Kamu...
Telah turun ke bumi menjadi alasanku untuk melukiskan senyum. Membuatku melayang karena rayuan manismu. Namun naifnya, aku tak tahu kalau itu semua hanya omong kosong belaka. Hubungan kita yang berjarak, menepis rindu untuk bertemu, saling berkabar melalui pesan. Akhirnya harus karam bersama buaian angin. Beberapa bulan hubungan yang sudah kita bangun harus berakhir karena bagimu semua hanyalah permainan. Walau sebenarnya aku sempat merasakan cinta disana. Dulu aku terlalu membodohi diriku sendiri, membohongi hatiku berpura-pura kalau kau telah memberiku banyak cinta.Siapa sangka keputusanmu sepihak untuk mengakhiri hubungan terlalu mendadak unfuk di ucapkan. Hatiku tak mau lagi berfotosintesis. Otakku terlalu overdosis karena merindukanmu. Hati dan otakku sama sama bodoh kala itu. Saling bertengkar untuk memenangkan ego. rasanya ingin bangkit, tapi aku sungguh tak rela melepaskan genggamanmu. Aku terlalu gengsi akan status yang sudah kita beri label.
Kamu terlalu tampan untuk aku rindukan, terlalu buruk untuk aku benci. Aku egois tak mau mengatakan bahwa dirimu manusia terjahat yang pernah aku temui di dunia ini.
"Bodohnya ego-ku selalu mengingat wajahmu disaat kamu harus menjadi manusia yang tak tau diri"
Aku tersipu dalam bayangan kenanganmu. Disaat kita duduk saling bercerita, keningku yang kau kecup dengan sepenuh hatimu. Sungguh layaknya mimpi bagiku kalau semua itu bagian dari kepalsuanmu. Keliru kah kalau aku tidak bisa melupakanmu? Apa kau sepantas itu untuk mendapatkan hatiku? Tapi kenapa aku masih sanggup untuk mencintaimu di belakang bayangmu?
Aku bodoh... tapi aku tak mau mengakuinya karena yang ku temukan di dalamnya samudraku hanyalah aku mencintaimu
KAMU SEDANG MEMBACA
SAJAK HATI
PoetryLantas masih pantaskah aku berharap akan rindu yang tak bertitik?