Bab 25

6.5K 407 26
                                    

Segaris senyum tercetak dibibirnya, sekali lagi ia melirik pada segelas jus wortel yang berada ditangannya. Sebelum beranjak keluar menuju tempat Nata duduk, Ia berhenti. Menyandarkan sedikit bahu kirinya ke sisi pintu kaca. Diam-diam Rasta memperhatikan istrinya itu dari belakang. Sekali lagi ia tersenyum

Tampak rambut Nata yang diikat tinggi, sesekali melambai-lambai karena tertiup angin. Ia merasa semakin hari perasaannya untuk Nata semakin kuat. Tak pernah ia bayangkan kehidupannya bisa berputar arah seperti ini. Semenjak Nata masuk dalam hidupnya, ia merasa lebih baik. Sesuatu yang begitu gelap dalam dirinya, yang selalu menggerogoti hati dan pikirannya semakin lama semakin memudar. Tapi entah mengapa terkadang ia masih merasa begitu egois. Nata sudah banyak melakukan hal baik pada hidupnya. Lantas mengapa ia masih saja keras kepala?

Dengan sedikit menghela nafas, Rasta berusaha membuang rasa ego-nya "Mungkin sudah saatnya aku berbicara dengan orang itu" ucapnya pelan pada diri sendiri

Ya. setelah sekian lama, mungkin ini saatnya ia harus melepaskan amarah, dan rasa keras kepalanya. Ia tahu, selama ini Nata berusaha keras agar mereka kembali berbicara satu sama lain, setelah bertahun-tahun berada dalam zona beku. Mengusahakan berbagai cara supaya mereka bertemu. Namun hasilnya masih nihil karena ia masih enggan pada ayahnya itu

Saat Rasta masih saja berdiri mematung dipintu -berkutat pada pikirannya- Nata menoleh. Ia tersenyum hangat, lalu melambaikan tangannya. Rasta membalas senyuman itu, dengan segera ia melangkah menuju Nata

"Kenapa kau lama sekali? Apa kau berniat meracuniku?" ujar Nata bercanda sambil menyipitkan matanya

Rasta tertawa renyah "belum. Eh, tentu saja tidak sayang"

"Jadi dalam kepalamu, kau punya rencana itu?"

Rasta menyeringai "apa aku tampak seperti itu? setelah aku jatuh terlalu dalam padamu, tentu saja tidak" sambil menyerahkan jus wortelnya

Nata meraihnya. Mencium aroma dari gelas, setelah merasa yakin baru ia meminumnya. Nata mengernyit menatap suaminya

"Ada apa sayang? Apa... tidak enak? Ada yang kurang?" Tanya Rasta sedikit panik

Nata semakin menyipitkan matanya sambil berpikir "Umm-..." Ia mengernyit beberapa kali

Rasta tampak semakin panik, ia membulatkan sedikit matanya, masih menunggu jawaban Nata. Setelah sekian detik Nata hanya terdiam, akhirnya ia kembali bersuara

"Umm, tidak" menggelengkan kepalanya, ia tersenyum lebar "ini jus terenak sejauh yang kau buat untukku sampai saat ini" pujinya

Terdengar desahan lega nafas Rasta "apa kau mengerjaiku sekarang? eh?"

Nata hanya mengangkat bahunya, seraya mengulum senyum. Masih dengan memegang gelas, ia menyandarkan sedikit kepalanya dipundak Rasta, lalu menarik nafas kecil.

Rasta yang melihat itu lalu melirik sebentar pada istrinya. Ia kemudian ikut menyandarkan kepalanya pada Nata dan sesekali mengelus perutnya

Untuk beberapa saat mereka terdiam, menikmati momen panorama pagi. Angin lembut menerpa wajah keduanya. Gulungan-gulungan ombak kecil tampak menghiasi bibir pantai.

Ayunan dengan jalinan tali berwarna putih bergerak pelan. Kaki-kaki itu sesekali menolak ke depan dan ke belakang pada ayunan

"Apa kau masih belum ingin bertemu dengan ayahmu?" suara pelan Nata memecah keheningan mereka

Rasta terdiam. Ia menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan.

Sorot mata Nata tampak redup kala Rasta masih belum menjawabnya juga. Ia tau arti kediaman itu. Seharusnya ia tak menanyakannya.

The Dark HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang