Bismillahirrahmanirrahim..
"Perkenalkan saya Sabira"
༺♥༻
Pagi yang cerah. Suasana desa masih sepi, bahkan udaranya pun masih sangat dingin. Namun Sabira sudah duduk bersila di teras dengan lembaran kertas ujian serta alat tulis.
Kemarin umi pergi ke sekolah lamanya. Mengambil kertas ujian dan mengurus segala surat-surat pindah sekolah.
Ya, Sabira resmi pindah dari sekolah lamanya. Setelah menyelesaikan ujian akhir semester ia akan kembali sekolah, namun disekolah barunya. Sekolah yang tepat berada di hadapannya itu.
Sabira membaca beberapa materi yang ada di buku lamanya. Ujiannya akan dimulai jam tujuh. Aneh bukan? Dirinya ujian di rumah sedangkan teman-temannya disekolah.
"Mereka udah ada disekolah gak ya?"
"Mereka cariin Sabira gak?"
"Ami,Fahri. "
Batin nya bertanya-tanya.
Sepiring roti goreng dan susu ada dihadapannya. Sabira tersenyum menatap umi yang juga membalas senyumannya.
"Semangat ujiannya!" Kata umi sambil mengelus kepalanya, Sabira mengangguk.
"Yaudah umi mau siapin dagangan dulu,"
Sabira kembali mengangguk. Tatapannya masih tertuju pada uminya yang kini tengah menata gorengan dan minuman sachet di sebuah warung kecil yang 3 minggu lalu dibangun oleh umi serta pedagang-pedagang disana.
Sebuah warung yang terbuat dari bambu. Usaha kecil-kecilan umi. Bukan hal baru lagi jika uminya berdagang, dulu saja sang umi pernah menjadi pedagang toserba.
Sabira tersenyum senang ketika jalanan mulai ramai oleh para pedagang dan murid yang hendak sekolah. Mereka tampak rapi dengan setelan merah putih serta topi dan dasi.
"Nanti aku sekolah disini" gumamnya masih memperhatikan kerumunan manusia dengan setelan merah putih di warungnya.
Pasti mereka hendak membeli jajan atau sarapan di warung sang umi. Yang menjual roti goreng,es, dan segala makanan yang belum ada disana terkadang juga bubur kacang hijau menjadi menu . Sangat enak jika dimakan di pagi hari yang dingin.
Sabira bergegas mengisi lembaran ujiannya. Ia harus cepat membantu umi yang sudah kerepotan melayani para pembeli.
Pukul sembilan ia sudah selesai mengerjakannya. Lantas bergegas menuju warung di halaman rumah Abah. Dilihatnya dagangannya sudah hampir ludes.
Sabira mengambil teko lalu mengisinya. Ia juga mengisi air panas di termos. Lalu membantu umi membuat roti goreng dengan berbagai selai.
Sabira kembali mengambil kayu bakar lalu meniup pelan Hawu* dengan Songsong. Jika ia terlalu meniup nya kencang maka akan dipastikan wajahnya akan menghitam pun dengan gorengan yang kini ada di wajan.
Mereka tidak memakai kompor. Bukan, bukan karena tak ada. Hanya saja hawu* lebih hemat. Lagipula abah nya tak mengizinkan kompor miliknya untuk dipakai di warung.

KAMU SEDANG MEMBACA
SABIRA STORY
Teen Fiction⚠[ FOLLOW SEBELUM BACA! ]✅ Bismillahirrahmanirrahim, Terkadang rencana Tuhan sangat tak bisa ditebak. Bisa saja apa yang kamu harapkan berbanding terbalik dengan rencana-Nya. Manusia adalah makhluk sosial. Hidup saling berkerja sama. Hidup haruslah...