02

9 0 0
                                    

Di bab kali ini aku akan memberi kalian pemahaman mengenai latar belakangku. Niandra, 23 Tahun, Anak tunggal, hidup di salah satu belahan dunia tentu saja. Alhamdulillah, dengan segala syukur yang berusaha selalu aku panjatkan kepada Yang Maha Kuasa, aku dibesarkan di keluarga yang berlatar belakang baik. Baik sekali malah. Orang tua yang perhatian dan lucu, penyayang, cukup sebagai orang tua idaman anak-anak. Alhamdulillah secara finansial, secara sosial, secara keluarga, pokoknya luar dalam kayak jalan tol. Mulus.

Dulu sewaktu kecil, selayaknya anak yang kebanyakan nonton sinetron anak tiri, aku cukup sering mendramatisir hidupku. Wkwkwk. Lucu juga kalo ingat beberapa hal yang aku sebutkan ini.

1. Dulu sering banget aku cemburu sama adik sepupuku. Karena kalo adik sepupuku itu main ke rumah, orang tuaku selalu lebih perhatian padanya. Terus pada akhirnya aku cuma bisa mojok di ujung kamar sambil nulis "Ibuk sama Bapak udah nggak sayang Niandra." ASTAGA! DASAR AKU!

2. Sewaktu kecil orang tuaku sibuk bekerja, alhamdulillah sampai sekarang juga sih. Hehe. Ibuk yang bekerja sebagai seorang guru SMP untuk pelajaran MATEMATIKA, dan bapak yang punya latar belakang medis juga bekerja jadi perawat nyambi sebagai tukang potong burung orang :(. Alhasil aku selalu ditinggal di rumah bersama mbak-ku.

Biarpun ditinggal cuma pas jam kerja aja, tapi tetep aja namanya anak kecil mah sedih yakan. Sampai dengan bodohnya aku ngebatin "Percuma punya uang banyak kalo nggak ada waktu di rumah. Aku cuma pengen bapak ibuk di rumah, nggak kemana mana."

Hmm, kalo diinget-inget lagi sambil nyapu rumah di pagi hari, sampai sekarang pun aku merutuki pikiran itu. Ya Allah, Niandra kecil. Kamu nggak tahu kerasnya hidup orang dewasa kalo nggak ada uang. 

Hahaha, dan banyak-banyak lagi cerita tentang 'Ke-tidak-bersyukuran-ku' semasa kecil yang tidak bisa aku ceritakan. Bapak dan Ibuk bukan tipe orang yang suka membuang barang tidak terpakai, mereka lebih suka menyimpan itu semua dengan dalih "kenang-kenangan. suatu saat pasti bakal kamu liat lagi" itu kata mereka.

Dan memang benar. Beberapa waktu lalu sewaktu aku membongkar almari lama, aku menemukan beberapa buku tulis SD, SMP, dan SMAku. Tentu saja yang paling menarik adalah buku SD. Waktu di baca ulang, aku cuma membatin, "Nin, kamu tuh dulu simple ya. Cerita kamu cuma perkara naksir cowok, bullyian anak SD nggak jelas, sedih cuma karena hal sepele, terus bahagia lagi karena hal lain."

Sedih juga pas baca beberapa tulisan anak SD-ku yang menurutku memang pantas buat ditulis oleh anak umur segitu. Belum banyak pikiran. Tapi sekarang...

Hmmm...

Intinya aku mulai mengerti, kenapa J. M. Barrie membuat tempat fiksi bernama Neverland, tempat di mana Peter Pan, Tinker bell, dan Lost Boys tinggal dan tidak pernah tumbuh dewasa. Bener, menjadi dewasa itu nggak sepenuhnya menyenangkan dan cenderung menakutkan.

Cerita tentang MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang