05. Robusta

3.4K 146 8
                                        

Malam itu baru pukul sebelas malam, Karma yang hendak mengantarkan pesanan pada pelanggan di meja nomor lima itu diperhatikan oleh beberapa pelanggannya yang mayoritas perempuan.

Mereka sepertinya terkesima dan terkagum-kagum oleh pesona Karma yang begitu memukau. Padahal seperti biasa. Karma hanya mengenakan celana pendek hitam, kaus hitam serta celemek hitam cokelat bertuliskan Kedai Karma.

"Mas, Mas namanya siapa sih?" tanya gadis itu yang tersenyum melihat Karma menaruh makanan dan minuman di mejanya dengan sopan.

"Karma, Kak" jawab Karma.

"Nama Instagramnya apa?" tanya gadis itu.

"Maaf, gak punya Instagram" ujar Karma, "Tapi kalau kakaknya mau, ada Instagram kami kok. At Kedai Karma. Di follow aja"

"Tapi Masnya yang mainin?" tanya gadis itu lagi.

"Oh, bukan. Sepupu saya yang pegang. Itu orangnya, Arga" jelas Karma.

"Yaaahh, kenapa gak bikin aja sih, Mas, personal account-nya?" tanya gadis tersebut.

Karma hanya tersenyum, "Maaf ya"

"Yaudah deh" gadis-gadis itu terlihat kecewa.

Karma beranjak dengan nampannya, "Permisi"

Lalu kemudian seseorang dengan kemeja berwarna biru cerah, rapih dengan sebuah tas kantor memasuki kedai tersebut dan berdiri di depan meja barista.

"Mas..." panggil Arga.

Karma menoleh, "Hm?"

Arga memberikan kode pada pelanggan di hadapan Karma.

Karma menjurus ke arah pelanggan yang berdiri tegak dan tampan tersebut. "Selamat malam, Pak. Ada yang ingin di pesan?" tanya Karma.

"Kopi robusta, tapi pake gula ini saja" lelaki itu menyodorkan sesachet gula diet pada Karma.

"Baik, Pak. Mau dipakai semuanya atau setengahnya saja?"

"Semuanya, khusus cangkir"

Karma mengangguk, "Baik, Pak. Silahkan duduk dulu"

Lelaki itu terus memandangi Karma sambil duduk perlahan di depan meja barista tersebut.

Karma malah sedikit takut dengan lelaki satu ini. Lelaki yang terus menatapnya dan membuatnya terlihat aneh dihadapan lelaki rapih ini. Dia hanya diam menatap Karma dengan saksama.

Arga dapat merasakan sesuatu yang berbeda dari Karma. Ada yang salah sepertinya. "Mas, ada apa?"

Karma terengah, lalu menggeleng sambil tersenyum. "Gapapa"

"Oh, okay" Arga kembali mengerjakan pekerjaannya walau masih menelaah heran pada Karma.

"Ini Pak, kopinya" Karma menaruh secangkir kopi tersebut di depan lelaki itu.

Lelaki itu mengangkat cangkir tersebut, lalu meniup airnya yang panas. Sejurus dia pun menyeruput sedikit kopi tersebut. "Agak kurang kental sedikit, but it's okay"

Karma menyunggingkan senyumnya sambil mengangguk.

"Nama saya Risjad" ujar lelaki tersebut tiba-tiba.

Karma menoleh lagi, lalu tersenyum dan menjawab. "Nama saya Karma"

"Karma"

"Iya"

"Nama yang menarik. Terkesan tegas namun penuh dengan balasan"

Karma tak mengerti maksud dan tujuan dari Risjad apa, namun dia memilih untuk mengangguk saja.

Kedai Karma (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang