Tak lama kemudian Wanita itu merasakan haus yang begitu menyiksa dan perlahan menjadi gatal dan kering di tenggorokan.
Wanita itu terbatuk-batuk dan mulai merasakan sesak. "Minum... minum..." dia meminta minum pada Karma.
Namun Karma hanya tersenyum dengan air mata yang terus mengali dipipinya tanpa berkedip.
Wanita itu semakin tak bisa bernapas dan mengalami nyeri yang menusuk di kepalanya. Hingga pandangannya mengabur dan seketika ia terjungkal dari duduknya, terjatuh ke lantai vinyl di kedai itu.
Karma telah menabur racun di minuman susu milik Ibu tirinya tersebut.
Karma memiliki prinsip hidupnya sendiri. Dia tak bisa menunggu lama lagi dengan hal ini. Dia berkeringat deras. Dia seketika tak bisa mengendalikan diri.
Karma menutup pintu kedai dan menguncinya. Lalu dia menyeret kaki Wanita itu ke dalam sebuah kamar rahasia yang selama ini ia katakan sebagai gudang jika Arga bertanya.
Karma lalu membaringkan tubuh Ibu tirinya ke dalam sebuah tungku perapian besar disana. Tempat dimana sudah ia siapkan untuk pemerkosa Ibunya jika ia berhasil menangkapnya. Namun kala itu, Karma mengambil langkah lain dengan memutilasi tubuhnya dan menjadikannya sebagai stok daging serta sup iga, menu andalan kedai Karma.
Karma lalu memutar keran yang isinya adalah pipa-pipa gas dan langsung menjurus ke tubuh korban. Total ada enam pipa dan masing-masing memiliki selot tiga pipa di kanan dan kirinya.
Lalu Karma mengunci tungku besar tersebut setelah memastikan bahwa tempat yang memiliki ruang seluas peti mati itu benar-benar sudah aman.
Tak lama kemudian Wanita itu terbangun karena menghirup aroma gas yang berlebih. Dia mencoba bangun tapi kedua tangannya sudah diikat disana.
Wanita itu panik seketika. Apalagi ketika dia sadar bahwa dia berada di tempat paling mengerikan baginya. "Ohok! Karmaaaa!!! Bukaaaa! Lepaskan saya!!! Toloooong!"
"Ini karma buat Ibu. Yang membesarkan saya dengan pamrih dan tanpa belas kasih" ujar Karma. "Goodbye, motherfucker"
Tit. Karma menekan tombol merah yang adalah pematik api dari pipa tersebut.
Sejurus kobaran api pun menggelegar dengan dahsyat membara di tiap sisi dari pipa tersebut.
Jeritan wanita itu begitu memekik di telinga Karma kala dia merasakan kulitnya mulai mengelupas. Tulangnya berbau gosong dan rambutnya benar-benar habis. Dia merasakan suhu panas yang benar-benar tidak pernah ia rasakan.
Dibakar hidup-hidup. Dikremasi hidup-hidup. Tak pernah terbayangkan sekali saja meski sedetik pada wanita tersebut. Dia menjerit kesakitan dan bisa melihat Karma dari jendela jeruji kecil di tungku tersebut. Tengah tersenyum manis kepadanya sambil melambaikan tangan.
Tak lama kemudian sisalah tulang berulang disana yang sudah menghitam dan merah menyala bak arang yang terbakar.
Karma puas melihatnya. Karma lalu keluar sambil membawa salah satu bara api dari sisa tulang Wanita itu dengan sebuah capit makanan.
Kemudian dia membuat kopi hitam dengan air biasa. Sambil bersedih, dia memasukkan secuil arang tulang itu ke dalam gelas yang berisi kopi tadi sampai menjadi buih panas mendidih.
Karma terdiam lama, dia menunggu. Apa menurutnya langkah yang ia buat sudah tepat. Dia menangis. Dia nampak manis ketika menangis dengan baju hitam polosnya.
Lalu dia menyeruput kopi arang itu perlahan. Menikmati rasa yang pahit, sepahit hidupnya.
Karma rupanya tak sendiri. Sejak tadi Arga sudah lama menyaksikan kejadian demi kejadian dari balik pintu belakang kedai Karma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Karma (END 21+)
Roman pour AdolescentsWarning : LGBT Content (21+) Homophobic, silahkan baca cerita lain ya. Menceritakan Karma (20) yang setiap malam bekerja di kedai milik Ibunya, dan berdekatan dengan tempat pelacuran malam. Tiap Malam Karma akan menemukan orang-orang baru yang datan...