"Aku tak bisa memaksamu untuk pulang, aku hanya ingin memperjuangkan seseorang yang seharusnya ia tau kemana ia harus pulang. Karena bahuku masih menjadi tempat terbaik untukmu melepas segala tangis dan lelahmu."
.
Aku masih terdiam memandangi gerbang kampus kita, kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat yang sering kita kunjungi. Yang menjadi saksi bisu bahwa kita pernah bahagia, dari segala kisah yang kita yang pernah ada.
Dipaksa melepaskan saat masih ingin mempertahankan, rasanya bukan pilihan yang bijak untuk dilakukan.
Sayangnya pada waktu itu, aku masih percaya jika hubungan kita masih layak tuk dipertahankan..
"Aku masih belum siap untuk berdamai dengan luka itu." ucapku didalam hati.
.
Tanpa sadar aku masih menyimpan fotomu didalam dompetku, foto yang selama ini tidak pernah terlepas didalam dompetku.
Malam itu aku memutuskan untuk kembali ke mobil dan memutar lagu kesukaan kamu, lagu lagu dari Pamungkas. Yang selalu jadi playlist favorit kamu yang selalu kamu putar setiap kita sedang bersama.
Dan aku masih mengingat percakapan kita dimobil ini, apa kamu masih ingat?"Kamu mau tau bukti ketulusan dan juga kebodohan seorang laki-laki?." ucapku.
Dia menimpali obrolanku dengan bertanya, "Emangnya apa coba?."
"Ketulusan dan kebodohan seorang laki-laki adalah ketika kamu sudah mematahkan hatinya berkali kali, dan dia masih bersikeras buat ngebahagiain kamu." Ujarku, sambil memegang lengannya.
Dan dia diam seribu bahasa setelah percakapan kecil itu. Dan pelukannya terasa lebih erat dari yang biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sumarah
RomanceSumarah /Su•ma•rah/ Jawa-Adjektiva . (1) Menyerah kepada keadaan; (2) Pasrah; (3) Mencoba menerima; . Berjuang sendirian bukan hal yang baik bukan? maka saya kemas tulisan ini, untuk mewakili perasaan kalian. Meskipun tidak terwakilkan secara k...