7. pengalihan perasaan gelisah

1.5K 68 32
                                    

Sara memainkan ponselnya sembari berjalan menuju gerbang sekolah. Bel pulang sudah berdering beberapa menit yang lalu membuat koridor tampak ramai.

"Sara!"

Sara yang namanya dipanggil menoleh kebelakang dan melihat Zidan berlari sedikit untuk mengejarnya.

"Ada apa?"

"Mau main?"

Sara sedikit terkejut dengan ajakan Zidan masalahnya ia dekat dengan cowok itu baru tadi.

Zidan mungkin merasakan sikap skeptis Sara langsung berbicara menjelaskan.
"Gue sama Zahra.. sebenernya hari ini ulang tahun, mungkin karena gue pikir kita tadi udah deket dan kebetulan dirumah ngadain acara kecil-kecilan jadi gue ngundang lu. Tapi! Kalo lu gak mau juga gak apa-apa! Hehe"

Sara membulatkan matanya. "Jadi lu ulang tahun? Kenapa gak bilang gue gak nyiapin hadiah" sesal Sara.

Zidan langsung tertawa. "Gak usah, kalo mau hadiahnya lu bisa datang ke acara gue.." ucapnya diujung dengan suara kecil takut Sara menolaknya. Jantungnya sudah berdetak kencang menatap gadis didepannya, sejak pertama kedatangan Sara dirinya sudah menyukainya pada pandangan pertama tapi belum ada kesempatan untuk mendekatinya dan seakan Tuhan memberkati dirinya ia dikasih kesempatan untuk bisa dekat dengan gadis yang disukainya lewat kerja kelompok itu.

Sara berpikir sejenak, sejujurnya ia orang paling malas menghadiri acara-acara seperti itu tapi hatinya masih gelisah karena ia merasa bahwa ada seseorang yang sedang mengawasinya membuat ia gelisah dan tak ingin pulang. Jantungnya berdetak tak nyaman mungkin ia lebih baik mengiyakan ajakan Zidan untuk menenangkan hatinya.

"Oke deh, tapi gue masih pakai baju sekolah gak apa-apa kan?"

Zidan tersenyum senang. "Gak apa-apa! Ayo" seluruh tubuhnya terasa panas karena senang.

Mereka pun berbincang sepanjang koridor.

"Tapi Sar, motor gue matic gak apa-apa kan?" Ucap Zidan agak ragu dan itu membuat Sara mengedipkan matanya beberapa kali.

"Emang kenapa kalau matic?" Tanyanya bingung.

"Ya biasanya cewek kan suka motor gede atau mobil gitu.." ucap Zidan masam lalu tiba-tiba dipikirannya melintas dewa sekolah mereka membuat ia tambah masam, mungkin cewek seperti Sara juga pasti mengagumi Noah membuat ia minder.

Tapi yang ia dengar malah suara tawa dari gadis disampingnya membuat jantungnya berdetak tak karuan.

"Dari pada motor kaya gitu sejujurnya gue lebih suka motor matic gak bikin pegel" jawabnya dengan senyum tanpa tahu Zidan melebarkan matanya karena terpesona membuat telinganya terasa panas ia berdeham sebentar menghilangkan kegugupannya dan tersenyum konyol. "Baguslah"

Mereka berjalan berlalu dan Sara merasa tubuhnya terasa santai sepanjang acara. Karena disana begitu hidup, Zidan sebenarnya memiliki keluarga yang besar dan hangat yang tidak pernah ia miliki membuat ia tak menyesal untuk datang kesini.

"Makasih ya udah nganterin" ucap Sara sambil menyerahkan helmnya. Kompleks rumahnya sudah sunyi mungkin karena sudah larut.

Zidan masih dihiasi senyum bahagia. "Sama-sama, juga makasih karena mau dateng"

Sara hanya tertawa lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan kalung dan menyerahkan ke Zidan. "Selamat ulang tahun" ucapnya dengan senyum. "Sorry gak dibungkus dulu" bagaimana ia mau membungkus karena ia juga baru tahu kalau mereka ulang tahun untung ia memakai kalung dan gelang kaki jadi ia bisa memberi mereka hadiah. Ini adalah perhiasan yang dikirim oleh papahnya dan baru ia pakai. Orang tuanya sangat senang memberinya perhiasan atau aksesoris mahal membuat ia tak berdaya. Ia yakin walau perhiasan itu bekas dia pakai tapi itu layak diberikan mengingat bila dua barang itu dijual uang yang didapat pasti tidak sedikit.

Zidan menatap kalung yang dijulurkan Sara jantungnya berdetak kencang. Hiasan itu berupa seperti botol ramuan kuno kecil dengan permata hitam sebagai badannya yang membuat ia senang dan semakin berdebar adalah karena warna permata itu seakan melambangkan warna mata milik Sara membuat ia ingin melompat senang mungkin dengan menatap kalung itu seakan dirinya melihat mata Sara secara langsung.

Sara tahu Zidan merasa tidak enak menerima hadiahnya jadi ia mengambil tangan Zidan dan meletakan kalung itu disana lalu ia mundur beberapa langkah.

Sekali lagi Sara tersenyum. "Sekali lagi thanks buat hari ini" Sara menatap langit lalu menatap Zidan lagi. "Udah jangan bengong, udah malam nanti keburu sepi"

Zidan pun kembali mengumpulkan pikirannya lalu tersenyum konyol dan langsung memakai kalung itu dengan girang. "Gue suka Sar, gue suka hadiahnya" gue juga suka lu, jeritnya didalam hati. "Kalau gitu gue balik ya?"

Sara mengangguk. "Iya hati-hati"

Sara tetap diam disana sampai Zidan menghilang, ia pun berbalik memasuki rumah dan disambut Tante Yanti yang tampak sibuk dengan laptopnya. Begitu terdengar pintu terbuka Tante Yanti mendongak dan tersenyum hangat kepadanya. "Lancar hari ini Sar?"

Sara mengangguk lalu mendekati Tante Yanti dan mengecup pipinya sebagai salam. Mungkin sudah menjadi kebiasannya.

"Kamu mau makan? Tante masih sisain makanan buat kamu"

Sara menggeleng "Sara capek mau ke kamar aja"

"Oke, selamat malam sayang" ucapnya sambil mengecup keningnya.

"Selamat malam" ucapnya sambil menaiki tangga entah kenapa perasaan gelisah yang tadi hilang kini muncul kembali membuat ia lelah.

Ia membuka pintu kamarnya dan menutup kembali. Ia mulai menyalakan lampu kamarnya dan perlahan kamarnya menjadi terang.

Hatinya sedikit rileks tapi langkahnya terpaku begitu menatap jendela

"Noah!!!" Ucapnya syok dan teror. Matanya bersibobrok dengan mata hijau itu membuat ia mundur beberapa langkah.

Noah diliputi aura suram dan perlahan berjalan tapi yang tidak ia sangka baru beberapa langkah Noah malah terjatuh.

"Noah!!"

###

Tolong kalau ada kata yang ketinggalan hurufnya atau jadi aneh bisa dikomen yup.

sssttt..ini rahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang