mimpi mengerikan yang terasa nyata

15 3 0
                                    

Hallo, kenalin namaku Della Rahmasari, biasa dipanggil Della. Usiaku 14 tahun, aku tinggal di desa sebangau Kuala.

Aku ingin berbagi cerita tentang pengalaman ku- ah tidak, bisa dibilang ini pengalaman antara aku dan dua kakak sepupuku.

♣♣♣♣♣


"Dell, temenin mbak ke warung, yah" ucap Mbak Ririn, salah satu dari kakak sepupuku. Saat ini aku berada dirumah nenek ku. Waktu sudah menunjukkan pukul 18:00 yang artinya sudah jam 6 sore, dan hari sudah semakin gelap.

"Sama mbak Mela aja, aku lagi males nih." Ucap ku, tapi Mbak Ririn tetep maksa supaya aku nemenin dia, jadi mau gak mau aku nemenin dia kewarung.

Kami bertiga, aku, mbak Mela sama Mbak Ririn ke warung pake motor, karena gak mungkin jalan kaki, jarak rumah nenek dan warung cukup jauh.

Saat diperjalanan, hanya ada keheningan. Tak lama, kami bertiga sampai diwarung dekat rumahku.

"Bude, beli mie instan nya 5 bungkus sama kopi hitamnya 5 bungkus." Ucap Mbak Ririn, setelah selesai membayar kami ke rumahku sebentar, karena ada yang ingin aku ambil, jadi sekalian.

Saat kami ingin pulang, motor yang tadi kami gunakan ternyata dipinjam oleh ayahku, dan menyuruh kami untuk pulang jalan kaki.

Untungnya dirumah ada senter, jadi kami bisa menggunakan itu sebagai penerangan.

"Mbak Mela, bisa pegang senternya sebentar, aku pengen ngunci pintu dulu." Ucapku, mbak Mela mengambil senter dari tanganku, sedangkan Mbak Ririn cuman berdiri sambil nungguin.

Kami berjalan keluar gang perumahan ku, dengan senter sebagai penerangan, hari sudah lumayan gelap.

"Iiih, bapak nyebelin deh. Masa kita berangkat pake motor, pulangnya disuruh jalan kaki." Gerutu ku, membuat Mbak Ririn ketawa.

"Udah lah Dell, mungkin bapak mu lagi buru-buru." Ucap Mbak Ririn.

Aku hanya cemberut. Sepanjang jalan hanya hening, sesekali mbak Mela nanya atau aku yang nanya, Mbak Ririn menanggapi sesekali. Saat dipersimpangan, tiba-tiba Mbak Ririn berenti membuat kami ikut berenti karena Mbak Ririn yang jalan didepan, sedangkan Mbak Mela berjalan disampingku.

"Mbak kenapa? Kok berenti?" Tanya ku, Mbak Ririn cuman diem terus nengok ke arah ku dan mbak Mela.

"Kakak kenapa sih? Ngeliatin kita kek ngeliat apa aja." Ucap Mbak Mela, aku diam ngeliat muka Mbak Ririn yang lagi bingung.

"Kalian berdua denger gak sih?" Tanya Mbak Ririn membuatku semakin bingung.

"Denger apa sih mbak?" Tanya ku, membuat Mbak Ririn mengerut bingung.

"Apa aku salah denger ya?" Gumam Mbak Ririn, lalu melanjutkan perjalanan.

"Kakak jangan aneh-aneh deh, udah malem juga." Mbak Mela berucap dengan kesal.

"Iya iya, mungkin slah denger aja tadi."

Kami melanjutkan perjalanan, sebenarnya perjalanan dari persimpangan ke rumah nenek itu deket, tapi entah kenapa rasanya jauh banget.

"Rumah Mbah (nenek) kok rasanya jauh banget yah? Perasa cuman belok kanan di persimpangan depan." Ucap ku, Mbak Ririn kembali berhenti lalu berbalik menatap ke arah ku dan mbak Mela, lalu seperti memperhatikan sesuatu dibelakang kami.

"Mbak kenapa?" Tanya ku bingung.

"Kita gak ngajak siapa-siapa kan?" Tanya Mbak Ririn, dari mukanya aku liat sedikit ketakutan.

"Mbak aneh deh, perasaan kita cuman bertiga, aku gak ngajak siapa-siapa." Ucap ku, lalu ikut menoleh, mbak Mela juga ikut noleh kebelakang.

Tepat saat itu aku melihat sesosok perempuan berdiri sekitar 5 meter jauhnya dari kami. Aku melirik mbak Mela disampingku, muka Mbak Mela agak pucat, keringat muncul diwajahnya, tubuhnya gemetar, lalu kembali melirik kedepan.

Tunggu,,

Bukannya sosok perempuan itu 5 meter didepan kami? Kenapa rasanya sekarang semakin dekat.

"Dell, kita lari yuk. Mbak takut nih." Bisik Mbak Ririn yang berdiri dibelakang kami.

Aku diam, dan memperhatikan sosok perempuan itu, sosoknya yang terkena sedikit cahaya dari senter.

Sosok perempuan dengan baju berwarna putih panjang warna yang tidak lagi putih karena kotor dimana-mana, ada noda lumpur dan darah, rambut panjang yang menutupi wajahnya, membuat ku tidak bisa melihat wajahnya, sosok ituberdiri kaku tidak bergerak.

Aku menoleh kebelakang untuk melihat Mbak ririn, tapi yang aku lihat muka Mbak Ririn pucat pasih, bibir pucat, keringat muncul diwajahnya, badannya gemetar, terus jalan mundur perlahan, begitu juga dengan mbak Mela, jalan mundur perlahan membuatnya kini berdiri disamping Mbak Ririn.

Karena penasaran aku kembali menoleh, dan aku menyesal karena sudah menoleh kebelakang.

Tepat di hadapanku ada wajah yang rusak, darah dan nanah memenuhi wajah itu, ada banyak sekali belatung. Tanpa pikir panjang aku berteriak dan segera berlari mengikuti Mbak Ririn dan Mbak Mela yang ternyata sudah berlari duluan, meninggalkan aku dengan sosok mengerikan itu.

"Aaaaa!!! Mbak!! Tungguin Della!! Mbak!!!" Aku berteriak, berlari sambil menangis.

Cepat. Cepat,, tinggal sedikit lagi aku sampai dirumah nenek, Mbak Ririn dan Mbak Mela udah sampai duluan.

Saking takutnya, aku sampai tidak melihat jika ada akar pohon didepan, membuatku tersandung dan jatuh dengan bunyi yang cukup keras.

Aku mengasuh dengan air mata yang membasahi pipi, wajah ku kotor karena debu yang menempel.

Saat aku menoleh, sosok itu berada tak jauh dari ku, jaraknya hanya 2 meter. Aku langsung bangun, tak menghiraukan kakiku yang sakit atau mungkin terlukan karena jatuh tadi.

Sampai dirumah aku langsung mengatur nafasku, dan membuka pintu, tapi tidak bisa.

"Mbak!! Buka pintunya!! Mbak!! Pakde!!! Bude!!! Mbah buka pintunya!!"

Aku terus berteriak sambil menangis. Tiba-tiba, aku merasa ada yang menepuk pundak ku, membuat ku terkejut dan sontak berteriak, lalu semuanya gelap.

"Dell"

"Della!"

"Della! Bangun!"

Aku terkejut dan langsung membuka mataku.

Tunggu!

Aku,,, aku ketiduran dan ini sudah jam 4 sore. Apa,,, apa aku tadi bermimpi? Kenapa rasanya kek nyata banget? Aku tersentak dari pikiranku saat mendengar permintaan Mbak Ririn. Permintaan yang sama seperti di dalam mimpiku, dan aku tahu aku harus menolak keras permintaan itu.

"Dell, temenin mbak kewarung, yah"

Tamat

Terimakasih kalo kalian suka sama cerita Rin yang masih abal-abal ini.

Dan makasih untuk kalian yang ngasih Rin 🌟

horror || One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang