Bab 21

15.3K 757 29
                                    


-----------------------------------------------

Angin menerpa wajahnya, menerbangkan helaian rambutnya yang tidak terikat sempurna. Ia menatap penuh kagum wajah kota yang sibuk di siang hari, berbagai macam kendaraan terlihat berlalu lalang di sepanjang jalan di bawahnya. Dengan tangan masih bertumpu pada jendela, ia masih terus hanyut menatap aktifitas sibuk di bawahnya. Tiba-tiba matanya tak sengaja melihat penjaja es krim yang sedang lewat di depan rumah sakit ini, ia terus menatapnya sampai penjaja itu hilang dari pandangannya. Sebelum penjaja itu menjauh, beberapa kali ia terlihat menelan salivanya, entah kenapa ia ingin sekali mencicipi es krim itu.

'Ah sudahlah, sudah pergi juga' pikirnya kecewa

Saat itu seseorang masuk ke kamarnya, namun Nata tak menyadarinya "Apa yang kau lihat Nata? kenapa kau membuka jendela selebar ini? apa AC-nya tak berfungsi?"

Nata tersentak. Ia menoleh ke belakang, melihat siapa di belakangnya, lalu memasang senyum kecil "heem, tidak apa-apa, hanya ingin menghirup udara segara saja. Aku bosan..."

"Ya tuhan Nata... kau sudah mengatakannya lebih dari 7 kali, 'aku bosan'. Akukan ada di sini, apa kau masih bosan juga? baru aku tinggal 10 menit saja sudah mulai bosan lagi" ucap Zeta pura-pura sedih

"Tidak, bukan itu maksudku. Maaf jika kau marah" balas Nata sembari memegang lengan Zeta, dan memasang wajah menyesal "aku hanya bingung, tidak tahu harus melakukan apa di sini. Apa aku tidak bisa istirahat di rumah saja? Paling tidak jika di sana, ada sesuatu yang bisa ku kerjakan"

"Nata... dokter kan sudah bilang, kau harus banyak beristirahat. Ini untuk kebaikanmu dan bayimu juga. Sabar saja ya, beberapa hari lagi juga kau bisa pulang"

Nata hanya mengangguk sembari tersenyum kepada Zeta, setelah itu ia kembali melihat ke arah luar jendela. Saat Nata sibuk dengan pikirannya sendiri, Zeta terlihat sedang membalas pesan di ponselnya. Ia berjalan menuju kursi di sudut ruangan, mengambil tasnya, dan berjalan kembali ke arah Nata

"Nat..." panggilnya. Nata menoleh "aku pergi dulu ya, aku ada kelas fotografi. Pulang nanti, aku akan mampir ke sini lagi"

"Baiklah. Hati-hati Zeta" balas Nata. Zeta tersenyum sambil menganggukan kepala, ia dengan cepat melangkah, dan hilang di balik pintu

Setelah Zeta keluar, Nata masih terpaku di depan jendela. Angin yang berhembus menemaninya berkelana dalam pikirannya sendiri. Beberapa hari ini memang Rasta tak menemaninya, itu bukan karena Rasta tak memegang kata-katanya, tapi karena Nata belum siap untuk berada dalam satu ruangan bersama Rasta. Ia takut jika itu hanyalah sandiwara Rasta saja, dan sewaktu-waktu kejadian buruk itu akan terulang kembali, bahkan mungkin lebih parah. Ia perlu menata hatinya terlebih dulu. Dan untuk saat ini, ia memang belum bisa yakin pada Rasta

Nata menikmati semilir angin yang berhembus menyapu wajahnya, ia menghirupnya dalam. Sambil memejamkan mata, ia mengelus perutnya pelan. Sejenak Nata menikmati ketenangan yang menghampirinya.

'Sayang, kau baik-baik saja kan di dalam sana? Bertahanlah. Ibu ingin melihatmu tumbuh dengan sehat. Ibu janji, tidak akan membiarkan siapapun lagi untuk menyakitimu'

Entah untuk berapa lama Nata menikmati ketenangannya, sampai ia tersadar ada suara ketukan di depan pintu kamarnya. Nata membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang datang berkunjung. Nata was-was jika yang masuk adalah Rasta, pupil matanya menyipit

"Hai Nat..."

Saat melihat siapa yang masuk, Nata terlihat menghembuskan nafas lega "Hai...ada apa Sandy? Apa kau mencari Rasta?"

"Tidak" balas Sandy cepat "Err, ada yang ingin menemuimu"

Nata memiringkan kepalanya, dan menatap Sandy bingung. Lalu menaikkan alisnya seolah mengatakan, 'siapa?'. Sandy hanya tersenyum, ia berjalan menuju pintu, dan membukanya lebar "Silahkan pak" Setelah Sandy mengucapkan itu, ia keluar dari ruangan Nata.

The Dark HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang