Berkunjung

18 3 0
                                    

Rian tampak berdiri di depan sebuah rumah megah dengan gerbang yang tertutup rapat, senyum kecil terbit di bibirnya tak kalah melihat seorang anak berusia 5 tahun keluar dari rumah dengan bola di tangannya, ia tampak menendang nendang bola itu sendirian.

"Rasyah, ayo main di dalam sayang" ucap seorang wanita yang keluar dari dalam rumah, terlihat wanita itu tengah hamil besar, berjalan menghampiri putranya sedikit kesusahan.

"Permisi" suara Rian.

Mendengar itu, Shafa langsung mengalihkan pandangan ke arah pintu gerbang, dan matanya langsung menemukan seseorang yang tengah berdiri di balik gerbang yang tertutup rapat.

"Siapa.." ucapnya sembari jalan ke arah gerbang, sungguh wajahnya masih samar terhalang oleh pintu gerbang.

"Apa kau tidak mengenali suara ku" ucapnya dengan senyum simpulnya.

Wanita itu tampak menelisik sembari membuka gerbang, dan seketika matanya berbinar saat mendapati sosok Rian yanh berdiri disana.

"Kak Rian" ucapnya dengan wajah ceria, wanita itu tampak antusias.

Rian tertawa melihat Shafa yang wajahnya sama sekali tak pernah berubah, senyum dan wajah ceria itu masih sama seperti dahulu, saat masa kuliah.

"Masuk masuk kak" ajak Shafa sembari membuka pintu gerbangnya.

Rian dengan senang hati masuk dan berjalan bersama Shafa, mereka berdua berjalan ke arah halaman tempat tadi Rasyah main.

"Gibran di rumah..?" Tanya lelaki itu.

Shafa mengangguk sebagai jawaban.

"Om Rian.." ucap anak lelaki itu tampak antusias, ia sudah sangat familiar dengan Rian, karena dari kecil Rian selalu datang kerumah untuk berkunjung.

"Ayo masuk, Rasyah juga ya.." ucap Shafa.

Rian yang melihat wajah Rasyah tampak cemberut langsung menggendong anak laki laki itu, membawanya masuk ke dalam bersama bola yang ada ditangannya.

"Eh, Rian.." tampak Gibran yang hendak jalan ke pintu utama.

Rian tersenyum simpul ke arah Gibran, dan segera menurunkan Rasyah, anak lelaki itu langsung berlari ke arah kamarnya meninggalkan para orang tua.

"Ajak kak Rian duduk mas, biar aku buattin minum.." ujar Shafa yang langsung berjalan ke arah dapur.

"Ga usah repot repot Saf.." ucap Rian.

"Ga repot kok kak.." balas Shafa yang sudah hilang masuk ke area dapur.

Gibran langsung mengajak Rian untuk duduk di sofa yang berada diruang keluarga, tak lama Shafa datang dengan minuman dan camilan yang ia bawa dengan nampan, Shafa dengan perlahan meletakannya di atas meja.

"Aku ke kamar bentar ya, mas, kak.." pamit Shafa dengan senyum kecilnya, kedua lelaki itu hanya mengangguk.

"Hem, Rasyah udah gede ya, padahal baru kemarin gue masih gendong dia, haha dan bawa dia main kerumah masih bayi banget.." ucap Rian, rasanya waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa.

Gibran tersenyum simpul sembari menyeruput kopi hangatnya, "bagaimana denganmu, apa tidak ingin membuat keluarga kecil, apa tidak kepikiran untuk menikah..?" Tanya Gibran, pandangannya lurus ke arah lelaki itu.

Rian diam beberapa saat dan kemudian tertawa kecil, "doain aja, secepatnya.." ucap lelaki itu, selalu itu yang Rian katakan setiap orang menyuruhnya untuk menikah, atau bertanya kapan lelaki itu menikah.

"Gue selalu doain lo, Shafa juga selalu sibuk menyuruh gue mencarikan lo jodoh, bahkan dia menyuruh abangnya Ali mencari gadis untuk lo.." kekeh Gibran, memberitahu.

Senja Untuk RianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang