TMG #34 - Mengizinkan

1.7K 96 14
                                    

Happy Reading 🎉




Sella akan mendaftarkan Rian di taman kanak-kanak elit di Jakarta. Ia akan melihat seberapa mandirinya anak ini. Dan seberapa kuat anak ini.

Sekarang mereka sedang menuju ruang kepala sekolah sambil menggandengan tangan. Dengan senyum ceria Rian tampilkan.

Dan mereka pun mengetuk pintu sebelum masuk dan dipersilahkan masuk setelah mendengar jawaban dari dalam ruangan.

"Mari duduk." Kepala sekolah itu sangat ramah. Mereka duduk dan berbincang mengenai pendaftaran dan lainnya. Namun, kepala sekolah itu terlihat ragu. "Apakah Anda yakin ingin mendaftarkan anak berumur 4 tahun ini?"

Sella melirik sinis. "Apa ia tidak bisa bersekolah karena baru umur 4 tahun?" Kepala sekolah itu terkesiap melihat perubahan sikap Sella. "Tidak, bukan itu. Saya takut ia kesulitan memahami pel-,"

"Apa kau meremehkannya?" potong Sella. Dan dijawab gelengan cepat. "Baiklah, Nak mari sini. Di sini ada beberapa pilihan kelas, jika kau memilih kelas D kau mungkin masih bisa sedikit memahaminya, dan bla bla bla."

Sial, guru itu masih secara tidak langsung meremehkan Rian. Saat Sella akan kembali berbicara, tangannya tiba-tiba disentuh oleh Rian. Sella pun melihat ke arah Rian yang bermaksud menenangkannya.

"Lian akan ilih elas A," putus Rian. Kepala sekolah itu terperangah dan Sella yang tersenyum remeh. "Apa kau yakin, Nak? Ini kel-,"

"Bisakah Anda berhenti berbicara dan percepat ini semua?!" Sella benar-benar tidak tahan lagi.  Kalau saja tidak ada Rian yang menenangkannya. Ia sudah akan menebas kepala itu.

Kepala sekolah itu mengangguk cepat dan mengetik formulir Rian ke dalam kelas A, lalu Sella menandatangani formulir itu.  Mereka pun menuju kelas A karena Rian sangat tidak sabar ingin merasakan bersekolah.

Sella melihat Rian memperkenalkan dirinya. Saat akan menyebut marganya, Rian terlihat ragu membuat Sella mengernyit.

Ia pun mendengar batin anak-anak di kelas itu. Mereka mengatakan kalau Rian adalah keluarga miskin dan kurang mampu. Sella mengepalkan tangannya. Sekolah ini benar-benar buruk beretika.

Saat akan melangkah masuk ke dalam kelas, batin Rian terdengar. Tenangkan diri Kakak. Mereka semua gak tau, kalau Rian punya Kakak yang sangat luar biasa hebat dan tentu saja sangat kaya. Hehehe, maafkan Rian karena memanfaatkan Kakak.

Sella yang mendengarnya tersenyum tipis, ia bahkan merasa senang karena berguna di hidup Rian. Kakak bangga sama kamu Rian. Kakak sangat senang, sungguh.

Kali ini, hari ini. Ia benar-benar merasa sangat senang, bukan karena Rian diejek tapi karena Rian adalah anak yang kuat. Dan ia senang Rian mengakui dirinya di kehidupannya.

Kakak pergi dulu, belajar yang rajin ya. Kakak tau kamu cerdas dan tentu saja kamu juga kuat. Sella dan Rian saling melambai, sampai Sella tak terlihat saat pintu kelas ditutup.

Sella menuju parkiran dan melirik ke sisi kanannya, menyuruh seseorang mendatanginya. "Jaga Rian dari jauh, dia memang anak yang kuat tapi jangan biarkan dia terluka." Penjaga Rian itu mengangguk patuh. Lalu Sella pergi menuju sekolah.


*****

Bel masuk terdengar nyaring di VIC HIGH SCHOOL. Sekolah menengah atas yang dibangun oleh Sella.

Di kelas XII IPA 1, sedang ada pelajaran kimia. Andar yang merhatikan guru. Renal yang diam-diam bermain game tanpa volume. Viera yang tidak tau sedang melakukan apa dengan pulpen ditangannya. Dan Arson yang sedari tadi melamun.

Arson merasa canggung dengan keadaannya saat ini. Ia tidak merasa nyaman saat dirinya dan Viera seperti memiliki penghalang. Sepertinya ia akan mengajaknya bertemu.

Sedangkan di belakang Arson sedari tadi, Viera merasa bosan dengan keadaan kelas saat ini. Ia secara tidak sengaja melihat ke arah Arson yang tengah melamun entah memikirkan apa. Mengalihkan tatapan, ia pun fokus ke arah pulpen yang dipegangnya.

Saat jam istirahat tiba, mereka bertiga akan ke kantin, namun Arson menolak, ia berkata kalau ia ada urusan. Andar dan Renal pun pergi ke kantin tanpa Arson.

Melihat Viera yang melewatinya begitu saja, Arson pun segera menahan tangannya. Membuat Viera berbalik menatap Arson.

"Apa?" Arson hanya diam saja sambil menatap mata Viera, membuat Viera sedikit malu ditatap seperti itu. "Lo cantik."

Viera bungkam dengan pipi memerah. Apa-apaan ini, tiba-tiba berbicara seperti itu. "Lo ke-napa, sih?"

Arson pun menarik tangan Viera lembut ke arah taman belakang. Dan menyuruhnya duduk di kursi yang ada di situ.

"Sebenarnya lo kenapa, sih?" Arson masih diam membuat Viera kesal. "Kalau lo gak mau ngomong yaudah gue pergi."

Saat Viera akan berdiri, tangannya kembali ditahan oleh Arson. Membuatnya menghela napas dan menoleh ke arah Arson. "Ada ap-"

"Maaf." Arson berdiri dan menatap mata Viera. Dengan kedua jari yang menyatu dengan jari lentik Viera.

"Lo gak salah, Arson," tegas Viera merasa lelah dengan permintaan maaf Arson. "Tapi kenapa lo ngejauhin gue? Lo marah? Lo kesel?"

"Gak! Bukan itu. Gue juga gak bermaksud jauhin lo." Arson mengernyit tidak puas dengan jawaban Viera.

"Yang jelas, Ra. Maksud perkataan lo waktu itu apa? Yang anggap aja kita gak pernah dekat seinci pun." Viera terdiam.

"Jawab, Ra. Jangan diam aja. Gue bakalan minta ma-,"

"Gue takut kita bakalan dekat dan lo tau kehidupan gue." Viera dengan cepat berbicara memotong ucapan Arson.

Arson terdiam, sedangkan Viera menahan tangis. Arson lupa kalau ia bisa saja kembali menganggu privasi Viera.

Arson melangkah semakin dekat ke arah Viera dan memeluknya lembut. "Maafin gue sekali lagi." Viera semakin menangis diperlukan Arson. Ia benar-benar tidak tau kenapa ia menangis, ia hanya merasa sedih.

Arson melepaskan pelukan ketika suara tangis Viera mulai mereda. Ia menatap lekat mata Viera. "Ra, izinkan gue untuk masuk ke kehidupan lo."

Viera kaget, kenapa Arson ingin masuk ke kehidupannya yang berat?

"Lo? Jangan begi-,"

"Gue bakal jagain Lo, Viera," potong Arson tulus. Mata Viera berkaca-kaca, ia terharu.

Ia tidak ingin Arson juga ikut terluka sepertinya, tapi ia turut merasa senang masih ada yang peduli dengannya meskipun orang itu menyebalkan seperti Arson.

Viera pun tertawa pelan dengan mata berkacanya, ia merasa sangat senang sampai tak tahan akan menangis kembali. Arson pun kembali memeluknya dan mengelus lembut rambutnya.

"Gue mengizinkannya, meskipun lo itu sangat menjengkelkan."

*****

Holaa🐨🙋

Ekhem, langsung aja. Sepertinya saya tidak akan mengganti deskripsi cerita sebelum waktunya mungkin . Saya terharu saat inget masa2 dulu. Jadi gak berani buat ngehapus. Gak tega gitu.

Yaudah gitu aja, good night kawan. Selamat membaca juga. Ketemu lagi di part selanjutnya 🙋❤️

The Mafia Girl [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang