3 - DAMN!

5.6K 148 5
                                    

---Zona Dewasa---

---HARAP BIJAK---

Nadine memutar tubuhnya menghadap Ethan, "Dan kau tetap di sini menjaga Ava sampai aku kembali. Baiklah, Diego, ayo kita pulang."

Ethan berdeham, "Cepatlah. Aku harus segera kembali ke kantor. Dan khusus untukmu Diego, kau dilarang masuk ke kamar adikku."

"Ya sudah, Ava. Aku akan kembali secepatnya, okay?" Nadine terlihat tak peduli dengan perkataan Ethan.

Perempuan itu lantas menarik tangan Diego begitu Ava mengangguk dan menggumam supaya dirinya berhati-hati di jalan.

Ruangan itu hening selama beberapa saat. Tanpa sadar Ava meremas-remas baju pasien yang dikenakannya. Sungguh, ia tak nyaman dengan tatapan Ethan. Apa lelaki itu sebegitu tak menyukainya? Tapi kenapa?

Ethan melangkah ke arah sofa, lalu duduk bersandar dengan tenang di sana. Ia memerhatikan Ava dengan pandangan menilainya. Secara fisik, perempuan itu cantik. Rambutnya agak kecoklatan dan lurus. Sinar mata sendu membuatnya terlihat tak bisa marah.

"Ceritakan tentang dirimu." Akhirnya ia memecah keheningan.

Ava menoleh, "Aku?" dan karena Ethan tak menjawab dan hanya menatapnya tajam, Ava menjawab, "Namaku Avada Edelweis, orang tuaku sudah meninggal. Sekarang aku tinggal dengan bibiku."

"Kegiatanmu sehari-hari?"

Ava menatap Ethan penuh perhitungan, sepenting itukah pertanyaan yang Ethan lontarkan?

"Kuliah, bekerja." jawab Ava akhirnya.

"Di mana kau bekerja?"

"Sepenting itukah?" Ava tidak ingin memberi kesan buruk pada pertemuan pertama mereka. Terlebih Ethan adalah saudara Nadine. Tetapi Ethan yang terasa seperti mengorek-orek informasi pribadinya membuatnya kesal.

"Aku harus tahu dengan perempuan macam apa adikku berteman."

Ethan tahu Ava tersinggung dengan perkataannya. Tapi, ia tak bisa menahan mulutnya untuk mengatakan hal itu.

Ava menoleh ke arah yang berlawanan, memutuskan memerhatikan tetes demi tetes infus yang terpasang di tiang. Ia tersinggung, tapi ia mencoba tak peduli. Toh, sudah biasa ia dipandang rendah.

Ethan memainkan jemarinya di lengan sofa. Ia tak pernah diabaikan. Ethan Zawyer selalu dipatuhi, dan terbiasa mengetahui apa yang ingin ia ketahui. Dan jika ia ingin tahu dengan orang macam apa adiknya berteman, maka ia akan tahu.

"Berapa tarifmu per jam?"

Serta-merta Ava kembali menoleh ke arah Ethan, dan rupanya, lelaki itu sudah berdiri dan kini berjalan mendekat padanya.

"Apa maksudmu?"

"Kau tidak selugu itu untuk tak mengerti apa yang kumaksud, Ava."

Ava kembali membuang muka. Apa dirinya memang terlihat serendah itu? Apa dirinya terlihat seperti seorang wanita panggilan? Sial, ia sakit hati!

Ethan merunduk, kedua lengannya memerangkap Ava. Sontak Ava berjengit, tetapi ia tak bisa bergerak banyak. Ia hanya bisa menahan emosinya di dalam dada saat Ethan dengan kurang ajar mengecup permukaan lehernya.

Perempuan itu memiliki aroma sensual. "Sebutkan tarifmu."

"Brengsek!"

Tanpa Ethan duga, perempuan itu mendorong dirinya dengan kuat sampai ia terjengkang. Ia melihat selang infus di tangan Ava terlepas, membuat darah menetes di sana. Seketika saja ia mengingat bahwa Ava phobia darah.

MR. DOMINANT (21+) - On goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang