3

1 1 0
                                    

"Ibuu...gimana sih, ade jadi kesiangannn!"

Ibu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sudah jelas Lily sendiri yang salah karena bangun kesiangan dihari pertama sekolahnya, lihat siapa yang disalahkan sekarang?

"Suruh siapa lelet banget? Ibu udah siap dari tadi, ini malah rewel sendiri."

Lily hanya bisa mengerucutkan bibirnya, kesal. Lily memang akan diantar oleh Ibunya, dengan alasan sekolahnya memang lebih jauh, butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai menggunakan angkutan umum. Sebenarnya tidak terlalu jauh untuk orang lain, karena memakai angkutan umum. Apalagi teman-temannya yang biasa main ke pusat kota itu. Hanya saja, Lily tidak pernah dibiasakan untuk main terlalu jauh oleh Ibunya. Bahkan main ke rumah teman rt sebelah pun tidak boleh. Lily? Dia biasa saja menanggapinya, lagipula dia sudah tidak terlalu suka keluar rumah. Lebih baik main dengan Iboy. Tapi bukan berarti Lily menjadi manja dan penakut, malahan sebenarnya dia berani jika berangkat kesekolahnya sendirian walaupun belum pernah, karena pada dasarnya Lily selalu berpikir 'buat apa takut? Tinggal jalan, naek angkot,terus nyampe'kan?' Se-simple itu.

Setelah memakai sepatunya, Lily pun berangkat bersama Ibu.

🌸🌸🌸

20 menit kemudian

Lily sudah sampai digerbang sekolahnya yang menjulang tinggi. Untung saja, upacar baru akan dimulai.

"Ade kesiangan ya? Gapapa baru mau mulai kok, ayo sini ikut kakak buat langsung baris aja ya." Ucap seorang perempuan yang sepertinya merupakan salah satu anggota OSIS yang menjadi panitia MPLS. Lily pun tersenyum dan mengangguk seraya berpamitan kepada Ibu, kemudian mengikuti Kakak OSIS tadi.

Lily berbaris paling belakang, melihat pembawa acara yang sedang membacakan Susunan Upacara yang sedang berlangsung. Lily termasuk anak yang disiplin, bersikap tegap bagaimana seharusnya. Lagi pulang tidak ada satu orang pun teman yang dikenalnya, karena hanya Lily dari sekolah SD-nya yang melanjutkan kesekolah tersebut.

"SIAAAAAAAP GERAK!"

Pandangan Lily yang asalnya hanya melihat pohon menjadi teralihkan. Dilihatnya seorang laki-laki yang menjadi pemimpin Upacara. Tubuh menjulang tinggi, rahang yang tegas, seragam yang terpasang rapih, kulit putih bersih, tatapan yang tajam, dengan suara yang lantang.

Ganteng banget. -batin Lily

Jujur saja, lelaki itu adalah tipenya seorang Lily. Tetapi tetap saja, ada Febian yang selalu menempati hatinya. Memang banyak lelaki yang tampan, tapi Lily tidak pernah menyukai seseorang hanya karena ketampanannya saja. Jika orang itu tampan, mungkin Lily hanya mengagumi saja seperti pemimpin Upacara itu contohnya.

Upacara berjalan dengan lancar, balon pun telah diterbangkan sebagai pertanda dibukanya kegiatan MPLS. kemudian, saatnya pembagian kelompok. Lily memasuki kelompok 4 yang berisi 8 orang. Ada Ristina, Dea, Putri, Nayla, Fitri, Risa, dan Qila. Apakah Lily malu? Tentu saja ia malu. Tidak ada yang dikenalnya. Karena ternyata dikelompoknya itu sudah bertama sejak SD-nya, hanya Lily yang tidak dikenal mereka. Maklum saja, Lily anak rumahan.

Lily hanya diam dan sesekali menjawab jika ditanya, itu pun hanya senyuman, anggukan, gelengan, Atau kata Iya dan Tidak. Begitulah Lily, tidak mudah beradaptasi cenderung sangat pemalu. Saat baris pun dia hanya akan berdiri paling belakang. Serasa tidak sopan katanya jika berdiri didepan orang yang tidak dikenalnya. Memang Lily bodoh.

Karena ini hanya pembukaan MPLS, maka kegiatan tidak berlangsung begitu lama. Mentor pun hanya memperkenalkan diri dan memberitahu apa saja yang harus dibawa untuk kegiatan MPLS besok.

Lily and Her StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang