahkan tubuhnya. Bukan modus kok, ini tulus ngebantu. "Nggak mau naik gue dorong ke laut."
"Jahat! Aku kayak gini juga gara-gara kamu ngeselin!"
"Ya makanya naik_-"
"Humm sabar!" akhirnya dia naik juga ke punggung tegap yang lebih muda, malu-malu melingkarkan tangannya di leher sekaligus membiarkan hidungnya bisa dengan jelas menghirup wangi khas yang menguar dari leher. Padahal Nicholas mandi juga pake sabunnya dan baju yang dia pake sekarang aja punyanya, tapi wangi tubuh cowok itu selalu maskulin entah gimana.