10 - GIVE ME A REASON

2K 102 11
                                    

---Zona Dewasa---

---HARAP BIJAK---

Terima kasih banyak buat yang udah setia nungguin Ethan yaa. Happy reading

Jngan lupa tinggalin jejak yaa. thank youhhh

Silau menusuk ke matanya, sebab itu Ava terbangun. Matahari rupanya sudah tinggi. Ava melirik jam dengan malas. Berikutnya ia terperanjat melihat angka yang ditunjuk oleh jarum jam.

Jam 2 siang.

Astaga! Ava melompat dari tempat tidur, tergopoh untuk pergi ke kamar mandi. Di saat bersamaan, Ethan yang membuka pintu dari dalam kamar mandi ditubruk begitu saja oleh Ava. Membuat Ava terpelanting mundur beberapa langkah.

"E-Ethan?" kedua mata Ava membulat sempurna.

Ethan tidak mengatakan apapun. Hanya saja, tangan dan kakinya bergerak memerangkap dan mendekati Ava untuk kemudian mencium perempuan itu. Ia tak bisa menahan diri melihat wajah Ava yang diliputi kebingungan.

Perempuan itu membulatkan mata dan membuka bibir dengan menggemaskan. Dan, siapa yang menyangka Ava yang baru bangun tidur terlihat sangat seksi?

Ketika kesadaran menghampirinya, Ava meronta. Namun dengan cepat kedua tangannya ditahan di belakang tubuhnya oleh Ethan. Lelaki itu melangkah maju, sampai akhirnya Ava terlentang di tempat tidur dan Ethan memperdalam ciumannya.

Ava kehabisan napas. Saat itulah Ethan melepas tautan bibir mereka. Ia sempat melihat mata Ethan berkabut sebelum lelaki itu menyerang bagian lehernya.

Oh, tidak. Ava terengah-engah.

Ia mulai terpengaruh. Tangan Ethan yang bebas menarik turun resleting jaket yang Ava pakai semalaman. Ia mengangkat punggung Ava untuk melepas jaket itu. Pakaian Ava masih seragam pelayannya yang ketat. Hasrat Ethan kian membara.

"Aku menginginkanmu." bisiknya parau. Ia meraih tepi pakaian Ava, lalu menanggalkannya melalui kepala perempuan itu. Tangan Ava sudah bebas dilepasnya dari cekalan.

"E-Ethan ... aku harus bekerja...,"

"Aku sudah meminta izin kepada bosmu di Cafe. Kau tak perlu bekerja hari ini."

Ethan mencium Ava lagi. Ciumannya menuntut, begitu ingin mendapat balasan. Ethan menelusupkan lidahnya, mengajak-memaksa-lidah Ava bergelut. Bersusah payah Ava menahan kendali dirinya supaya tetap pada zona amannya. Ia menghindar sebisa mungkin.

"Cuk-kup! Ethan, berhenti,"

Akhirnya Ethan berhenti, bukan karena permintaan Ava, namun karena ponselnya yang bergetar di saku celananya. Ava segera mendorong lelaki itu dan beringsut bangkit bersama selimut yang digunakannya untuk menutupi separuh tubuhnya yang hampir telanjang.

Ethan membuang napas kasar. Ia merogoh saku untuk mengambil ponsel canggihnya, menggeser layar dan menempelkannya ke telinga.

"Ya, Max?" ia diam menunggu balasan dari Max—sekretarisnya di kantor. Ia menatap Ava lantas berbalik dan berjalan ke tepi jendela.

"Meeting akan segera dimulai, Sir. Klien Anda sudah menunggu."

"Mengapa tak kau ingatkan aku sejak semalam, Max?" suara Ethan berubah mengancam.

Pagi ini ia tak memiliki cukup waktu untuk meeting dadakan itu. Ia masih harus pulang untuk berganti pakaian kerja baru berangkat ke kantor. Selain itu, ia juga berniat untuk mengantar Ava.

"Saya sudah mengirim jadwal hari ini via email sejak semalam, Sir. Nomor Anda tidak bisa dihubungi." Jelas Max di seberang sana.

Rupanya, salahnyalah yang tidak mengaktifkan ponsel sejak Ava tertidur di sebelahnya di kelab semalam. Ethan tak bisa marah kepada Max—atau siapapun. Karena ia memang baru mengaktifkan ponselnya beberapa saat lalu.

MR. DOMINANT (21+) - On goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang