Umur yang cukup

39 10 2
                                    

Rian menuruni anak tangga menuju ke ruang makan, disana sudah ada mama dan papanya yang sudah duduk dengan santai dimeja makan. Terlihat wanita parubaya yang menuangkan nasi goreng ke atas piring.

"Pagi pa, ma" sapa Rian saat sudah sudah bergabung dengan keduanya.

Kedua orangtua itu tersenyum lebar sembari membalas sapaan putrannya.

"Rian harus berangkat sekarang.." ucap Rian yang hendak meraih tangan mamanya untuk ia salim.

Wanita itu menyembunyikan tangannya dan menggeleng dengan raut wajah marah.

"Sarapan dulu Rian, mama sudah masak sarapan untuk kamu ayo sarapan" titah wanita itu yang mengambil piring untuk Rian.

Rian menggeleng dengan cepat, ia menahan tangan mamanya.

"Ma Rian harus berangkat sekarang juga, ada meeting pagi ini ayolah mah" desak Rian yang lompat kecil sambil mengulurkan tangannya minta untuk diraih.

Rian tidak ingat umurnya yang sudah menginjak 25 tahun tapi masih seperti anak kecil yang merengek pada ibunya, ah kalian masih ingat Rian semasa kuliah seperti apa kan. Ayo kita ingatkan lelaki ini kalau dulu dia sangat badboy.

"Pa, ayo bujuk anakmu sarapan!" Ucap wanita itu pada suaminya yang sedari tadi hanya menjadi penonton perdebatan diantara keduanya.

Rian menggeleng pada papanya dengan mimik muka minta untuk dibela agar dibiarkan pergi.

"Ma, Rian--"

"Hm" wanita itu mengangkat alis dengan sorot mata tajam.

"Rian sebaiknya kamu sarapan dulu, papa akan telpon orang kantor untuk menunda beberapa jam meetingnya, silakan duduk" final lelaki itu.

Rian menghembuskan nafasnya perlahan, ia menyampirkan jasnya dikepala kursi yang kosong beserta tas kerjanya. Kemudian Rian memilih duduk dengan wajah dilipat seribu.

"Ayo makan" titah sang mama.

Rian mengangguk selepas membaca doa ia mulai memakan dengan lahap nasi goreng bikinan mamanya, Rian bukannya tidak mau sarapan hanya saja ada satu hal yang Rian benci dari ritual sarapan pagi ini.

"Rian, mama ada kenalan, dia punya anak cewek, anaknya baik rajin pinter, dan seorang penulis terkenal, mama mau kamu coba kenalan sama anak kenalan mama itu, siapa tahu kan" cerocos wanita itu sembari menatap putranya penuh harap.

Rian mendengus, ia memutar bola matanya dengan malas.

"Ma, Rian ga suka dijodohin!" Tegas lelaki itu.

"Mama ga jodohin, mama hanya mengenalkan Rian, membuka jalan untuk kamu" sergah sang mama.

"Tapi ma, Rian bisa cari jodoh sendiri, udah ma mama tenang aja ya" ujarnya.

"Sampai kapan...?"

Rian menghentikan makanannya, ia menurunkan sendok dan garpu yang semulai ia pegang kini ia letakkan diatas piring.

"Ma--"

"Rian, umur kamu sudah sangat cukup untuk menikah, mama ingin melihat anak mama menikah sampai kapan kamu akan sendiri seperti ini, cuek dan tidak mau mencari jodoh" sela sang ibu.

"Jangan bilang kamu masih--"

Omongan wanita itu langsung terhenti saat Rian bangkit dari duduknya dan dengan gerakan kasar mengambil jas dan tasnya.

"Berhenti berpikiran seperti itu ma, Rian sudah melepaskannya sejak lama"

"Rian pergi dulu".

Rian mengambil tangan mamanya paksa begitu juga papanya, ia secepat kilat beranjak dari ruang makan menuju pintu utama. Pagi ini benar benar buruk baginya, mama yang selalu mengacaukan dengan obrolan pagi seperti tadi.

Senja Untuk RianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang