C o m p l i c a t e d
Jihoon baru akan beranjak untuk melakukan rutinitasnya sebulan terakhir; mendatangi Junkyu hanya untuk meminta satu atau dua ciuman, tapi pintu ruangannya mendadak terbuka lebar.
Ia menghela napas saat tahu siapa yang baru saja datang.
Ibunya.
"Jihoon!" melihat wajah sok antusias wanita tua itu agaknya membuat Jihoon mual. "Kau tidak ingin menyapaku???"
Jihoon terpaksa mengulas senyum tipis, terlihat samar dan malas. "Halo Ibu, long time no see."
Sang Ibu terkekeh lalu tanpa diminta menduduki salah satu sofa empuk yang ada di ruangan.
"Kemarilah Jihoon, Ibu mau bicara." titah sang ibu.
Jihoon mendengus. "Ibu bicara saja, aku mendengarkan dari sini." katanya acuh terlihat sekali si muda Park tidak ingin beranjak sedikit pun dari atas kursinya.
"Oke. Kalau begitu Ibu langsung to the point, Ibu minta kau segera menyetujui pertunangan dengan Putri Tuan Jung."
Nah kan, sejak pertama kali Ibu nya melangkah masuk ke sini Jihoon sudah bisa menebak apa yang membuat wanita tua itu repot-repot mendatanginya kemari.
Ternyata hanya untuk membual tentang pertunangan.
Cih, siapa juga yang mau bertunangan dengan perempuan banyak mau seperti putrinya Tuan Jung.
Siapa pun itu Jihoon tidak berniat bertunangan, kecuali dengan sang pujaan hati, Kim Junkyu.
"Sudah kukatakan ratusan kali, aku tidak berniat bertunangan." sahut Jihoon sambil lalu. Suaranya yang pelan lambat laun teredam dengan bunyi kertas yang dibolak-balikan.
"Maksudnya, kau ingin langsung menikah begitu?" tanya sang ibu.
Jihoon tertawa. Ups, tawanya tidak bisa ditahan, lolos begitu saja dari mulutnya.
"Anakmu ini tidak akan menikah, Bu." masih dengan tawa yang sulit dikendalikan Jihoon menambahkan. "Jadi Ibu menyerah saja dengan segala rencana perjodohan aneh itu. Aku bosan."
Satu
Dua
Tiga
"Park Jihoon!!"
Oh, here we go!
Suara nyaring yang dibarengi dengan suara dentuman kerasㅡvas bunga yang menubruk dindingㅡmembuat Jihoon menarik napas, jengah.
Selalu seperi ini. Ibunya yang kesal selalu saja melampiaskan emosinya lewat menghancurkan barang yang ada di sekitarnya.
"Tidak bisa kah, kau menurut padaku?!!" Ibunya menjerit, tapi Jihoon nampak tidak peduli.
"Sekertaris Lee! Bawa wanita tua ini pergi!!" teriak Jihoon.
"PARK JIHOON!!!!"
Jihoon sama sekali tidak tertarik untuk merasa iba saat wanita tua itu dipaksaㅡtepatnya diseret keluar dari ruangan.
"Dasar anak kurang ajar!"
Itu kalimat penutup dari sang ibu yang Jihoon dengar.
Ia mendecih. "Justru Ibu yang kurang ajar," sarkasnya.
"Sudah cukup dua puluh tahun lalu aku menurut bagaikan boneka barbie, sekarang tidak lagi."
Jihoon tidak pernah percaya cinta.
Tidakㅡsampai ia bertemu dengan Junkyu. Laki-laki rupawan dengan senyum manis yang secerah matahari. Tampilannya tampak begitu memukau; dengan badan menjulang, kaki kecil dan panjang, pinggang ramping, jari tangan yang justru terlihat mungil dan lembut.
Astaga, hanya menjabarkan begini dada Jihoon berdesir, makin dipikirkan bagaimana rupa tampan Junkyu saat tersenyum ia merasa penuh rongga dadanya.
Junkyu yang sempurna berhasil membuat Jihoon tergila-gila.
Lima belas menit setelah pesan singkat yang ia kirim; yang isinya kurang lebih seperti ini 'Temui aku sekarang di basement B26.' sosok Junkyu muncul.
Berjalan bingung melintasi mobil-mobil mewah yang parkir.
Senyum Jihoon merekah lebar sekali, ia lantas menghidupkan mesin mobilnya, menyalakan lampu sebagai isyarat bagi Junkyu.
"Hai!" Junkyu menyapa dengan riang.
"Hai, Honey." Jihoon balas menyapa dengan panggilan sayang, ia mencondongkan badannya untuk memasangkan seatbelt milik Junkyu.
Sebelum benar-benar menarik diri, Jihoon mencuri satu kecupan di sudut bibir si Kim.
"Jihoon-nim!" dibalas dengan cubitan ringan pada pipinya.
Jihoon tertawa lantas kembali duduk pada posisi awal, menjalankan mobilnya keluar dari area kantor.
"Kudengar, siang ini Ibumu datang berkunjung?" tanya Junkyu, membuka obrolan saat hanya hening yang menemani mereka.
"Ya, tapi aku langsung mengusirnya keluar." jawab Jihoon santai.
"Kenapa begitu???"
"Sebab dia kembali membual soal pertunangan."
"..."
Mulut si Kim terbuka lebar tapi tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Akhirnya Junkyu menutup mulut, memilih mengalihkan pandangan pada jendela mobil.
"Aku tidak akan bertunangan atau pun menikah," Junkyu melirik tangan kirinya yang diraih Jihoon. "Tidak kecuali denganmu, Honey."
Tidak ada yang bisa dipercaya selain perkataan seorang Park Jihoon.
Meski baru mengenal dalam waktu singkatㅡJunkyu tahu, bahwa Jihoon bukan tipikal laki-laki ingkar janji. Justru dia selalu berpegang teguh pada perkataannya.
Harusnya Junkyu tidak perlu gusar atau gelisah., ia hanya perlu percaya pada Jihoon.
Tapi hati kecilnya tidak bisa berbohong. Junkyu takut.
Karena sepertinya itu mustahil.
Iya kalau dipikir-pikir hubungan mereka ini agaknya tidak bisa direstui semesta dan isinya.
"Honey..." punggung tangannya dielus lembut, kini Junkyu akhirnya menoleh.
"Hm?"
"Ingat kata-kataku? Aku tidak akan pergi, I'll always be your side.".
"I know..." Junkyu mencoba mengulas senyum, agar Jihoon tidak merasa lebih bersalah pun mengangkat tangan Jihoon, mengecup hangat punggung tangannya.
Jihoon tanpa pikir panjang membanting setir, menepikan mobilnya pada bahu jalanㅡhanya untuk mengejar satu ciuman pada bibir sang kekasih.
Salah, mungkin itu bukan bibir. Tapi ekstasi karena sifatnya seperti zat adiktif, membuat Jihoon selalu ingin lagi dan lagi.
"Malam ini ikut denganku ya, Honey?"
C o m p l i c a t e d
ryoudesune note : republished.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated - Jikyu
Fanfiction"If I said I love you, then I'll love you forever." - bxb fiction - please be a wise reader! - just fiction!