Sore hari, bersama senja juga secangkir teh yang menemani Lily dan Ibunya.
"Ly, besok mulai MOP? MPLSnya udah selesai?" Tanya Ibu kepada Lily. Lily hanya mengangguk karena ia sedang meminum teh kesukaannya.
"Yahh.. sayang banget padahal Kak Iqbal ganteng baik banget kan." Ujar Ibu sembari terkekeh. Menggoda Lily.
"Iya nih, Kak Iqbal kan OSIS jadi gabakal jadi panitia MOP." Jawab Lily dengan raut wajab yang disedih-sedihkan.
"Tuh de, cari cowo nanti yang kaya gitu. Pinter, baik, ramah, ganteng lagi."
"Ih apasih bu... masih kecil gaboleh mikirin cowo-cowo."
"Ya gapapa kali, asal jangan pacaran ya cukup temenan aja. Ade kan bentar lagi udah gede, udah sekolah sendiri, serba sendiri harus bisa jaga diri ya."
"Iya, bu. Oh iya, ade mau ikutan jadi dewan penggalang ya bu. Kan waktu SD gaboleh, masa sekarang gaboleh juga." Ujar Lily, ia memang ingin serius mengikuti Pramuka. Memang Pramuka wajib disekolahnya, tetapi untuk menjadi Dewan Penggalang itu tidak sembarangan. Karena Dewan itu akan dijadikan pengurus juga anggota inti Pramuka yang dijadikan sebagai perwakilan jika ada kegiatan diluar seperti lomba, kemah, dan lainnya. Lily memang sangat ingin mengikuti Pramuka. Tapi saat SD ia selalu dilarang oleh gurunya karena kondisi Lily yang mudah jatuh sakit. Bahkan Upacara pun Lily selalu sakit ditengah kegiatan berlangsung.
"Iya, boleh. Asal yang bener ya ikutannya."
"Yeayy... makasih bu. Yaudah, Lily mau masuk dulu ya bu, nyiapin peralatan buat besok." Pamit Lily.Untuk MOP sepertinya lebih banyak peralatan yang harus disiapkan dari mulai seragam, talikur, semaphore, tongkat, dan sebagainya.
Setelah Lily selesai menyiapkan peralatan tersebut, Lily langsung bersiap untuk memasuki alam mimpinya. Ia menarik selimutnya sampai sebatas dagunya. Lily langsung tidur? Tidak, dia melihat kelangit-langit kamarnya. Sedikit mengingat apa saja yang membuatnya bahagia sampai ia sedikit terkekeh mengingat bahwa ia pernah jatuh didepan Febian. Sungguh memalukan.
Flashback on
"Lily tolong dong kamu pinjem sapu nya kekelas sebelah. Sapu kelas kita ilang."
"Okey."
Lily pun berjalan ke kelas sebelah. Ternyata sapu sedang dipakai oleh semua kelas. Tidak ada yang bisa meminjamkan sapunya yang membuat Lily harus berjalan keujung lorong meminjam sapu milik petugas kebersihan sekolahnya. Setelah mengambil sapu itu Lily berbalik untuk kembali ke kelasnya. Lily berjalan dengan santai sampai akhirnya ia mendengar suara yang terdengar familiar ditelinganya. Ternyata ada Febian yang sedang duduk dibangku yang tersedia dilorong tersebut.
Gugup.
Sangat gugup
Lily berusaha berjalan dengan santai agar tidak memperlihatkan kegugupannya. Namun sangat disayangkan tali sepatunya ternyata ingin mempermalukannya.Brukk...
Lily memejamkan matanya. Kenapa ia harus jatuh tersungkur seperti ini.
"Hmmmphh.. Ly kalo jalan hati-hati ya, Febi ada disini kok ga kemana-mana, gausah buru buru gitu." Ucap Febian sembari menahan tawanya, sama seperti Febian teman-temannya pun berusaha keras menahan tawanya.
Lily bangkit, mendatarkan wajahnya, berjalan seolah-olah kejadian tadi tidak pernah terjadi. Ia sudah sangat malu.
"Malu-maluin banget dasar Lily!" Batin Lily merutuki kebodohannya.
Flashback off
Memalukan bukan? Bahkan kejadian itu bukan terjadi sekali, dua kali tetapi berkali-kali. Sangat memalukan bahkan Bunga pun sudah kebal dalam menahan malu karena Lily.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily and Her Story
Teen Fictionini ceritaku. Dimana aku selalu salah karena terus menerus memilih jalan yang salah. -Lysandra Beatrisa Navya