1 - ETHAN ZAWYER

21.5K 373 26
                                    

---ZONA DEWASA---
---HARAP BIJAK---
---VOTE DAN KOMEN, YA!---


Lelaki tampan itu diam di balik kemudi mobil mahalnya. Pakaiannya yang dari pagi berupa setelan jas yang dijahit secara khusus kini hanya tinggal kemeja putih yang melekat pas di tubuh tegapnya. Sorot matanya tajam, bibirnya terlukis dengan cara yang kaku. Tidak ada senyum sama sekali yang terlihat meski itu hanya segurat tipis.

Ethan Zawyer namanya, lelaki berdarah Italia dengan fisik yang mendekati sempurnya. Hidup di Manhattan bersama dengan adiknya, Nadine Zawyer. Nadine-lah yang menjadi alasan mengapa Ethan kini berada di sana. Di depan sebuah universitas untuk menjemput perempuan itu.

Nadine lalu muncul dan masuk ke mobil itu, duduk tepat di sebelah bangku kemudi. Tanpa banyak bicara, Ethan segera menghidupkan mesin dan melajukan mobilnya.

“Bagaimana kuliahmu hari ini?” lelaki itu bertanya tanpa megalihkan fokusnya pada jalanan.

Nadine tersenyum riang, menularkan kebahagiaannya terhadap kakaknya yang tampan walaupun lelaki itu masih memasang wajah tanpa ekspresi. Raut muka kebangsaan Ethan Zawyer.

“Apa aku sudah bercerita? Aku punya teman baru yang saangat baik!”

“Laki-laki?” Ethan bertanya hati-hati.

“Perempuan. Namanya Ava.”

Ethan mengangguk paham. Selama bukan laki-laki dia tak masalah adiknya berteman dengan siapapun. Tujuannya hanya satu, menjaga adiknya dari laki-laki buas zaman sekarang. Ethan tahu dengan pasti kalau laki-laki abad ini—walau tak semuanya—hanya membutuhkan perempuan sebagai pelampiasan nafsu primitif mereka, dan bukan untuk dicintai. Ethan tahu karena dia bagian dari mereka.

“...dia tinggal bersama bibinya yang serakah. Kasihan sekali ... Ethan? Kau mendengarku?”

Ethan melirik adiknya yang mengerutkan alis, dia tak mendengar sama sekali celotehan Nadine dari tadi. Fokusnya hanya tentang melindungi-Nadine-dari-lelaki-buas.

“Sudah sampai. Turunlah.”

Nadine menjawab dengan dengkusan. Kakaknya itu butuh sesuatu yang panas untuk mencairkan dinding es yang melapisi wajah tampannya. Sayang sekali wajah setampan itu tak memiliki banyak ekspresi. Namun begitu, kenapa ada banyak wanita yang bertekuk lutut di kaki Ethan meskipun hanya untuk ditiduri?

“Hai, Nad.”

Memutar bola mata malas Nadine melengos melewati ruang tamu di mana suara yang menurutnya menjijikkan itu menyapa. Carla, perempuan yang menyapa Nadine itu mencibir dalam hati. Kalau bukan untuk mengambil hati si sulung Zawyer, mana mungkin dia bersedia menyapa Nadine yang terang-terangan mengibarkan bendera perang padanya. Jelas sekali sejak awal pertemuan adik kesayangan Ethan itu tak suka padanya.

“Sedang apa kau di sini?”

Carla menoleh, memberikan senyum merekahnya kepada Ethan yang melangkah ke arahnya. Lelaki itu duduk di sofa tunggal, menunggu jawaban Carla sedang Carla berdiri untuk menjatuhkan diri di pangkuan Ethan.

“Aku merindukanmu, Baby, tidakkah kau rindu padaku?” bisik Carla sensual. Jemari lentiknya meraba dada Ethan sementara dada penuhnya yang tak sanggup ditampung pakaian kekurangan bahan didorong ke tempat yang sama.

Ethan menyusurkan hidung mancungnya ke sisi leher Carla. “Hotel?”

Carla menyetujui dengan anggukan dan senyum menggodanya.

***

“Jangan menyentuhku, Bangsat!” umpat Ethan di sela gerakannya yang semakin cepat.

Satu hal yang menjadi pantangan ketika ‘berhubungan’ dengan Ethan. Ethan Zawyer tak suka tubuhnya dijamah oleh tangan-tangan pasangannya. Jangankan badan, pakaiannya pun tidak.

MR. DOMINANT (21+) - On goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang