Chapter 22 : Another Side of Maxi

17.4K 1.9K 75
                                    

Babang Maxi kambeeeek...

Semoga kalian masih suka yaaa~



*** 


Malam semakin larut dan keduanya masih berada di halaman belakang dalam keheningan. Ketiga kucing lainnya sudah bergelung di atas rumput sambil tertidur, sedangkan Maxi sudah menguasai tempat mereka di sisi Lileya.

Semilir angin musim gugur menerpa keduanya, menerbangkan anak-anak rambut di wajah Lileya. Dia memandang ke depan, pada kegelapan diantara rimbunnya pepohonan besar.

"Aku pernah berpikir Ayahku adalah Ayah paling baik. Dia sangat baik dan memanjakanku," kata Lileya.

Maxi memandang Lileya dalam diam, kemudian bertanya, "Lalu?"

"Lalu ... aku sadar bahwa dia adalah Ayah paling buruk yang pernah kutahu." Sambil mengedikkan kedua bahunya, Lileya merapatkan jaket Maxi di tubuhnya. Kakinya terangkat, dan Maxi menjejak tanah untuk menggerakkan ayunan kayu itu hingga berayun.

"Apa yang Ayahmu lakukan pada kalian?" tanya Maxi lagi.

Lileya menoleh, menatap wajah Maxi. Wajah main-main dan menggoda seperti biasanya kembali muncul. Dia tersenyum seraya bertanya, "Coba tebak?"

Maxi balas menatapnya dengan mata biru gelapnya yang misterius, kemudian menyeringai. "Dia sangat posesif pada Ibumu," tebaknya.

Senyum main-main di wajah Lileya lenyap, digantikan dengan helaan napas pelan. Pandangannya kembali lurus ke depan, menerawang ke kejauhan seakan memaksa untuk membuka masa lalu. "Benar, dia sangat tergila-gila pada Ibuku. Saat itu aku baru berusia sepuluh tahun. Perannya sebagai Ayah dan suami yang baik telah lenyap. Untuk pertama kalinya, dia memukul Ibuku dan mendorongku dari tangga. Dia bilang tidak sadar dan sedang dalam emosi yang tak stabil."

"Dan Ibumu tidak mau meninggalkannya karena cinta. Kau bahkan mulai takut menghadapi Ayahmu sendiri."

Lileya mengangguk kecil, kembali menoleh untuk menatap Maxi. Matanya memicing curiga. "Kenapa kau tahu?"

Maxi memajukan wajahnya dengan seringai misterius. "Coba tebak?"

Dengan sebelah tangan Lileya mendorong wajah Maxi agar menjauh. "Pasti mendengar percakapanku dengan Ibuku. Kau penguping yang andal."

"Kupikir Ibumu sedang berusaha menerima Ayahmu, apa pun kekurangannya. Dia sedang menunggu Ayahmu berubah seperti sebelumnya."

"Tidak ada tempat untuk kekerasan pada wanita dan anak-anak," balas Lileya sambil menekan dada Maxi dengan telunjuknya. "Sekali mereka melakukannya, akan ada yang kedua dan ketiga kalinya."

Maxi menangkap telunjuk Lileya di dadanya, kemudian menggenggam tangannya. Dia memandang Lileya dengan bibir terkatup dan pandangan serius. Pandangannya begitu gelap dan dalam, seakan ada dinding besar yang menutupi segala macam yang ada di baliknya.

"Aku setuju," balas Maxi. "Tidak ada tempat untuk kekerasan pada anak-anak dan wanita baik-baik."

Lileya memandang wajah Maxi, merasa bahwa tatapan gelap dan dalam yang tersembunyi itu menyimpan banyak sekali hal gelap. Dia merasa bahwa Maxi berkali lipat lebih misterius dari biasanya. Ketika dia menarik tangannya, Maxi menariknya juga ke arahnya hingga tubuh Lileya terjatuh di dadanya.

Maxi bahkan tidak membiarkan Lileya menarik diri, merengkuh tubuhnya dan memeluknya dengan erat di dadanya, membuat Lileya mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Sama halnya denganku yang tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi," bisik Maxi, dengan nada dalam.

Lileya mendongak, menatap rahangnya dari bawah. Dia melihat Maxi yang menatap ke depan dengan pandangan gelap. Lileya menyentuh rahang Maxi sambi berkata, "Apa kau sedang merayuku?"

Dangerous Ex-Husband (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang