15. Sorry

1.6K 183 63
                                    



C o m p l i c a t e d






Disambut dengan senyum dan juga peluk hangat orang terkasih setelah setengah hari menghabiskan waktu di depan tumpukan kertas atau berdebat dengan orang-orang berpikiran kolot, agaknya saat dibayangkan pun rongga dada Jihoon menghangat dengan sendirinya. Pun semakin dibayangkan lebih jauh, bagaimana senyum lebar Junkyu menyambutnya setelah membuka pintu, atau ucapan 'Sudah pulang?' yang mungkin disertai dengan peluk rindu, oh, Jihoon bisa gila karena kesenangan.

Terhitung baru sembilan jam tidak saling bertatap muka tapi Jihoon sudah dirundung dengan rindu yang begitu menyiksa. Agak sedikit menggelikan memang, tapi mari kita maklumkan mengingat laki-laki yang lima bulan ke depan akan genap tiga puluh tahun ini tengah dimabuk cinta.

Dengan tangan yang memegang erat buket bunga mawar dan senyum yang merekah lebar Jihoon melangkah penuh percaya diri. Bahkan saat dihadapkan dengan puluhan anak tangga untuk bisa sampai ke lantai tiga—rasanya itu bukan sebuah masalah besar.

Langkah kaki lebar itu masih terlihat pasti, senyum rupawan nan lebar itu masih tersinggung di wajah tapi mungkin rasanya tidak akan sama lagi setelah kakinya berhenti di depan pintu flat yang sedikit terbuka. Seingat Jihoon, Junkyu bukan tipe orang yang akan membiarkan pintu rumahnya terbuka begitu saja.

Dengan setitik perasaan aneh yang hinggap di rongga dadanya Jihoon mendorong pintu tua itu hingga terbuka lebih lebar. Gelap lah yang menyambut Jihoon pertama kali. Ini gelap yang benar-benar gelap hingga Jihoon tidak bisa melihat apapun dengan jelas.

Dahinya mengerut, "Junkyu?" panggilnya kemudian. Tungkai kakinya kembali bergerak membawa tubuhnya masuk ke dalam kegelapan.

Dak! Sesuatu yang keras mengenai ujung sepatunya hingga langkah kaki Jihoon sempat terhenti, penasaran Jihoon segera mendekati saklar lampu yang ia ingat ada di dekat pintu flat.

Ctak!

Boom!

Seingat Jihoon pagi ini sebelum ia dan Junkyu keluar dengan niat pergi belanja bulanan, flat yang dua minggu ini ia tinggali masih rapi. Tapi kini flat milik Junkyu seperti kapal pecah—ah tidak, mungkin lebih pantas disamakan dengan kandang babi. Barang-barang berceceran di lantai, bahkan isi dari lemari pendingin ikut tercecer kemana-mana belum lagi dinding yang sebelumnya putih bersih kini diisi dengan noda merah di beberapa sudut.

"Junkyu!" teringat dengan sang terkasih Jihoon segera menoleh panik.

Sesuatu yang buruk telah terjadi, pikir Jihoon. Dalam sedetik kepalanya diisi dengan Junkyu, Junkyu, Junkyu, Junkyu dan Junkyu.

Secepat kilat Jihoon menelusuri dapur, kamar mandi dan kamar tidur—"KIM JUNKYU!"

Yang di cari ada di dalam kamar tidur. Meringkuk di atas lantai bagai barang mati, tidak bergerak sama sekali.

Dan ketika Jihoon dekati—napas kekasihnya itu putus-putus.

"Sial!"

Buket mawar merah dihempaskan begitu saja, lantas dengan segera tubuh Junkyu diangkat untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.

"Sialan!" umpatan lainnya keluar begitu saja ketika Jihoon melihat kondisi wajah sang kekasih. Penuh dengan luka memar yang mulai membiru, disertai dengan bercak darah di masing-masing sudut bibirnya.










 Penuh dengan luka memar yang mulai membiru, disertai dengan bercak darah di masing-masing sudut bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Complicated - JikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang