"Dunia adalah panggung sandiwara"
༺♥༻
Bismillahirrahmanirrahim..
Suara keributan itu kembali terdengar, di tengah malam yang sudah mulai larut. Keributan dari dua orang berlawanan jenis. Mereka bahkan tak memperdulikan seorang gadis kecil berumur 8 tahun yang duduk di sudut ruangan.
"Umi.. " Gumamnya lirih menenggelamkan kepalanya di lutut.
Teriakan itu masih tak kunjung berhenti, Sabira menghela nafas panjang. Matanya melirik adik perempuan nya yang tengah tertidur.
Suara langkah terdengar, buru-buru ia masuk kedalam selimut, berpura-pura tidur?
"Sa.. " Suara lembut namun bergetar menyapa pendengaran nya. Usapan kecil pun dirasa.
Sabira bangun. Ia tersenyum manis ke arah sang umi yang menatapnya sendu.
"Siap-siap ya, besok kita pergi ke rumah Abah" Tuturnya mengelus kepala Sabira.
Sabira mengernyit "kan belum libur semester umi"
"Nanti umi bilang ke gurunya, sekarang kamu siapin keperluan kamu ya" Umi tersenyum manis
Sabira mengangguk. Menuruti perintah sang umi.
"Maafin umi ya,nak"
---
Kaki kecil itu melangkah, senyum masih mengembang diwajahnya ketika ia beserta umi dan sang adik sudah sampai di kampung halaman Abah nya.
Sebuah desa yang masih asri. Rumah-rumah disana berjejer rapi dengan sebuah hutan pohon karet diujung jalan sana.
Rumah abah nya terletak diujung, didepan sebuah sekolah dasar yang memiliki lapangan rumput sangat luas. Namun bukan hanya rumah abah nya saja, ada beberapa rumah lainnya.
Di Desa ini masih terdapat banyak tanah kosong juga lapangan yang besar. Jalannya pun sudah di aspal namun untuk diujung jalan sana masih berupa kerikil.
Para tetangga yang mengenal sang umi menyapa. Ramah sekali. Bahkan berkali-kali Sabira harus menyalami para tetangga ramah itu.
"Pulang kampung Wi?" Sapa seorang wanita paruh baya. Sontak umi menoleh dan menghampirinya.
"Iya nih Bu, apa kabar?" Tanya umi setelah salim.
"Allhamdulilah baik, wah itu Sabira ya? Udah gede ya? Makin cantik" puji ibu itu tersenyum ramah pada Afisha.
Sabira membalas senyuman itu dan menyalami punggung tangan nya. "Terimakasih bu"
"Sama-sama"
"Yasudah Bu, Wi pamit dulu ya. Mau ke rumah Abah" pamit umi.
"Iya-iya, sok mangga " (Silakan)
Umi tersenyum lantas mengajak Sabira kembali berjalan, Sabira tentu senang melihat para tetangga yang menyapanya itu.
Hingga sampailah mereka di sebuah halaman rumah dengan tembok berkeramik merah khas jaman dulu. Dikanan kiri rumah itu terdapat tanah kosong yang diisi beberapa pepohonan.
"Assalamualaikum!" Seru Sabira semangat di depan halaman rumah Abah* nya
"Wa'alaikumussalam" sahut suara dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SABIRA STORY
ספרות נוער⚠[ FOLLOW SEBELUM BACA! ]✅ Bismillahirrahmanirrahim, Terkadang rencana Tuhan sangat tak bisa ditebak. Bisa saja apa yang kamu harapkan berbanding terbalik dengan rencana-Nya. Manusia adalah makhluk sosial. Hidup saling berkerja sama. Hidup haruslah...