Part 2 | In Your Eyes

59 5 2
                                    

🎶 Dj Snake ft. Justin Bieber - Let Me Love You



Rafael Boselli

Ponselku berbunyi dan aku menggerang kesal, aku baru memejamkan mataku brengsek!

"Ya?"

"Dimana kau? Kau tidur?"

"Ya, baru saja aku akan menikmati jika kau tidak menelponku"

"Kemarilah!"

"Dua puluh menit lagi" Lalu ku tutup telefon sepihak.

Aku berjalan menuju kamar mandi. Membasuh mukaku dan bergegas turun kebawah.

Joan Boselli, adik perempuanku, seseorang yang mampu membuat hariku berwarna. Jangan menganggapku berlebihan, memang seperti itu aku mendiskripsikan seorang wanita yang sangat spesial di hidupku.

"Kau tidur semalam?" Tanyanya sambil memberiku sepiring bubur oatmeal dengan taburan potongan pisang, blueberry dan stawberry. Tak lupa susu putih yang ia siapkan di samping piringku.

"Hampir saja" Aku memakan masakannya. Seperti yang kubilang bahwa dia yang membuat kehidupanku berwarna adalah karena sosok ibu yang melekat di dalam dirinya.

Aku seorang pria lajang dan aku cukup bodoh merawat adik perempuanku disaat kedua orang tuaku pergi di hadapan Tuhan. Dan kalian harus tau, disaat aku merasa terpuruk akibat kematian kedua orang tua kami, dialah yang mengangkat ku berdiri tegak.

Dia adalah perempuan berusia 20 tahun yang sangat kuat. Wajah serta rambutnya sangat mirip dengan mendiang ibu bahkan hati dan kekuatannya juga.

Dia yang merawatku yang seharusnya aku yang merawatnya. Kata-kata menggelikan yang selalu kuingat darinya adalah "Kau bekerja saja, jangan memikirkan rumah, kau mencari uang dan aku akan memakai uangmu untuk kebutuhan rumah. Anggap saja kita seperti sepasang suami istri tanpa anak dan merawat kita masing-masing"

Astaga! Perkataannya sungguh membuatku mual beberapa hari. Saat ini Joan melanjutkan sekolahnya di jenjang universitas salah satu terbaik di kota ini. Aku yang menyuruhnya, aku hanya ingin adikku mendapatkan pendidikan yang layak, itu pesan kedua orangtuaku meski mereka tidak berkata langsung.

"Aku akan pulang malam" Ucapnya dengan sesekali memainkan ponselnya.

"Kenapa?" Tanyaku dan memperhatikan dirinya sebentar.

Dia mengalihkan pandangannya dan menatapku, dia tersenyum manis. "Aku ada kencan"

Inilah yang kutakutkan. Aku paham dia adalah perempuan cantik dan selalu tersenyum dan begitu menyenangkan, tetapi tidak dengan berkencan.

Hampir pria di kota ini aku mengetahui gelagatnya. Brengsek. Itu yang pertama. Selanjutnya, bajingan, psikopat, playboy, dan masih banyak lagi.

"Apakah tidak bisa dibatalkan saja, kau harus membereskan rumah Jo" Ucapku pelan, alih untuk melarangnya berkencan.

Tetapi salah satu sifat ibu yang tak kuasai adalah keras kepala, dan itu menurun pada Joan "Astaga! Kau selalu menggunakan alasan itu Rafa, aku juga ingin merasakan hal seperti itu. Jangan melarangku oke? Aku baik-baik saja" Dia tersenyum secantik dirinya.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang