vii.

3 1 0
                                    

Matahari sudah hampir sampai di titik tenggelamnya. Mobil berlalu lalang, kebanyakan dari Kota. Banyak anak SD terlihat berjalan menyusuri jalan menuju sekolah. Toko toko berisi buku berjejer di kanan kiri jalan. Aroma buku sangat pekat. Kampung Pustaka namanya. Jika kalian tanya orang orang, kemungkinan besar mereka tidak tahu kampung ini. Ya, resiko kampung kecil.

Aku menuruni sepeda, lantas berlari kecil. Aku memutuskan untuk berhenti di kedai buku keluarga Aji. Ramai sekali rupanya,

'Klining klining!'

Aji melihatku sekilas tanpa tersenyum. Lalu, kembali mengerjakan pekerjaannya.

"Hai, Selamat datang." Kok berbeda dari biasanya? Aku menaruh sepatu di rak sepatu. Dan, mendekati Aji.

"Aji, tolong novel Delisa!" Aku harus melakukan sesuatu. Aku tak boleh kalah.

"Baiklah," Lalu Aji balik badan mencari Delisa. Apaan ini?!

"Terimakasih." Aku langsung pergi ke kasir. Mengambil dompet dan mempersiapkan uang.

"20 rebu Neng!" Ucap Pak Jaya. Wah, tumben, sudah turun harga ya?

"Nih, pak. Makasih ya pak!"

Lalu, ku gowes sepeda butut warna cokelat ini menuju Pusat Makanan di dekat Sekolah.

Hari ini terik sekali! Ingin cepat cepat pulang, menyalakan kipas angin dan tiduran. Sebentar lagi sampai!

Ku duduk di salah satu meja, lalu menaruh buku itu disebelah Vera. Ya, aku dan Vera sepakat untuk bertemu disini.

"Aji tahu rencana kita, Akasia." Ungkap Vera. Aku dengan cepat menoleh terkejut.

"Nggak mungkin." Aku menggeleng.

"Benaran, Akasia!" Tidak mau percaya.

Aku hanya menggeleng lalu membaca buku yang kubeli tadi.

050621

akasia✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang