01. Out Of The Blue

9 4 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gloria MegaMinggu, 30 Mei, 08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gloria Mega
Minggu, 30 Mei, 08.30

Aku tidak bisa berhenti berhitung dalam hati ketika bujukan seseorang di sampingku terus terdengar. Menyebalkan memang. Anggit bahkan tidak repot-repot melepaskan rangkulan tangannya yang bertengger di lengan kecilku. Suara melengkingnya terus berdengung di telingaku, menyuratkan hal yang sama.

"Ayolah, Glo!" bujuknya sekali lagi. Aku memutar kedua bola mataku malas. "Nggak ada salahnya menerima ajakan jalannya Dafi. Dia sungguh-sungguh sama lo," lanjutnya dengan senyum mengembang. Aku melepaskan tangannya yang masih bertengger di lenganku. Anggit mengerucutkan bibirnya membuat pipi tembamnya menggembung seperti anak kecil.

"Gini ya Anggit, gue bukannya nggak menghargai usaha Dafi," kataku menjelaskan. "Nah makanya terima ajakan jalannya!" kata Anggit menyela. Aku menggelengkan kepalaku. "Dia bukan tipe gue," ungkapku akhirnya.

Aku melanjutkan langkahku menuju kafetaria. Anggit mengikutiku setelahnya, beberapa kali masih membujukku soal ajakan-jalannya-Dafi. Sepertinya usahanya untuk menjodoh-jodohkanku dengan Dafi tidak akan berhenti secepat yang kuharapkan. Kecuali kalau aku memutuskan untuk mengiyakan ajakan Dafi, sepertinya bujukan Anggit akan berhenti terdengar.

Kami berjalan menuju lift. Turun ke lantai satu. Kafetaria terlihat lengang. Masih pukul delapan pagi. Dan faktanya adalah ini hari Minggu, lebih banyak anak-anak Claven yang berbaring tidur di ranjangnya masing-masing. Menghabiskan Minggu paginya dengan istirahat, bagi yang tidak punya agenda, mungkin.

Aku melangkah ke arah meja-meja berisi makanan. Diikuti Anggit di belakangku. Kami segera duduk di bangku lingkaran terdekat. Memulai sarapan.

"Glo, tim jurnal lo resek banget sih." Sungut Anggit setelah dia melihat papan mading di barat kafetaria. Berjalan dengan raut kesal. Aku tidak menanggapi ucapannya. Terus fokus pada sarapanku.

"Siapa sih yang nulis kisah cinta kaya gitu. Nama gue kesangkut paut jadinya," katanya. Duduk dengan tiba-tiba di sebelahku. Dan memasukkan makanan banyak-banyak ke mulutnya. Sebagai sahabat yang baik, aku berbaik hati memberikannya air putih ketika dia tersedak makanan.

THE RUMORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang