"Terlalu sering menggunakan topeng sampai aku lupa seperti apa wajahku yang sebenernya."
–Haisha Balqis Salsabila
***
Di beberapa titik, ada manusia-manusia yang lelah dengan jalan hidupnya. Bahkan untuk bernapas saja mereka seakan butuh bantuan dan sandaran. Kemudian terketuk di hati mereka puluhan pertanyaan mengenai keberadaan sang pencipta. Dimana Dia, Tuhan yang menciptakan bumi dan alam semesta ini? Dimana Dia saat ada manusia yang sedang terpuruk dengan keadaannya? Mengapa Dia tidak menjawab doa-doa yang sudah dipanjatkan?
Satu-persatu kepercayaannya mulai terenggut. Ibadah tidak lagi maksimal, doa tidak lagi melangit, keyakinan semakin terkikis. Setiap apa yang terjadi, Tuhanlah yang bersalah, bahkan jika itu hal terkecil sekali pun. Begitu juga dengan Haisha, dua tahun terakhir dan sampai saat ini, hatinya benar-benar diuji. Tanpa sepengetahuan Arhesa, ada keraguan di lubuk hatinya mengenai keberadaan Allah, Tuhan yang ia sembah sedari kecil, ia ragu jika Dia benar-benar ada.
"Buat apa gue berdoa, kalau ujung-ujungnya gak bakalan dijawab."
"Gue gak munafik, gue pengen kayak cewek di luar sana yang bisa dapetin apa yang mereka pengenin."
"Gue bukan Arhesa yang bakalan tahan kalau diuji. Gue gak kuat, gue nyerah buat semuanya."
Gadis itu berucap dengan sangat lirih, tubuhnya tertunduk lesu di pojok ruangan. Terbesit di pikiran, bagaimana keadaan orang-orang yang tidak beriman jauh lebih baik dari dirinya. Manusia yang terhadap Allah saja tidak tau, tetapi mereka seakan pemilik dunia. Kekayaan mereka melimpah, kesehatan terjamin, jalan untuk mendapatkan masa depan begitu mulus.
Sedangkan dirinya yang sudah berusaha sekuat mungkin untuk beribadah, taat kepada-Nya, dan berusaha Istiqomah pada akhirnya tetap saja ujian tidak pernah berakhir. Di luar sana umat Islam seperti gelandangan. Mereka tinggal di tempat yang tak layak, penyakit yang terus menggerogoti tubuh, bahkan kematian yang merenggut kebahagiaan.
"Please bawa gue pergi."
"Gue tau ini salah, tapi cuma ini cara gue tenang."
"Satu kali, gue janji ini yang terakhir."
Haisha masih terisak, di dalam sebuah ruangan yang penuh dengan aroma sabun ia hanya seorang diri, netranya yang berair menatap pantulan diri di cermin. Tidak ada Haisha yang ceria ataupun suka tertawa, saat ini keadaannya jauh dari kata baik.
Matanya sembab lantaran menangis cukup lama. Tubuh bagian bawah basah karena cipratan air yang tak kunjung berhenti. Di lantai yang dingin ia mengapit kedua lututnya dan bersandar di pinggiran bathub. Keadaan sunyi, ditambah keadaan ruangan yang hanya diisi pencahayaan yang minim.
Sedangkan Arhesa, ia sudah terlelap dengan tenang. Setelah menemani Haisha karena mimpi buruknya Ia merasa yakin dengan keadaan sang sahabat yang akan membaik. Tetapi ternyata tidak demikian, kini gadis penyuka bunga matahari itu sedang menyakiti dirinya sendiri. Lengan bagian atas yang putih dipenuhi sayatan dalam dengan darah yang terus menetes ke lantai.
Tidak ada erangan sakit, hanya ada Isak tangis yang tidak kunjung meredam. Beberapa goresan lama masih terlihat jelas, bahkan luka minggu lalu yang ia buat belum juga mengering sepenuhnya. Ada sisi lain yang tidak orang ketahui, seseorang yang terlihat bahagia dari luar, di belakang memiliki masalah yang dirinya saja berpikir jika kematian adalah solusinya.
"Ihhh gendut."
"Mukanya jelek, banyak hitam-hitamnya."
"Katanya dia cuma anak pungut. Kenapa bisa sekolah di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aillard
روحانيات{Cover by Azizah ☁️} "Gue maunya suami yang modelan Gus-Gus wattpad. Bukan malah ketemu mafia gadungan kayak elo." "Kamu perempuan atau laki-laki sih? Selalu aja marah-marah gak jelas. Kamu mau modela gus kan? Yaudah nanti aku lamar pekerjaan jadi...