Part 8

399 31 4
                                    

"Aku tidak ingin mengekangmu dalam urusan cinta, hanya saja aku tidak ingin kamu terjerumus dalam maksiat."

–Arhesa Hanum Hanania Akbar

***

Jakarta, Indonesia
Tahun 2018

Masjid agung At-Taqwa yang berdiri di pusat kota Jakarta sedang mengadakan kegiatan tabligh Akbar. Beberapa ustadz dan ustadzah duduk di bagian depan ditemani hidangan ringan yang sudah disediakan oleh pihak panitia. Tak lupa Arhesa yang notabenenya menyukai kegiatan tersebut turut mengajak Haisha untuk ikut serta. Ia duduk bersebelahan dengan gadis keroppi itu tepat di bawah kipas angin, wajahnya berseri-seri seakan memenangkan penghargaan.

"Nggak mungkin kalian akan bahagia, kalau kalian mencintai sesuatu melebihi cinta kalian pada Allah dan rasul-nya. Nggak mungkin kalian akan dapat apa yang kalian inginkan kalau kalian mencintai seseorang atau sesuatu melebihi cinta kalian kepada Allah dan rasul, itu nggak mungkin.

Bukan hanya gak mungkin, bahkan Allah mengancam dengan sebuah ancaman, fatarabbasu, hati-hati kalian kata Allah. Artinya nggak boleh seorang hamba itu menduakan cintanya kepada Allah dengan cintanya kepada makhluk, itu gak boleh.

Kalau dia mencintai makhluk, harus karena Allah. Kalau dia mencintai makhluk bukan karena Allah, Allah bilang fatarabbasu, hati-hati. Kenapa kita gak berani bertaruh untuk Allah? Ini masa depan nih yang kita pertaruhkan. "Kalau saya gak pacaran, apakah saya tetap akan menikah?" Taruh aja taruhannya sama Allah.

Allah bilang, siapa yang Istiqomah, kami tolong dia. "Aduh ... Kalau saya putusin, ntar dia sama yang lain gimana ya?" Gak usah khawatir, udah aja, pertaruhkan masa depan kita sama Allah, nanti kita akan bilang "untung dulu saya putusin."

Mendengar ceramah agama mengenai perasaan Arhesa tersenyum geli. Cinta, hati, lawan jenis, semuanya benar-benar bisa membuat manusia buta kepada sang pencipta, terlebih saat ini dimana zina sudah merebak ke seluruh bumi dan dianggap wajar. Butuh asupan iman agar hati tidak mudah goyah, itu yang Arhesa lakukan sekarang. Sesekali tangannya menari di atas kertas menuliskan beberapa kalimat penting agar menjadi pengingat kala dirinya futur.

Namun lain halnya dengan gadis yang ada di sampingnya. Haisha, ia dengan santainya menyandarkan punggungnya ke tembok sesekali menutup bibirnya yang terbuka lebar dikarenakan sudah terlalu mengantuk. Terkadang kepalanya hampir terjatuh mengenai lantai, beruntunglah ada mukena yang menahannya. Arhesa yang melihatnya hanya bisa menghela napas panjang.

"Haisha, kamu dengerin semuanya 'kan?" tanya Arhesa, saat ia sudah berada di pelataran masjid. Dirinya keluar terlebih dahulu karena melihat keadaan Haisha yang tidak bisa tertolong lagi.

"Dengerin, apa? Eh Kajiannya udah selesai? Alhamdulillah ... Ayo kita ke kafe, gue laper!" Kata Haisha senang.

Yang awalnya sedikit linglung saat ini ia lebih segar, dengan cepat ia memakai sepatunya dan menarik lengan Arhesa untuk segera menjauhi masjid. Berbagai jenis makanan ia sebut-sebut di sepanjang perjalanan.

'Astaghfirullah' Arhesa membatin berusaha sabar.

Tidak seperti di dalam masjid yang lemah dan seperti kekurangan nutrisi, kini Haisha begitu semangat bahkan beberapa kali gadis itu meloncat-loncat kegirangan. Letak kafe yang dituju juga tidak jauh, tepatnya ada di seberang jalan, Karena letaknya yang cukup strategis, tempat itu terlihat sangat ramai. Banyak pasangan muda-mudi yang turut memeriahkan suasana di tempat.

"Lo mau pesen apa? Biar gue traktir," kata Haisha bangga, tangannya menunjukkan dompet hitam yang lumayan tebal.

"Tadi kenapa Haisha gak dengerin ceramahnya? Padahal bagus loh."

AillardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang