The In-Law

806 93 3
                                    

“bagaimana kau membedakan biru laut dan biru langit?” Tanya Harry kesal, dia melempar buku sampel warna untuk tema pernikahan Draco dan Hermione yang akan diadakan dalam dua bulan di sebuah Ballroom mewah yang dibangun khusus untuk pernikahan 'Termegah Tahun ini' oleh Narcissa Malfoy di rumah cheateu keluarga Malfoy di Paris.

Namun detik ini, Harry Potter sedang berada di ruangan Hermione dengan istrinya, Ginny yang asyik mengobrol dengan calon pengantin wanita tentang tema warna dan bunga.

Dan Hermione ingin pernikahannya bertema pastel.

Masalahnya adalah, Harry Potter, The Chosen One, dan The Boy who Lived twice tidak bisa membedakan biru langit dan biru laut saat mereka memilih warna untuk napkin.

Merlin forbid him.

“Baiklah, hijau sage saja” ucap Hermione tanpa mengangkat kepalanya, matanya masih tertuju pada perkamen dihadapannya.

Kembali bekerja setelah satu minggu istirahat di rumah membuat Hermione rasanya akan menjadi gila, dan jangan lupakan 41 hari tidak sadarkan diri sebelumnya.

Luka dipunggungnya sudah sembuh, namun Draco dan kepossesivannya tidak juga membaik, ditambah memikirkan banyaknya pekerjaannya karena absen selama berbulan bulan membuatnya mual.

Beruntung Seamus adalah orang yang handal, hingga tidak banyak yang harus Hermione kerjakan.

“What the hell is happening in here? Perang sihir ketiga?” tanya Blaise yang tiba-tiba masuk dengan Theo.

“kau bisa bedakan dua biru ini?” tanya Harry sambil mengangkat dua lembar kain kearah Blaise.

Blaise hanya memandangnya bingung lalu menatap Harry.

“Bukankah ini sama?” Ginny menepuk dahinya dan Harry tersenyum menang mendengar pernyataan tak sensitif dari Blaise

“Ini biru langit, dan ini biru laut” jawab Theo sambil duduk diseberang Harry namun semua mata sontak menoleh pada Theo

“What? Aku memiliki 3 sampai 4 teman kencan sehari, jika mereka kebetulan mengenakan baju yang sama, aku harus tau warna yang lebih spesifik bukan?” jawab Theo sambil mengedikkan bahunya.

Hermione mengangkat kepalanya menatap Theo lali melipat kedua tangannya didada.

“bicara tentang mantan, tell me Nott, berapa banyak mantan Draco?” tanya Hermione

“jariku tidak cukup untuk menghitungnya” jawab Theo santai, sementara Blaise tertawa melihat ekspresi wajah Hermione.

“Kau bertanya mantan kekasihnya atau mantan perempuan random yang dia tiduri?” Hermione menoleh pada Blaise yang entah sejak kapan sedang menyisip soda kaleng yang dia bawa di kantong plastik.

“Apa bedanya?” tanya Harry lugu.

“Aku tidak bisa menjawab dua-duanya Granger, tapi aku akaj menjawab salah satu—he never did the 'boyfriend girlfriend' thing” mata Ginny membulat excited

“kudengar Astoria Greengrass adalah mantan kekasihnya?” tanya Ginny cepat namun Blaise menggeleng.

“satu-satunya yang bersemangat dengan ide perjodohan Malfoy dan Greengrass hanya Lucius, Merlin helps him saat perang usai dan Roger Greengrass datang je Manor dengan membawa perjanjian perjodohan mereka yang dibakar ditempat oleh Narcissa. Kudengar Malfoy senior itu tidur di sofa beberapa malam” jawab Theo, membuat Ginny tersedak soda yang dia minum

“Dannnn, jikaa menjadi kekasih si iblis kecil Draco Malfoy menjadikanmu gadis paling tidak beruntung, maka kau menjadi satu-satunya yang tidak beruntung disini Granger” Hermione menatap Blaise yang bersandar santai sambil mengetukkan jari telunjuknya ke dagunya.

“Well, terima kasih untuk pujiannya Zabini, tapi apa yang kau lakukan disini? Bukankah kalian harusnya mengukur jas kalian di butik yang sudah kukatakan kemarin?” alis Hermione berkerut

“Ah, kami akan pergi setelah ini. Hanya mampir untuk mengecek perkembangan acara termegah tahun ini” jawab Theo sambil mengedipkan sebelah matanya yang dibalas putaran mata Hermione

“Aku masih tidak mengerti kenapa kalian memutuskan menikah dengan adat Muggle? I mean, tolong jangan tersinggung, tapi kenapa?” tanya Blaise.

“Mereka akan menikah secara sihir juga” jawab Harry santai sambil melipat serbet dipangkuannya

“Ini ide Narcissa” Theo dan Blaise saling berpandangan mendengar jawaban Hermione.

“Kau sudah bertemu dengan Narcissa?” tanya Theo spontan

Ginny memutar matanya malas

“Lalu kau pikir mereka akan menikah tanpa restu orangtua mempelai pria, begitu?” Blaise meneguk ludah mendengar kalimat ketus wanita berambut merah diseberangnya

“Bukankah kau belum mengunjungi Malfoy Manor?” tanya Blaise

Pandangan Hermione teralih pada foto bergerak didepannya.

Didalam foto itu, Hermione tersenyum lebar dan tertawa karena sesuatu yang dibisikkan Draco yang memeluknya dari belakang.

Masih basah di ingatannya ketika wanita aristokrat itu keluar dari perapian Draco, mengenakan jubah berwarna biru malam yang terlihat lebih mahal dari semua baju miliknya disatukan beberapa hari yang lalu.



Flashback



“he—hello Mrs.Malfoy” sapa Hermione sambil berusaha berdiri dari sofa tempatnya berbaring miring, buku di tangannya ditutup dengan kencang.

“Hello Miss.Granger” balas Narcissa sambil memberi gestur agar Hermione tidak bergerak dari posisinya.

“Draco sedang ke toko saat ini, aku bisa menghubunginya—” tangan Narcissa terangkat dan Hermione menatap wanita itu yang kini duduk di reclining seat diseberangnya.

“aku datang untuk bertemu denganmu Miss Granger”

“Baiklah, anda mau teh?” tanya Hermione.

“Tidak, aku akan langsung pada intinya saja” Hermione meneguk ludahnya dengan susah payah.

Pertunangan mereka memang belum diumumkan secara publik, tetapi hanya orang bodoh yang tidak sadar dengan cincin di jari manis Hermione sejak kepulangannya dari St.Mungos.

Semuanya masih terlihat aman dan terkendali kecuali satu masalah, calon mertuanya.

God.

Hermione ingin melupakan jika dia akan memiliki mertua yang mungkin bisa dibilang mertua paling menakutkan diseluruh dunia sihir.

“Kau punya selera yang bagus” ucap Narcissa, matanya tertuju pada jari manisnya.

“Draco yang memilihnya” jawab Hermione sambil tersenyum memandang cincinnya.

“Katakan padaku Miss.Granger, apa yang kau lihat dari putraku? Mengingat masa lalu kalian, aku tidak bisa mengatakan jika hubungan kalian terlahir begitu saja, namun juga tidak sopan bagiku menganggapmu sebagai salah satu dari banyaknya gadis yang berusaha mengejar Draco karena nama keluarganya atau harta yang dia punya, karena bisa kulihat jika kau punya karir yang cemerlang dan kau bukan wanita seperti itu, benar?” gadis brunette itu membenarkan posisinya menjadi duduk dan menatap wanita yang duduk dengan tegak dan dagu terangkat dihadapannya.

“Kau benar Mrs.Malfoy, aku memang tidak menyukai Draco hingga saat dia mulai bekerja denganku, namun aku bisa melihat dia bukan orang yang sama, atau aku bisa katakan, dia memang bukan orang yang kukira aku kenal dulu karena aku sadar jika aku menilainya dari prespektif yang berbeda..tapi tanpa aku sadari, aku menjadi terbiasa dengan kehadirannya, aku ingin mendengar lelucon sarkastiknya atau sekedar makan siang bersama tanpa obrolan di kantin. Lalu aku membuat perjanjiannya dengannya, dan Aku—aku tidak sadar sejak kapan aku jatuh cinta padanya” Jelas Hermione sambil menunduk, senyum lemah terpatri di bibirnya.

Narcissa memiringkan kepalanya dengan raut wajah bingung.

“perjanjian?” kepala Hermione mengadah menatap Narcissa.

Draco sialan.

Apa dia tidak mengatakan apapun pada ibunya?

“Aku memintanya menjadi kekasih palsuku untuk menemaniku ke acara sepupuku di Burnsall” Wanita berambut pirang itu mengangguk pelan

“Jadi karena itu dia tidak datang”

“apa maksud anda Mrs.Malfoy?”

“Aku Meminta Draco datang  Manor hari itu, ayahnya meminta kehadirannya. Tapi dia mengirim surat balasan mengatakan jika dia tidak bisa datang. Kupikir itu hanya alasan lain Draco untuk tidak bertemu dengan Lucius”

“A-apa terjadi sesuatu pada Mr.Malfoy?” lidah Hermione terasa pahit menyebut nama pria Malfoy senior itu.

Bagaimanapun, Lucius Malfoy bukan orang yang baik, apalagi ayah yang baik.

“Draco menolak mengunjungi ayahnya sejak Lucius masuk kedalam Azkaban” suara datar Narcissa membuat Hermione merasa tidaklah bijak untuk bertanya lebih lanjut

“anyway Miss Granger, apa yang kau tau tentang keluarga Greengrass?” iris biru cerah Narcissa menatap langsung kedalam amber madu Hermione

“Aku kenal dengan putri pertama mereka, Daphne yang juga sahabat baik Draco, jadi aku cukup sering bertemu dengannya”

“Apa kau tau jika Draco seharusnya menikah dengan putri kedua mereka, Astoria Greengrass?”

Ah, Astoria Greengrass.

Gadis satu tahun lebih muda dibawah Hermione, dengan surai chestnut sepinggang, tubuh yang indah namun terlihat rapuh, dan kecantikan yang sering dibicarakan bahkan oleh teman-teman satu asrama Gryffindornya

Dia tidak tau jika ada masa lalu seperti ini diantara Astoria dan Draco.

“Draco menolak perjodohan itu dan akan meninggalkan Manor  beserta nama belakangnya karena kau” mata Hermione membulat lebar

Dia merasa tak nyaman, semua tentang Narcissa Malfoy terasa mengintimidasi bagi Hermione.

“you see Miss Granger, putraku bisa melepaskan semuanya dalam hitungan detik untukmu, dan jika kau tidak bisa melakukan hal yang sama untuknya, maka kukatakan padamu, patahkan hatinya sekarang sebelum kau menghancurkan hidupnya nanti. Aku tau kau merasa aku membuatmu tak nyaman, tapi setelah melihat berita tentang kalian disetiap majalah yang aku baca, aku mengerti kenapa Draco belum mengatakan apapun padaku tentang kalian, dia tak ingin aku melakukan sesuatu yang bisa menggoyahkan hatimu” Narcissa mengusap cincin emas yang bertahtakan sebuah batu Sapphire dijari manisnya, Hermione sadar jika wanita itu sedang berusaha menutupi suaranya yang bergetar

Hermione mengerti, wanita dihadapannya ini adalah seorang ibu.

Dia mengkhianati seseorang yang dipuja seperti Tuhan oleh suaminya sendiri untuk keselamatan putranya.

Dia mengerti perasaan Narcissa Malfoy.

“Aku mengerti Mrs.Malfoy, dan kau bisa percaya padaku, aku tidak akan menyakiti Draco, putramu itu—aku mencintainya lebih dari apapun.. aku mungkin bukan menantu yang kau inginkan untuk Draco, dan aku juga tidak akan menutupi bahwa aku tidak menganggap suamimu sebagai ayah yang baik bagi Draco..” Narcissa menatap Hermione yang meneteskan air mata lalu wajah datarnya pelahan tergantikan oleh senyuman

“my son loves you very much my dear, dia mungkin melakukan banyak kesalahan, tapi itu bukan karena pilihannya. Kuharap kau mengerti” wanita itu bergerak duduk disamping Hermione , ibu jarinya mengusap air mata yang mengalir di pipi Hermione

“Kurasa kita harus minum the lain kali, dan aku akan tunjukkan beberapa designer dan ide untuk pernikahan kalian” tambah Narcissa, sontak membuat Hermione tersenyum lebar.

“Kedengarannya bagus Mrs.Malfoy”

“oh please, panggil aku Narcissa, Hermione dear”



Flashback off


Heels Alexander Mcqueen  miliknya dilempar dengan asal setelah dia masuk kedalam flat Draco.

Flat itu seakan menjadi rumah utama bagi Hermione semenjak beberapa minggu yang lalu.

Kini setelah dia pulih, dia bahkan tidak terpikirkan untuk kembali ke flatnya, toh mereka akan menikah bukan?

“Draco?” panggil Hermione setelah meletakkan tas tangannya diatas konter dapur.

Namin tidak ada jawaban.

Wanita itu melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore.

Biasanya, Draco sudah pulang pukul empat dan dia akan melanjutkan pekerjaannya di salah satu kamar di flatnya yang sudah dia ubah menjadi laboratorium untuk meramu ramuan yang cukup aman dan tidak mudah menimbulkan ledakan atau bahaya semacamnya.

Langkah Hermione terhenti ketika melihat sepasang kaki menggantung di lengan sofa.

Hatinya menghangat melihat pemandangan didepannya.

Draco meringkuk miring kearah sofa masih mengenakan baju yang dia kenakan ketika berangkat bekerja tadi pagi,  wajahnya tertutup oleh lengan kekarnya dan sofa.

Tangan Hermione terulur meraih selimut yang ada di kamar dan membentangkannya menutupi setengah tubuh Draco, membuat pria itu menggeliat dan berbalik arah tanpa membuka matanya.

Hermione berlutut dihadapan wajah pria itu dan jemarinya menyentuh permukaan pipi dingin Draco.

“Terima kasih untuk semuanya Draco..aku tau kau tidak akan mendengar ini, tapi—aku mencintaimu. I really do” ucap Hermione pelan sambil mengusap wajah Draco dengan sayang.

Memang, mereka akan menikah dalam hitungan minggu, dan Draco sudah mengatakan kalimat sakral itu dua kali, dan Hermione seakan masih membatasi dirinya, belum mengatakan kalimat itu.

Tapi hari ini, dia duduk dihadapan Draco yang terlelap, mengusap wajah pria itu dan membisikkan kalimat yang seharusnya didengar untuk pertama kali ketika pria itu sadar.

Ketika Hermione memasuki kamar mereka dan menutup pintunya, kelopak mata Draco perlahan terbuka dan bibirnya terangkat.

“me too Hermione, me too” gumam Draco.

Akhirnya beban terakhir dihatinya terangkat.

Hermione mencintainya, dan Draco tidak perlu merasa khawatir lagi tentang perasaan wanita itu padanya.

To be Continued



What Happened in Burnsall?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang