Seminggu sudah berlalu, Najwa tidak mendengar kabar apapun dari Kang Dzaki. Entah kemana Gus yang satu itu seminggu belakangan ini.
Seluruh santri putri sudah berkumpul di Musholla untuk melaksanakan kajian kitab kuning malam ini.
Najwa terlihat lesu di pojokan yang sesekali membetulkan hijabnya yang tertiup kipas angin musholla.
"Hei, lesu banget. Kamu setoran hari ini kan?" Tanya Ayu memburaikan lamunan Najwa.
Najwa menengok sahabatnya dengan lesu. Dia tersenyum tipis, kemudian kakinya ditekuk dan kepalanya menunduk, kedua tangannya setia memeluk kaki dengan erat.
"Kamu lesu banget, sakit?" Tanya Arsy pada sahabatnya, dia merasa sedikit khawatir sekarang.
"Ih, kamu ditanyain loh, jawab dong," kata Ayu gemas sambil mengguncang-guncang tubuh Najwa.
"Eh, ini jadwalnya Ustadz siapa?" Tanya Najwa mengalihkan pembicaraan.
"Gus Alwi katanya. Emang kenapa?" Tanya Arsy.
"Cie... ngarepin Gus Dzaki yaa," jawab Aini sambil menggoda Najwa.
"Apaan sih, biasa aja aku tuh," elak Najwa.
"Emang sebernya antara kamu sama Gus Dzaki ada apa sih?" Tanya Ayu penasaran.
Najwa mengangkat sebelah alisnya dengan heran.
"Serius, kamu ngga ada perasaan sama Gus Dzaki nih?" Tanya Aini sambil berbisik.
Najwa terdiam, pipinya memerah. Ayu dan Arsy tertawa cekikikan melihat wajah Najwa yang malu-malu kucing. Namun Aini masih saja menatap dengan tampang serius.
"Enggak, ih. Biasa aja," jawab Najwa mengelak.
"Alah, masa ngga ada apa-apa tiap hari Gus Dzaki pura-pura manggil ning Hafsah ke asrama putri," kata Arsy berbisik.
"Iya, emang kita ngga tahu. Setiap hari ning Hafsah ngirimin kamu nasi padang titipan Gus Dzaki," tambah Ayu membenarkan perkataan Arsy.
Aini masih diam dan hanya menyimak, ning Hafsah adalah seorang ning di pesantren. Dia adik bungsu keluarga ndalem yang tidur dan tinggal berbaur bersama para santri. Kebetulan kamar ning Hafsah berada tepat disebelah kamar Najwa.
"Aku serius ini. Soalnya aku dapat kabar besar tentang Gus Dzaki," bisik Aini dengan wajah serius.
"Apaan?" Tanya Najwa dan Arsy bersamaan.
"Emang kabar apa?" Tanya Ayu ikut penasaran.
Namun, belum sempat menjawab sudah ada Gus Alwi yang masuk ke dalam musholla. Merekapun memulai kegiatan belajarnya dan menghentikan acara ghibah barusan.
Setelah selesai, Gus Alwi kembali mengingatkan tentang materi beberapa hari lalu.
"Jadi, tanda i’rob jazm, tanda-tandanya yaitu berupa harakat sukun dan al-hadzfu (dibuangnya salah satu huruf, baik nun maupun huruf illah). Nah, dari kedua tanda tersebut sukun merupakan tanda yang biasa mewakili i’rob jazm (atau tanda utama i’rob jazm adalah sukun) dan tanda al-hadzfu adalah sebagai pengganti dari sukun," kata Gus Alwi menjelaskan kembali sebelum akhirnya menutup kelas hari ini.
"Ada yang mau ditanyakan lagi?" Lanjutnya kemudian.
"Tidak Pak Ustadz"
"Oke. Wassalamu'alaikum warohmatullahiwabarokatuh"
Kelas hari ini berakhir, Gus Alwi memandang Najwa dengan tatapan iba yang dapat dilihat langsung oleh Najwa dari sorot mata Gus Alwi sampai akhirnya beliau pergi dan kembali menuju ndalem. Sedangkn seluruh santri kembali ke kamarnya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta (New Version)
Spiritualsequel Abi untuk Najwa. Ini dalam new version! "Allah, maafkan aku telah jatuh cinta." berkisah tentang santri remaja yang jatuh cinta.Tentang peliknya cinta, jodoh dan takdir Allah yang begitu indah. Najwa akhirnya jatuh cinta. Lalu bagaimana gus...