Ooohalloooo
Jangan lupa vote dan komennya yaww😉
Bantu ramein lapak ini hehe
Maaf kalo ada typo:)
Happy Reading 💚
.
.
.
.Brukk...
Setelah membuka pintu, belum sempat Arin melayangkan tongkat baseball, orang itu langsung terjatuh dan menimpanya. Bahkan tongkat baseballnya sampai terlempar karena saking terkejutnya Arin.
Tadinya Arin ingin berteriak, namun setelah mencium aroma tubuh orang ini Arin langsung tersadar kalau ini Jeno.
"Jeno???"
Yang datang barusan adalah Jeno dengan wajah penuh luka. Kedua pipinya lebam, sudut bibirnya berdarah, dahinya yang membiru dan pakaian yang kotor.
"Jeno, hei.. bangun." Arin mencoba membangunkan Jeno, namun nampaknya Jeno tidak mendengar ucapannya.
"Kenapa bisa gini sih. Aduh.."
Karena tidak mungkin terus-menerus dengan posisi seperti ini, Arin mencoba memindahkan Jeno ke sofa. Tapi ternyata berat, Arin tidak kuat. Badan Jeno yang besar, berotot, bagaimana bisa Arin kuat sedangkan dia kurus tidak berotot.
Tetapi Arin tidak menyerah, meskipun harus di seret Jenonya. "Kamu berat banget sih Jen." keluh Arin.
Dengan susah payah Arin menyeret Jeno ke sofa untuk berbaring disana daripada di lantai, dingin.
Akhirnya Arin bisa bernapas lega karena Jeno berhasil dia pindakan ke sofa. Arin mengatur posisi tidur Jeno supaya nanti kalau sudah bangun tubuhnya tidak sakit, meskipun percuma karena sofa ini sempit, mau bergerak juga tidak bebas.
Tapi Arin sudah tidak mampu menyeret Jeno ke kamarnya, untuk memindahkan ke sofa saja butuh tenaga yang kuat. Setelah memposisikan tubuh Jeno yang benar, Arin berjalan ke kaki Jeno untuk melepaskan sepatu yang Jeno kenakan, lalu kembali menatap wajah Jeno yang penuh luka.
"Kamu abis ngapain sih Jen, bisa sampe gini."
Tangan Arin terulur untuk menyingkirkan rambut Jeno yang ada di dahinya. Melihat wajah Jeno saja sudah membuatnya meringis, apalagi merasakannya langsung. Ah iya Arin lupa, dia juga pernah merasakan seperti ini dulu waktu di culik oleh kakak kelasnya. Itu sangat sakit.
Baru saja Arin ingin beranjak ke dapur mau mengambil kain dan air hangat tangannya di tahan oleh Jeno. Arin kembali menatap Jeno.
"Nuna.." Jeno membuka matanya dan menatap Arin dengan tatapan sayu.
Arin masih menunggu ucapan Jeno berikutnya.
"Maafin Jeno." katanya lemah.
"Maaf buat apa?" tanya Arin bingung. Bagaimana tidak bingung, seingatnya Jeno tidak berbuat salah apa-apa, malah Arin yang salah karena sudah terlalu memaksa tadi.
Jeno bangun dari posisi berbaringnya dan duduk di bantu dengan Arin. Tangan Jeno yang masih menggenggam tangan Arin menarik tangan Arin untuk masuk kedalam pelukannya.
Jeno menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Arin, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Arin dengan mata terpejam.
"Maaf." Arin terkejut dan tidak menyangka, apa dia salah dengar? Jeno terisak meskipun kecil suaranya.
Arin melepaskan pelukannya, "Jeno? Kenapa? Maaf Kenapa? Kamu gak ada salah sama aku, Kenapa minta maaf?" kata Arin sambil mengelus pipi Jeno yang lebam dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Noona - (?) [On Going]
ФанфикSequel of [1] Noona Buat yang belum baca [1] Noona baca dulu ya ❝ Terpaksa merelakan meskipun masih mencintai. Bukan merelakannya untuk orang lain, namun merelakannya kembali kepada sang pencipta. ❞ Start: 24 Mei 2021