Suasana hiruk-pikuk di sekolah itu kini telah kembali. Setelah hibernasi dari dua Minggu lamanya.
Aku melangkahkan kaki melewati mading yang sedang ramai-ramainya dikerumuni para human.
Memilih duduk di bangku taman tak jauh dari tempat itu, menunggu surutnya manusia yang berdesak-desakan mengerumuni mading.
Menguap lebar, aku masih merasakan kantuk berlebih. Memang dasar akunya saja yang tukang tidur.
"Aii!" teriak seseorang mendekat ke arahku, membuatku terlonjak kaget.
"Apa sih, Ra," ujarku malas. Aku bersandar pada kursi taman, sedang orang yang meneriaki ku tadi ikut terduduk.
"Lemes amat lo. Kayak gak punya gairah idup gitu," ucap Feyra Putri Malik atau yang biasa disapa Ira—salah satu dari dua sahabatku.
Si gadis dengan rambut sebahu, bar-bar dan jauh dari kata kalem.
Aku mengangguk singkat sebagai ungkapan bahwa aku menyetujui ucapannya itu.
Sedangkan namaku Rainy Dyandta, namun orang-orang kerap memanggil Ai. Aku sih oke-oke saja.
"Ra, ntar tolong sekalian liatin nama gue, ya," ucapku sambil memejamkan mata.
"Tidur mulu lo." Ira menyentil keningku. Membuatku refleks membuka mata dan balas menoyor kepalanya.
"Udah sepi noh," ujar Ira bangkit dari duduknya.
Dia berjalan lebih dulu dan aku ikut mengekor dengan ogah-ogahan.
Ira terpekik senang begitu aku sampai di depan mading. Dia melompat riang bersama Zee yang tertarik pasrah. Namun tak urung, terlihat raut semringah di wajahnya.
Auzora Zecta atau kerap dipanggil Zee, yang juga merupakan sahabatku. Gadis dengan rambut sepinggang dan bertubuh mungil, wajahnya imut namun terkadang tegas.
"Apa sih?" tanyaku heran.
Mataku melirik orang-orang yang masih berada di sekitaran mading, mereka memandang aneh pada kedua sahabatku yang bertingkah seperti anak kecil itu.
"Kita sekelas!" seru mereka kompak.
Mataku melebar. Bayanganku yang akan sering molor di kelas langsung buyar. Hidupku tak akan tenang jika aku dan kedua sahabatku disatukan dalam ruangan.
Aku yang begitu nolep, digabungkan dengan Ira yang tukang nyari ribut, dan Zee yang suka ngegas, galak pula.
Zee si goodgirl, anak rajin dan anggota OSIS, berbanding terbalik dengan Ira yang langganan dengan ruang BK tentunya. Mereka pasti tak akan membiarkanku tidur di kelas saat jam pelajaran.
"Kelas apa?" Suara bariton laki-laki tiba-tiba datang dan terdengar bertanya, bersamaan dengan salah satu tangannya bersandar pada bahu Zee.
"MIPA 2," jawab Zee.
"Sama," ucap pria itu. Dia Albiru—mantan Zee.
"Oh ya?!" tanya Zee dengan excited.
Bukan sama kelas dalam artian satu ruangan. Hanya sama embel-embel MIPA 2-nya saja, karena laki-laki itu sudah kelas 12. Sedangkan aku dan kedua sahabatku baru masuk di kelas 11.
"Lo berdua nih apa sih sebenernya?" tanya Ira greget sendiri.
Zee yang mendengar itu memukul pelan lengan Ira. Aku? Bersandar pada dinding mading, terlalu mengantuk untuk ikut-ikutan, jadi hanya memantau saja.
"Ish. Abis gue gedeg liat kalian, dibilang pacar tapi udah mantan, dibilang mantan tapi kayak pacaran," ucap Ira.
"Bagus dong, akur sama mantan. Nggak kayak lo," ucap Albi yang kudengar dengan nada meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
Teen FictionIni tentang Rainy Dyandta---salah satu gadis tak biasa---yang menuangkan segala kisahnya ke dalam karya untuk dapat dikenang dan dinikmati. Kembali ke masa lalu. Di mana saat dirinya bertemu laki-laki bernama Juno Keandra. Si pria vespa anak STM. Di...