Yukhi Putra Fresuro
Lelaki itu hanya menatap kosong keluar jendela yang memperlihatkan hamparan pohon pinus yang di terpa cahaya sang rembulan. Duduk beralaskan lantai di samping ranjang tempat tidurnya. Berharap sebuah kebebasan, keluar dari sangkar yang di berikan oleh si majikan.
"Ada tapi dimana?" Gumamnya pada angin yang berhembus melewati wajahnya.
"Jika kau ada, ciptakanlah takdir bahagia untukku. Aku akan berusaha untuk memperjuangkannya jika kau menuliskan kisah menyenangkan dalam hidupku. Aku berjanji akan hal itu" tekadnya, lelah dengan hidupnya yang bagaikan burung merpati yang bersangkar.
7 tahun ia tidak bertemu dengan kedua orang tuanya, 7 tahun ia tidak keluar dari sangkarnya, 7 tahun pula ia tidak mengenal manusia diluaran sana kecuali ajudan sang ayah.
Usianya kini menginjak 22 tahun, namun ia tumbuh dewasa bukan karena didikan orang tua maupun guru sekolah, setelah putus sekolah di usia 15 tahun, ia tumbuh secara otodidak, belajar dari sebuah kesakitan, menimbulkan sisi hancurnya seperti saat ini, dan dewasa saat belum menginjak umur dewasa.
Dulu ia sangat di manja karena anak tunggal, namun entah mengapa kedua orang tuanya berubah menjadi tega dengan mengasingkannya ketempat sekarang ia berada. Dengan alasan bahwa dirinya memiliki kelainan pada tubuhnya. Hanya dengan sebuah kecacatan, keluarganya malu menampung dan menganggapnya ada. Maka dari itu, ia sangat membenci kecacatannya dan orang yang menutupi identitasnya.
)•(
Pagi, sangat nikmat jika mengawalinya dengan coklat panas dan honey pancake. Tapi tidak dengan lelaki satu ini. Yukhi. Masih tetap di ranjangnya sampai sang surya berada tepat diatas kepala.
Ia sedang memikirkan bagaimana caranya pergi dari tempat terkutuk ini. Ia tidak memiliki alat komunikasi, tidak juga memiliki koneksi baik dengan orang orang di mansion mewah ini. Ia berada di pedalaman hutan pinus, dimana keluarganya membeli satu pulau yang hutannya tidak main subur dan rindang. Nyatanya pun pulau ini sudah di sediakan ketika ia berusia 3 bulan hidup di dunia oleh keluarganya sendiri. Pengasingannya pun sudah direncanakan 15 tahun yang lalu sebelum ia benar benar diasingkan.
Berulang kali ia berusaha untuk kabur, namun cara yang ia lakukan selalu gagal, dan berakhir dirinya yang terlelap di kamarnya berhari hari.
Sebenarnya ada satu ide yang ia pikirkan untuk bebas, dan ia sedang menimang untuk melakukan ide itu atau tidak. Namun ketika ia mengingat kembali kesehariannya yang hanya berdiam diri di kamar selain menangis, merenungi nasib, makan, mandi, berolahraga ringan, dan kegiatan normal lainnya membuatnya bosan dan tersiksa, ia bertekad untuk keluar, bebas dari jeruji ini.
Dan satu hal, ia memiliki DID (dissociative identity disorder) yang muncul setahun setelah ia diasingkan. Penyakit itu muncul karena kontrasnya kehidupan sebelumnya ia diasingkan dan kehidupan sesudahnya ia diasingkan.
Kadang kala ia merasa bahagia karena orang tuanya begitu menyayanginya dan memanjakannya. Tapi sewaktu waktu juga ia merasa sangat sedih atas kelainan dan perubahan sikap keluarganya. Dan kepribadian yang sesungguhnya adalah ketika ia waras dan ingin hidup bebas seperti saat ini. Menyadari perbedaan kehidupannya dulu dan sekarang.
Ia beranjak dari tempat tidurnya. Keluar guna mencari makanan. Ah tidak, tapi mencari kesempatan untuk mencuri telepon genggam milik bodyguard atau pelayan di mansion ini. Benda itu yang sekarang ia butuhkan. Ia tidak mengenal siapapun disini bahkan ia lupa bagaimana kehidupan diluar sana. Maka dari itu ia akan menggunakan ponsel itu untuk langkah awalnya berkenalan dengan dunia.
![](https://img.wattpad.com/cover/272247559-288-k715914.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MIDNIGHT
FanfictionMarvhin Elrio Putra Fresuro, Putra tunggal dari keluarga Fresuro yang diasingkan ke pedalaman hutan pinus, namun ia melarikan diri karena DID(dissociative identity disorder)nya. Menyusuri perkotaan, menjalani kehidupan layaknya manusia normal, dan...