Part 1

2.9K 114 25
                                    

"Katanya, kepala ditusuk dengan besi panas lebih baik daripada bersentuhan dengan yang bukan mahram. Tapi kalau gak sengaja, Allah bakalan ampunin aku 'kan?"

-Haisha Balqis Salsabila

***

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Selalu niatkan untuk Allah agar menjadi ibadah ✧⁠* ˘.⁠。⁠*⁠♡

Mampir juga:
Ig: awanteduh__ atau zii.zh_
Tiktok: awanteduh__

***

Paris, salah satu kota impian bagi banyak orang karena menjanjikan sejuta kenikmatan. Dari segi arsitektur, bahasa, semuanya menunjukkan rasa kasih sayang dan cinta yang besar. Tidak seperti Amsterdam yang mayoritas penduduknya menyukai sepeda, di kota ini para warganya turun ke jalanan dengan mobil mewah yang mampu membuat para manusia tergiur.

Pagi ini matahari sudah setinggi tombak, namun meskipun seperti itu beberapa orang lebih suka di bawah selimut tebal daripada bekerja dengan puluhan kertas yang memusingkan, terlebih kabut tebal menghiasi langit. Begitu juga dengan seorang pria yang ada di Mansion moonstone, tubuh atletisnya dia biarkan terbaring di ranjang, gorden Hitam yang menjuntai masih tertutup membuat ruangan kian suram.

"Aillard!"

Brak!

Pintu putih yang berdiri kokoh seketika tumbang, membuat penghuni kamar terkejut bukan main. Seseorang dengan perawakan tinggi semampai berjalan cepat seakan ada di area pegunungan yang curam hingga menggerakkan ujung jas ke samping kanan dan kiri, aura pekatnya menyebar kemana-mana.

"Bangun, Aillard! Bersihkan semua sampah ini, dan jangan biarkan mereka masuk ke mansion lagi!"

Darrel berujar berang, laki-laki yang saat ini memasuki umur dua puluh lima tahun itu berusaha mati-matian untuk tidak mengeluarkan pistol yang ada di dalam saku hanya karena matanya sudah dinodai dengan pemandangan tidak senonoh di atas ranjang.

"Oh, Ayolah, kak. Ini masih jam delapan, biarkan aku bersenang-senang," ujar Aillard, sembari menatap jam mungil di atas meja dengan mata sedikit menyipit.

Tangannya kembali menarik selimut untuk membungkus tubuh yang bertelanjang, wanita yang ada di sampingnya dia peluk dan turut disembunyikan dalam celah-celah kain tebal nan menghangatkan itu.

"Jangan membuatku marah hanya karena masalah kecil ini, Aillard. Bangun sekarang juga, atau semua asetmu aku lenyapkan detik ini juga."

Dengan wajah merah padam Darrel menghampiri dua perempuan yang sudah meringsut takut di ujung kasur. Netranya yang sebiru langit berkilat lantaran terlalu emosi, bagaimana tidak jika yang ia lihat saat ini kedua wanita itu tidak mengenakan pakaian sehelai benang pun ditambah suara menjijikkan yang terus mengusik telinga dari semalam.

"Astaga kak, apa kakak tidak tergoda dengan tubuh seksi itu? Seharusnya kakak ikut menyicipinya," kata Aillard serak, tangannya mengusap wajah kasar.

Dengan tubuh sempoyongan dia berusaha berdiri, handuk di ujung ranjang dia ambil untuk menutupi badan bagian bawah. Dia berjalan ke arah jendela, mengintip sekilas keadaan di luar yang terlihat gelap karena kabut, ia rasa dari hari ke hari, keadaan mansion seperti kuburan saja.

"Kakak jangan terlalu tegang, seharusnya kakak sepertiku. Menikmati uang yang papa tinggalkan dan tentunya tubuh-."

Bugh!

AillardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang