Part 9

5.7K 1.3K 113
                                    

Tadinya mau up kemarin, eh kuotanya malah abis. Yaudah ya, hari ini kita double up, tapi … vote dan komennya jangan lupa lho, ya!

***

Lily tengah sibuk memasak. Sedangkan Raffa, ia tengah sibuk memperhatikan saja.

Lily benar-benar pulang naik taksi bersama Raja. Sedangkan Raffa, ia tak berniat mengejar sama sekali.

Helaan napas terdengar. Raffa begitu bosan menunggu Lily dan juga Raja. Akhirnya, ia memilih beranjak dan berjalan menuju ke arah halaman.

"Gengsi, dong. Masa metik rambutan pakai galah, naik ke atas pohon, kek!"

"Papa udah tua. Punggung Papa udah gak kuat, Gak usah nyari penyakit," sahut Fatur yang tengah sibuk memetik rambutan.

Raffa memilih duduk di samping Dena. Matanya mengawasi Papanya.

"Ma, Papa waktu muda, gimana?"

"Manusia," jawab Dena.

Raffa menghela napas kesal. Iya, tahu! Raffa juga tahu kalau Papanya sejak dulu sampai saat ini manusia.

"Maksud Raffa, sifatnya, Ma."

Dena diam beberapa saat. Wanita itu tersenyum. "Kamu percaya gak pepatah yang bilang ; buah jatuh gak akan jauh dari pohonnya?"

"Enggak. Kalau buahnya ditendang sama manusia atau sama hewan, ya pasti bakalan jauh dari pohon," jawab Raffa asal.

Dena tersenyum, boleh cekik Raffa enggak, sih?

"Udahlah, gak jadi Mama jawab pertanyaan kamu. Pikirin aja sendiri." Dena beranjak, wanita itu memilih masuk ke dalam rumahnya.

Sedangkan Raffa mengerutkan dahinya heran. Mengapa Mamanya malah marah? Kan, Raffa hanya menyampaikan pendapatnya saja.

"Mama mau punya anak lagi kali, ya? Sensi banget," gumam Raffa.

"Hah, dapat!"

Raffa mendongak, cowok itu sontak tertawa sangat keras kala melihat Fatur yang mengangkat rambutan yang hanya 3 biji.

"Kasihan." Raffa masih tertawa.

Sedangkan di sana, Fatur menatap tak terima ke arah Raffa. Enak saja dirinya ditertawakan begini.

Fatur melirik rambutan di tangannya. Memetik satu, kemudian melemparnya ke arah Raffa.

Peletak!

"Aduh!" Raffa mengaduh kala rambutan itu mendarat mulus tepat di keningnya.

Raffa beranjak, ia mendengkus kesal. "Apaan sih, Pa?!"

"Kamu yang apaan? Ngapain ketawain Papa?"

"Gengsi dong, masa diketawain doang langsung lempar rambutan. Inget, Pa. Papa udah punya cucu, harus jadi contoh yang baik buat cucunya. Masa seorang Abah Fatur tidak berperik ke Raffa'an!"

Fatur meletakan kedua tangannya di pinggang. Matanya menatap tak kalah tajam dari Putera kurang ajarnya. "Gengsi dong, masa udah jadi Bapak masih ngetawain orang tua. Mana marah-marah lagi, kulat tahu rasa. Inget, Raf! Karma gak akan salah alamat!"

"Pa! Slogan raffa gak usah dipake. Punya slogan sendiri kok pakai slogan orang. Lagian, Raja mulutnya lebih julit daripada Raffa. Gak usah ngedoain Raffa dapet karma, deh."

"Abah, Papa. Jangan berisik! Ribut kok udah kayak kucing kawin."

Raffa membalikan badannya. Sedangkan Fatur, langsung menolehkan kepala.

Di depan pintu sana, Raja berdiri dengan mangkuk kecil berisi bakso yang ia bawa.

"Wah, bakso! Mau!" Raffa hendak mengambilnya. Namun, Raja langsung mundur.

Gengsi dong 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang