Bab 6

18.6K 812 8
                                    

----------------------------

"Itu kamarmu" Rasta berujar dingin sambil menunjuk kearah pintu yang di maksud, Natasya hanya mengangguk dan melangkahkan kaki menuju kamar

"Kau, siapa namamu" lanjut Rasta, Natasya menoleh "aku bahkan tidak tahu namamu" gumamnya kepada diri sendiri

"Nata... um, maksudku Natasya Silviandita"

Rasta hanya menatap kearah Natasya, sangat intens, seperti ada yang dipikirkan. Natasya jengah di pandangi lama seperti itu, tanpa menunggu jawaban Rasta dia berbalik

"Berapa usiamu sekarang? Aku tidak mau dianggap pedofil"

Natasya merasa diremehkan, bahkan dia sudah menyentuhnya, perlukah dia menanyakannya lagi? Apa sebenarnya mau orang ini?

"19 tahun" jawabnya singkat

Rasta menyeringai lalu mendekat kearah Natasya yang hanya berjarak beberapa meter darinya, Natasya sontak memundurkan langkahnya. Siaga. Sorot mata itu tajam, tidak terbaca, Natasya menatap lurus ke manik mata berwarna cokelat terang itu, mencoba mencari jawaban tapi tidak berhasil, gugup melandanya, apakah hal buruk akan terjadi lagi? Semoga saja tidak.

"Wajahmu tampak lebih muda dari usiamu" tangan kekar Rasta menyentuh kulit wajah di depannya, meneliti setiap sudutnya "jadi, yang harus kau ingat, tiap kali jika aku ingin kau bercinta denganku, kau harus menurutinya. Aku tidak menerima kata tidak, kau mengerti? Bukankah kau sendiri yang bilang jika kau akan melakukan apapun sebagai balasan jika aku mengeluarkanmu dari kelab itu, bukan? Dan ini yang aku inginkan darimu"

Tangan itu masih memegang wajah Nata, membelai pipi halusnya. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, apa yang harus ia jawab? Jika jawabannya 'iya' itu sama saja dengan menyerahkan tubuhnya bulat-bulat pada makhluk tampan di depannya, itu juga berarti dia tidak ada bedanya dengan jalang di tempat terkutuk itu. Nata merutuki tiap katanya-katanya sendiri. Kenapa ia bisa dengan mudahnya mengucapkan janji seperti itu? Oh, tidak. Natasya menutup matanya, mencoba menghalau rasa takut, dia masih belum menjawab, tangannya mulai dingin.

"Kau mengerti tidak!" sekali lagi Rasta berujar keras, dia mengeratkan pegangannya pada wajah itu. Natasya meringis sakit. Hembusan nafas Rasta terasa di pipinya, jarak itu sangat dekat. Natasya hanya mengangguk lemah, tidak berani menatap mata itu

"Bagus jika kau mengerti, aku tidak akan mengatakannya dua kali. Malam ini kau bisa bebas, sekarang masuk ke kamarmu, aku tahu kau lelah" nada suaranya sedikit melembut namun terkesan memerintah, mengecup bibirnya singkat lalu beranjak dari hadapan Natasya.

Natasya terdiam, hanya melihat punggung yang berjalan menjauhinya dan hilang di salah satu ruangan, itu pasti kamarnya, pikirnya. Natasya mengabaikan pikiran aneh di kepalanya, yang muncul sejak kejadian itu.

Dia membuka pintu kamar, nuansa hangat langsung terpancar dari dalam, sangat kontras dengan pemilinya. Natasya meletakkan tas selempang kecilnya di atas nakas, menyentuh kasur yang hangat. Kain beludru ungu gelap menghiasi kasur yang dominan berwarna putih. Dia membaringkan tubuhnya di atas beludru itu

"Sungguh lembut, nyaman" gumamnya

Baru beberapa saat matanya akan terpejam, dia terperanjat saat pintunya di ketuk dari luar, Natasya segera membuka pintu. Nafasnya tercekat saat yang berdiri di hadapannya, Rasta sudah berganti pakaian, dengan kaos abu-abu polos, mencetak sebagian dadanya yang bidang serta perutnya yang rata, dia tampak lebih ramah dengan pakaian santainya itu. Tato tribal di lengan kanan mencapai siku tampak mengintip dari balik bajunya yang memang berlengan pendek.

The Dark HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang