Chapter 12 : Stalker

17.1K 1.9K 80
                                    

Babang Maxi kambeeeeek...

Semoga kalian suka ya 😘

Happy reading~

🍓🍓🍓


Dengan wajah senang, Lileya kembali ke tempat semula setelah membenarkan lisptiknya dan seorang pria menunggunya di ujung lorong dengan senyum. Pria itu berada di awal usia tiga puluhan, dengan mengenakan kemeja hitam dan celana jins hitam. Rambutnya agak pirang dengan mata biru cerah.

Lileya membalas senyumannya, ketika pria itu mengulurkan tangan dia meraihnya dan punggung tangannya segera dicium. Rasa geli menggelitik di sekujur tubuhnya, membuat Lileya hampir muntah. Disentuh oleh pria asing yang menjadi targetnya adalah hal yang selalu dia hindari, karena selalu membawa rasa mual padanya. Dia tak suka seseorang menyentuhnya dengan sembarangan––terkecuali untuk Maxi, tentu saja dia masih mentolerir pria itu.

"Joe Ryan," kata pria itu.

"Cherry," balas Lileya masih dengan senyum memikat.

Pria itu berdiri di sampingnya, mengulurkan tangan ke pinggulnya tapi Lileya bersikap malu-malu dengan bergeser sedikit sambil menundukkan kepalanya. Dia bertingkah seperti gadis penari yang masih perawan dan malu-malu.

"Apa kau mau menemaniku minum, Cherry?" tanya Joe Ryan lagi.

Sambil menggigit bibirnya Lileya mengangguk, dan tangannya digenggam pria itu dibawa ke meja bar. Sepanjang jalan, semua pasang mata memperhatikannya. Bahkan ada seorang pria setengah mabuk yang melintas, pria itu mengulurkan tangan hendak menyentuh bokong Lileya. Akan tetapi tanpa diketahui siapa pun Maxi muncul di dekatnya dan segera mencengkeram tangannya yang terulur, lalu memelintirnya kuat-kuat hingga terdengar suara 'krak' yang teredam musik––Hanya Maxi yang bisa mendengarnya, dan dia begitu puas.

Pria itu jatuh tersungkur sambil berteriak karena lengan kanannya yang patah. Suara musik yang keras meredam teriakan penuh kesakitannya, dan orang-orang hanya meliriknya dan menganggapnya begitu mabuk. Maxi tiba-tiba membungkuk dan meraih pria itu dengan wajah seperti pahlawan.

"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya pada pria setengah mabuk itu dengan ramah.

"Seseorang baru saja mematahkan lenganku!" teriak pria itu. Suaranya terdengar keras, tapi tidak begitu jelas. Orang-orang jelas tak akan memerhatikannya.

"Kau mabuk dan jatuh sampai mematahkan tanganmu sendiri," balasnya, sambil membawa pria itu yang tangannya terkulai. "Hector!" panggil Maxi sambil melambaikan tangan.

Hector segera keluar dari balik meja bar, meninggalkan Lileya dan Joe Ryan yang baru saja duduk. Dengan wajah patuh Hector melirik pria di tangan Maxi, kemudian meraihnya.

"Pesankan taksi dan kirim dia kembali ke rumahnya," perintah Maxi.

"Oke, Bos."

Hector pun membawa pria itu yang masih menangis kesakitan, dan Maxi berjalan kembali ke meja bar dengan sikap tenang dan profesional.

Ketika berdiri di depan Lileya dan Joe Ryan, dia menatap keduanya dengan senyuman di bibir tapi tak ada senyuman di matanya.

"Berikan aku satu botol," kata Joe Ryan pada Maxi.

Maxi hanya mengangguk kecil, kemudian menatap Lileya dengan misterius. Secara bersamaan Lileya pun sedang menatapnya, hingga pandangan mereka bertubrukan. Dengan senyum manis di wajahnya, Lileya mengedipkan mata pada Maxi, bermaksud untuk menggodanya. Tanpa Lileya ketahui, Maxi ingin menghancurkan kepala seseorang saat ini juga.

🍓🍓🍓


Malam semakin larut, dan orang-orang sudah tak terkendali. Sebagian sudah pergi, dan sebagian tertidur di kursi karena mabuk. Sebagiannya lagi masih minum-minum. Ada beberapa juga yang masih sadar, seperti Lileya yang sedang menyangga pipinya dengan tangan dan siku yang bertumpu di meja bar. Dia memandang pria di depannya yang sudah mabuk dengan kepala terkulai di meja.

Dangerous Ex-Husband (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang