Kau tahu dengan jelas, bahwa lelah tak akan menghentikanmu.
•°•
Sesi ke-2, Jung Hoseok, 15 tahun / DDD
Halolagi, maaf terakhir kali aku membentak anda. Aku Jung Hoseok. Februari tahunini aku berumur 15 tahun. Aku tinggal bersama Ayah, Ibu, dan Kakak. Keluargakusangat baik kepadaku, Ayah selalu mengajariku banyak hal, Ibu akan memasakmakanan yang super duper lezat untukku, dan Kakak akan selalu menjagaku sepenuhjiwanya.
Mari kita mulai.
(Pena mencoret kertas—mengisi kolom. Kurang bersemangat.)
Bagaimana hari-harimu? Kau sehat?
Ya. Aku teramat sehat. Aku makan dengan lahap, tiga kali sehari, dengan minuman penutup soda putih. Ibu bilang aku tidak boleh terlalu banyak meminum soda putih, tapi itu sangat menyegarkan, aku tak bisa berhenti meminumnya.
Kakak juga masih sering mengunjungiku, membawakan beberapa novel saat datang bersama Ibu. Ibu juga membawakanku beberapa makanan kesukaanku. Bakat memasak Ibu sepertinya sudah meningkat banyak, tapi aku masih tetap merindukan masakan Ayah—
Hoseok?
Hoseok?
Kau bisa mendengarku?
Jung Hoseok? Kau baik-baik saja?
Apa kita harus menunda pertemuan hari ini?
Tidak? Baiklah, akan kutunggu.
(Pena mencoret kertas—mengisi kolom. Mulai khawatir.)
Maaf. Mendadak aku kehilangan fokus.
Dan ya, kau kehilangan fokus selama 10 menit, menatap objek yang sama, tidak dapat menanggapi perkataanku.
Maaf membuat anda merasa terabaikan. Hanya saja aku merasa seperti sedang bermimpi. Aku melihat diriku sendiri, aku mengamati diriku sendiri, rasanya seperti jiwaku terlepas dan aku menatap kita berdua yang sedang berhadapan dari atas.
Apakah ini wajar? Sebab ini agak sedikit menakutkan. Terkadang aku tidak dapat mendengar suara siapapun, terkadang lagi suara Kakak terdengar lebih tinggi—padahal Kakak selalu berkata lembut. Di lain hari, tetanggaku—Nenek Seo, suaranya terdengar terlalu kecil, padahal Nenek Seo selalu berteriak ketika berbicara.
Lebih sering lagi, aku merasa hampa, kosong. Tidak ada yang kupikirkan, bukankah itu aneh? Sebelum berada di sini, aku sering berseteru dengan Ayah, dan tampaknya Ayah marah besar, tetapi aku tidak ingat aku mengatakan apa kepada Ayah, tapi Ibu bilang aku memukul rahang Ayah. Ini semakin menakutkan, rasanya tanganku bergerak tanpa izin pikiranku.
Saat aku sedang membantu Ibu di dapur, aku sedang memotong wortel, aku tidak ingat apa yang sedang kupikirkan. Maaf, aku lupa. Satu-satunya hal yang aku ingat adalah aku sedang memotong, dan jariku telunjukku terkoyak sebagian. Tapi aku terlambat menyadarinya, pisaunya sudah berlumuran darah, talenan dan wortel sudah berubah merah, masalahnya adalah aku tidak kesakitan.
Dan di lain waktu—
Mengapa berhenti?
Apa lagi yang kaurasakan?
Hoseok?
Aku seharusnya tidak menceritakan ini pada anda.
(Pena mencoret kertas—centang banyak opsi. Kebingungan.)
Kau selalu bisa menceritakan semuanya padaku, Hoseok.
TIDAK! Anda akan mengurungku di sini jika tahu bahwa aku berbeda. Maaf tadi hanya kisah karanganku, aku pura-pura tidak mendengarmu, lalu pura-pura menatap dinding. Sebenarnya aku sadar, aku tak pernah merasa keluar dari tubuhku, pendengaranku selalu baik, dan aku tidak pernah memukul Ayah. Aku tidak pernah melukai diriku sendiri. Itu semua hanya karangan agar aku terlihat berbeda—spesial. Tapi maaf, aku tidak.
(Pena mencoret kertas—enam huruf. Melirik telunjuk Hoseok.)
Baiklah, aku merasa ada yang rumpang di antara kita. Tapi aku akan berpura-pura tidak tahu.
Bagaimana pertengkaranmu dengan Ibumu?
Darimana anda tahu aku bertengkar dengan Ibu?
Kau bertengkar tepat di hadapanku, Hoseok.
Oh ya, maaf aku lupa. Aku sudah berbaikan, Ibu memaafkanku. Aku juga berkata kasar pada Ibu secara tidak sadar, tapi Kakak masih enggan menatapku. Kakak akan terus menghindariku, padahal aku ingin berterima kasih karena Kakak membawakanku novel, jadi aku tidak terlalu kebosanan.
Aku masih menyayangi Kakak, aku selalu menyayangi Kakak sebesar alam semesta—sebesar cinta Kakak kepadaku. Tetapi Kakak masih enggan berbicara denganku, mungkin Kakak butuh waktu.
(Pena mencoret kertas—satu lingkaran besar. Kembali khawatir.)
Apa masalahmu dengan Kakakmu?
Aku menghancurkan prakarya miliknya. Padahal ketika aku melakukan kesalahan yang lebih besar, Kakak hanya akan memelukku, tapi kali ini mengapa Kakak marah?
Kau yakin kau tidak mengatakan apapun?
Tidak.
(Pena mencoret kertas—centang. Semakin khawatir.)
Kapan kejadian ini terjadi?
Sepertinya dua bulan lalu?!
(Pena mencoret kertas—centang. Wajah tenang.)
Perlu kuingatkan?
Tentang?
(Pena mengambang gusar. Keyakinan dan rasa iba.)
Kakakmu tewas satu tahun lalu.
Jung Hoseok, kehilangan kesadaran.
[]
But I know
I can never do that
I must hide
Because I am ugly~