04. Mie Instan

3.9K 171 50
                                    

Kedai pagi itu sudah mau tutup. Ini sudah hampir pukul empat. Suara-suara di Masjid dan Mushola mulai terdengar mengalun di udara.

Jakarta paling indah dan damai hanya ada pada saat subuh saja. Tidak bagi Arga. Matanya sudah berat. Walau jarak sekolahnya hanya beberapa puluh meter saja dari rumahnya, namun tak berarti Arga akan datang tepat waktu ke sekolah.

Jujur saja, bekerja di Kedai memanglah sangat berat. Namun dia suka melakukannya. Lebih suka daripada sekolah. Datang, duduk, tugas. Bosan.

Arga memang murid yang sering terlambat ke sekolah. Bahkan dia lebih senang tidur di belakang kelas ketimbang mengikuti pelajaran.

Yang penting dia tidak pernah cari masalah dengan guru-guru, dan selalu hadir di absen kelas.

"Arga... udah kamu pulang aja. Biar saya nanti yang beresin" ujar Karma pada Arga yang sedang merapikan meja.

"Udah gapapa, Mas. Tinggal dikit lagi kok" ujar Arga.

"Bener gapapa?"

"Iya, Mas, gapapa"

"Kamu tuh besok sekolah loh, Ga!"

"Yang bilang aku libur siapa, Mas?"

"Nanti telat sekolahnya"

"Lebih baik terlambat daripada enggak sama sekali kan?"

Karma tertawa kecil mendengar ucapan sepupunya itu. "Kamu tuh, bisa aja jawabnya"

Arga ikut tertawa kecil. Sampai kemudian seseorang datang mengetuk pintu kedai tersebut. "Permisi... apa masih buka?" tanya lelaki yang tingginya menyerupai tinggi badan Arga.

Arga pun menjawab, "Maaf, Mas. Kami sudah tutup"

Karma memandangi laki-laki yang sepertinya familiar. Tapi samar-samar siapa. Usianya sepertinya sekitar belasan tahun.

"Tolong, Mas. Jadiin gua pelanggan terakhir. Gua laper banget. Daritadi belum makan. Biar cuman mie instan aja" ujar lelaki tampan tersebut.

"Mas. Denger ya, kami baru aja selesai beres-beres! Dan kami capek, jadi tolong dong ngertiin dikit. Kami juga-"

"Udah udah, Arga. Gapapa, biar Mas yang layanin aja. Kamu kalau udah selesai, langsung pulang aja ya. Tapi hati-hati" Karma memotong perkataan Arga.

"Tapi, Mas Karma..." Arga mencoba protes.

"Udah gapapa, Arga"

"Mas, tapi..."

"Gapapa, Arga!"

Ekspresi Arga langsung berubah ketika melihat sedikit penekanan pada kalimat Karma barusan. "Iya, Mas"

"Bisa, Mas?" tanya lelaki itu pada Karma.

"Boleh. Mau duduk dimana, Mas?" tanya Karma.

"Di meja bar gapapa, kan?" tanya lelaki yang mengenakan kaus berwarna hijau tua, dibaluti dengan kemeja gingham hitam putih.

Karma mengangguk, "Iya, gapapa, Mas. Silahkan"

Lelaki itu turut berjalan menghampiri meja bar dan duduk disana.

"Beneran nih, aku pulang aja, Mas?" tanya Arga pada Karma.

"Iya, udah sana" kata Karma.

"Yaudah, aku pamit ya, Mas. Salam alaikum"

"Walaikum salam" jawab Karma, dan lelaki yang ada di meja bar itu ikut menjawab salamnya.

"Jadi mau pesan apa, Mas?" tanya Karma.

Kedai Karma (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang