Hai, jangan lupa vote, komen dan follow biar saya makin semangat dan update setiap hari. Happy reading ...
.....
Mereka telah sampai di rumah beberapa jam yang lalu. Najwa terdiam di dalam kamarnya, air matanya mengalir tanpa disadari. Rasanya masih sesak saja di dadanya.
Kang Dzaki memang tidak pernah menyatakan cinta padanya, tapi rasanya sangat menyesakkan. Setelah sekian tahun mereka curi-curi waktu untuk berbagi perhatian, sekarang mereka harus benar-benar selesai.
Najwa masih terus menangis, dia teringat nasib malangnya bersama Ummah dan babahnya. Itu membuatnya semakin sedih dan kecewa, Najwa takut kelak Kang Dzaki akan mengalami kegagalan seperti yang di alami Ummah dan babahnya dulu.
"Kang Dzaki... hiks...hiksss... Najwa takut kehilangan akang. Najwa kangen akang. hiks," bisik Najwa lirih sambil menangis pilu.
"Hei princessnya ayah," sapa Max memburaikan lamunan Najwa.
Najwa menghapus air matanya, dia memaksakan diri memasang senyum di wajahnya. Max memeluk putri sulungnya penuh sayang.
"Anak ayah kenapa?" Tanya Max sambil mengelus rambut Najwa.
Najwa hanya menggeleng, rasanya masih malu jika bercerita pada ayahnya tentang masalah ini.
"Ayah masih teman bicara kamu, kan?" tanya Max hati-hati.
Najwa menatap wajah ayahnya dengan penuh haru. Sambil menangis Najwa merangsek ke dalam pelukan ayahnya.
"Hiks...hiks... ra-sa-nya sa-kit, a-yah... hiks... hiks..."
"Ssst.... tenang, apanya yang sakit?" Tanya Max dengan lembut.
"Hiks... hiikss," Najwa menangis pilu di pelukan ayahnya.Max tersenyum kecil, dia sudah paham tanpa Najwa bercerita. Putrinya telah mengenal cinta.
"Anak ayah patah hati?" Tanya Max sambil melonggarkan pelukannya.
Najwa masih berusaha menghentikan tangisnya, dia hanya sesegukan tanpa berkata apapun.
"Dengar, mencintai dan dicintai itu wajar. Tapi, kamu harus ingat. Cintai orang yang halal buat kamu," kata Max pada putrinya.
"Ayah... Rasanya sesak di hati Najwa. Sakit," adu Najwa dengan air mata berurai.
"Ssst.... iya. Istighfar. Siapa orangnya, ayah kenal ngga?" Tanya Max lagi.
Najwa terdiam, bahkan untuk menyebutkan namanya saja membuat jantungnya berdetak hebat.
Najwa hanya menunduk sambil menggenggam sebelah tangan ayahnya dengan erat.
"Najwa pacaran?" Tanya Max khawatir.
Najwa menggeleng tegas, Max bernafas lega. Berarti putrinya hanya mencintai dalam diam.
"Alhamdulillah... Jadi, kenapa?" Tanya Max.
"Hikss... Gus Dzaki di jodohkan, ayah," kata Najwa dengan berurai air mata.
"Oh, Gus yang tadi bantu Ummah bawa barang?" Tanya Max memastikan.
"Bukan. Itu loh yang pernah Najwa cerita. Yang suka ngasih nasi padang," kata Najwa mengingatkan ayahnya.
Max mengangguk-angguk pura-pura ingat. Padahal dia tidak tahu menahu sama sekali. Bahkan tidak mengingatnya.
"Ngga ganteng, ah," kata Max cuek.
Najwa mengerucutkan bibirnya sebal, ayahnya selalu bagitu."Ayaaah," rajuk Najwa.
Max terkekeh kecil pada Najwa,
"Kan ayah paling ganteng," kata Max bangga.
Najwa tertawa geli melihat kenarsisan ayahnya.
"Ayah narsis ih!" Kata Najwa bergidik ngeri.
Max tertawa lepas lalu memeluk putrinya erat.
"Najwa baru kelas 3 Aliyah. Tapi, kalau Najwa mau ayah akan lamarkan Gus yang ngga ganteng itu buat kamu. Gimana?" Tantang Max cuek pada anaknya.
Najwa melotot mendengar perkataan ayahnya. Najwa lupa kalau dia memiliki ayah dan Ummah yang selalu memiliki ide ajaib itu.
"Ayah! Ih... serius tahu. Ini anaknya lagi patah hati," gerutu Najwa kesal."Lah, ayah juga serius kok. Kan haram dalam Islam kalo pacaran. Jadi, mau move on aja apa mau ayah sama Ummah kesana buat ngelamar Gus kamu itu," kata Max memberikan pilihan.
"Apa?! Siapa yang ngelamar, enak aja!" Teriak Ummah Khumaira dari belakang.
Max nyengir polos melihat istrinya sudah masuk kedalam kamar Najwa. Najwa melirik ayahnya dengan tatapan tajam.
"Ayah enak banget! Ngga ada ceritanya anak gadis kebanggaan Ummah datang ngelamar lelaki!" Tolak Ummah sambil berkacak pinggang. Zaenab yang selalu membuntuti Ummahnya ikutan berkacak pinggang dan melotot seperti yang dilakukan Ummahnya.
Max dan Najwa menepuk jidat mereka. Sedangkan Rafa yang berada di ruang tengah tertawa terbahak melihat kekocakan Ummah dan adik bungsunya itu."Kalian ini yah, jangan aneh-aneh! baru juga mau ujian kelulusan Aliyah malah mau ngelamar anak bujang orang! Dasar keturunan bucin! Ngga ada! Ummah gantung di pohon semangka ya kalian! Sembarangan saja!" Ummah terus mengomel sepanjang hari tanpa henti.
Najwa memejamkan matanya, dia harus pasrah dua hari kedepan akan mendengarkan siaran radoi rusak secara free.
"Ummah sayang, masa gantung di pohon semangka. Kan itu semangka merambat di tanah sayang," kata Max sambil memeluk Ummahnya dari belakang.
"Jangan ngejawab ya, Ayah! Udah salah, ngajarin yang ngga bener sama anak! Kamu juga Rafa, bawa ini Enab keluar! Ummah lagi marah," Kata Najwa setengah berteriak dan terus mengomel tanpa henti layaknya petasan banting yang terus merepet.
Rafa berlari menggendong Zaenab, lalu Najwa mengendap keluar kamar secara perlahan mengikuti Rafa dan Zaenab. Jika sudah seperti ini biarkan saja ayahnya yang menanggung derita sendirian. Kedua anak itu tersenyum licik sambil berlari keluar rumah, sedangkan Zaenab kegirangan karena berhasil mengambil kunci mobil milik ayahnya."Yeaaay! Kita bakalan senang-senang di mall seharian!" Teriak Rafa kegirangan. Zaenab bergoyang-goyang kegirangan mengikuti kakak lelakinya yang terlihat bahagia tanpa tahu maksudnya.
Najwa tertawa sambil berlari menuju mobil ayahnya. Mereka akan bersenang-senang hari ini. Sepertinya menghabiskan uang tabungan Najwa barang 5 atau 6juta seharian ini bersama kedua adiknya akan menyenangkan juga.
Ketika suara deru mobil terdengar saat mobil yang dikendarai Najwa keluar pagar, Ummah baru sadar dari tadi mengomel Najwanya malah kabur dan tidak mendengarkan.
"Najwa!!!! Rafa!!!" Jangan kabur kalian!" Teriak Ummah Khumaira menggelegar.
Max tertawa geli melihat tingkah menggemaskan istrinya. Sibuk mengomel panjang lebar dan terus berkacak pinggang sampai lupa yang sedang diomeli malah kabur.
Ummah berlari keluar mengejar ketiga anaknya, ayah Max mengejar Ummah Khumaira dan memanggulnya seperti memanggul beras. Ummah meronta saking kesalnya.
"Udah lah, sayang. Dari pada capek karena ngomel dan terus berteriak tapi Najwa sama Rafanya ngga denger. Ummah teriak saja di kamar sama ayah," kata Max enteng sambil menaik turunkan alisnya.
"Ayah! Ummahnya lagi marah tau, kan kalo diajak gini ngga bisa nolak! Ummah kesel ya sama ayah," Kata Khumaira geram.
Max tertawa terbahak, dia membaringkan istrinya di kasur dan tanpa lupa mengunci pintu kamar mereka."Iya, nanti ngomel lagi yang lama. Setelah kita selesaikan ini sayang. Yuk, sholat sunnah dulu terus wudhu. Kan ayah perlu asupan gizi buat telinga ayah, sayang," rayu Max pada istrinya.
Khumaira mengerucutkan bibirnya sebal, tapi dia tetap melaksanakan perintah suami mesumnya itu.
"Awas ya kalau pulang, Najwa," gumam Kumaira geram.
Max tersenyum tipis melihat istrinya yang menggemaskan itu. Hanya "kegiatan itu" yang bisa menghentikan suara petasan banting milik istri tercintanya. Dan selama ini Max selalu berhasil. hahaha.....
"Najwa, kamu berhutang lagi sama ayah," gumam Max lirih. Dia bisa memanfaatkannya untuk menyuruh kedua anaknya melakukan banyak hal. Bukankah menjadi ayah Max selalu untung besar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta (New Version)
Spiritualsequel Abi untuk Najwa. Ini dalam new version! "Allah, maafkan aku telah jatuh cinta." berkisah tentang santri remaja yang jatuh cinta.Tentang peliknya cinta, jodoh dan takdir Allah yang begitu indah. Najwa akhirnya jatuh cinta. Lalu bagaimana gus...