Chapter 04

370 46 0
                                    

Restu menatap hasil usg jantung milik balita tampan yang tampak tenang di pangkuan ibunya. Saat dilakukan pemeriksaan awal, Restu menangkap sesuatu yang janggal pada jantung Januari. Mulutnya sibuk menghisap susu dari botolnya. Sesekali ia tersenyum ke arah Restu tanpa melepaskan sedotannya.

Restu menatap wajah si ibu yang terlihat sangat khawatir dengan hasil usg putranya. Restu merutuk kesal. Mengapa ia tadi tidak membiarkan si ibu untuk pulang dan malah memaksanya untuk masuk dan berkonsultasi dengannya.

Ia teringat diskusi yang ia lakukan bersama dokter Dewi mengenai seorang balita yang mengalami penyakit jantung bawaan yang sudah cukup parah. Saat itu Restu hanya melihat hasil screen shootan yang ditunjukkan dokter Dewi tanpa mengetahui siap nama pasien tersebut.

Melihat itu semua Restu baru menyadari bahwa yang dibicarakan oleh dokter Dewi adalah bocah balita yang manis itu.

"Ada apa dok? Apa ada masalah dengan hasil usg anak saya?" Tanya Andara mulai penasaran melihat mimik Restu.

"Saya bingung harus memulai dari mana."

"Bingung gimana dok? Apa hasil pemeriksaan anak saya kurang bagus dok?" Andara mulai khawatir. Mimik mukanya langsung berubah drastis.

Restu paling malas jika melihat raut wajah pasiennya bersedih tapi apa mau dikata, kondisinya tidak baik.

"Bagaimana dok?"

Restu menghela nafas berat. "Untuk itu saya minta maaf Bu. Hasil pemeriksaan anak ibu kurang baik."

Tubuh Andara terkulai lemas membentur sandaran kursi. Restu tak tega melihatnya. Ibu muda itu mulai menangis.

"Lalu bagaimana dok? Apa anak saya tidak bisa disembuhkan?"

"Penyakit bawaan anak ibu memang langka. Kami tim dokter akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat kondisi Januari tidak semakin berat."

Sontak Andara memegang kedua tangan Restu. Dokter muda itu terkejut melihatnya.

"Saya mohon dokter tolong sembuhkan anak saya. Hanya dia harta berharga yang saya miliki. Tolong anak saya dok!" Ucap Andara sambil berlinangan air mata.

Restu menggenggam balik tangan Andara bermaksud untuk menenangkan hati ibu muda itu.

"Ibu tenang saja. Saya dan dokter Dewi akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat Januari sembuh."

Andara mengangguk. Ia menarik tangannya karena tak sadar memegang tangan dokter tampan itu. "Ma... Maaf dok. Saya reflek."

"Santai saja Bu." Restu berdehem. "Kalau ibu siap mungkin besok atau lusa kita akan adakan pemeriksaan lebih lanjut. Hari ini saya akan beri obat dan vitamin ya."

"Baik dok." Andara menggigit bibirnya dan sontak membuat Restu belingsatan.

"Sialan!" Makinya dalam hati. Melihat Ibu muda itu menggigit bibirnya membuatnya ingin menggigit bibir itu juga. Restu duduk dengan gelisah pasalnya adik kecilnya yang selama ini tertidur mulai menggeliat di bawah sana dan menegang.

Sudah lama ia tidak melepaskan hasratnya mengingat kesibukannya di perusahaan dan di rumah sakit akhir-akhir ini.

"Kalau boleh tahu berapa biaya untuk pemeriksaannya lagi dok?"

Andara melihat Restu terdiam menatapnya. Ia jadi salah tingkah di buatnya. "Dok, dokter Restu."

"Eh... maaf Bu. Bagaimana tadi?"

"Anu... Masalah biaya pengobatannya kira kira berapa ya dok? Biar saya dan Ayahnya Ari mempersiapkan dana lebih untuk pengobatan."

"Oh... Untuk itu saya belum bisa perkirakan keseluruhan biayanya. Kemungkinan ya Bu tapi belum bisa di pastikan karena pemeriksaannya juga belum dimulai. Mungkin sekitar 200-250 juta rupiah bu."

KEKASIH BAYARAN SANG PRESDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang