"Ly beliin aku minum dong! Nih uangnya, aku capek banget soalnya." Titah seorang anak perempuan berumur 8 tahun yang menjadi seorang teman Lysandra dengan gaya bossy nya itu. Jelas-jelas Lysandra pun sedang kelelahan karena sedari tadi dia terus terusan dicurangi dan menjadikannya seakan-akan kalah terus menerus.
"Kok nyuruh aku sih?! Kan kamu punya tangan sama kaki kenapa gak bareng-bareng aja belinya? Kan sama-sama lagi pada capek" Tolak Lily. Tidak, bukannya dia malas karena biasanya dia akan membantu membelikannya dengan ikhlas. Hanya saja Lily itu tipe orang yang akan menawarkan terlebih dahulu jika memang dia mau, bukannya disuruh-suruh layaknya pembantu apalagi dengan kondisi dia yang paling lelah disitu.
"Kamu kok nolak sih? Orang minta tolong juga! Bilang aja males! Udah deh yuk guys kita maen ditempat lain aja!" Sahut Indah memerintah teman Lily yang lainnya. Dan bisa-bisanya semua teman Lily menurutinya?! Sudah numpang main dirumah Lily, dicurangi hingga terus kalah, mainan tidak dibereskan, memerintah membelikan minum, sekarang dia marah marah?! Huh tidak tahu diri!
Dan akhirnya semua temannya pun pulang. Lily tidak menangis, bahkan dia malah mensyukuri itu. Daripada dia menjadi pembantu temannya itu lebih baik mereka pulang saja bukan?
"Ghina sih malah pindah segala! Kan jadinya aku gabisa maen selain sama mereka!" Gerutu Lily. Dia asalnya memiliki sahabat bernama Ghina, namun sayangnya sahabatnya itu pindah rumah yang menjadikan dia kesepian.
🌸🌸🌸
Pagi ini Lily sedang bersiap-siap untuk berangkat kesekolah. Dia menduduki bangku kelas 2 SD dengan prestasi yang lumayan bisa membanggakan. Kulit putih, pipi chubby, matanya yang indah, juga rambutnya yang panjang mendeskripsikan seorang Lysandra Beatrisa Navya.
"Ibu, adek berangkat ya! Firlan udah jemput!"
"Iya, ayo sana berangkat!" Sahut Mita-Ibu Lily. Lily pun tersenyum dan menyalimi ibunya, kemudian ia membuka gerbang rumahnya dan menyapa Firlan juga Ayahnya yang sedang menunggunya.
Dia selalu dijemput Firlan dan Ayahnya, karena rumahnya yang dekat juga Ibu Firlan merupakan teman Ibu Lily. Kebetulan Lily dan Firlan juga sekelas hingga mereka berteman cukup dekat.
15 menit kemudian...
"Sudah sampai. Ayo masuk kelasnya, semangat belajarnya ya!" Ujar Ayah Firlan menyemangati anaknya juga Lily.
"Siap om!"
"Siap Yah!"Ketika Lily memasuki kelasnya, ia tidak melihat keberadaan tas teman sebangkunya di bangku mereka. Saat dia ingin menanyakan ketemannya yang lain ternyata teman sebangkunya itu sudah berada di bangku lainnya.
"Loh? Lia kok duduk disitu? Kenapa?" Tanya Lily heran. Namun pertanyaannya tidak kunjung terjawab, dia pun mengetahui apa penyebabnya.
Dan dari peristiwa itu, Lily hanya bisa bermain dengan Firlan dkk. Hingga akhirnya menduduki kelas 4 baru ada yang menemaninya lagi yaitu Bunga. Dan dari kejadian itu dia menyadari,
Tidak semua orang bisa dijadikan teman, dan memusuhi teman? Itu tidak bisa dibenarkan. Karena dia tau benar bagaimana rasa sepi itu ada.
Hingga akhirnya Lily selalu kaku ketika menemui orang baru, karena dia harus mengetahui lebih dahulu apa orang itu layak dijadikan teman?
🌸🌸🌸
Lysandra Beatrisa Navya
Minggu, 23 Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily and Her Story
Teen Fictionini ceritaku. Dimana aku selalu salah karena terus menerus memilih jalan yang salah. -Lysandra Beatrisa Navya