Langit mulai menampakan senja nya, saat matahari selesai menjalankan tugasnya hari ini. Telingaku mendengar beberapa derap langkah yang terdengar cepat dan terkesan terburu-buru. Kepala ku mendongak saat mendengar seseorang yang memanggil namaku.
"Lun, gue pulang duluan ya? Mas Dani sudah menunggu dibawah," Ujar Alena yang hanya ku balas dengan anggukan.
"Baiklah kalau begitu, dan jangan pulang terlalu malam," pesannya sambil berlalu.
Sekarang ruangan tampak sepi setelah Alena pergi. Sekarang memang sudah jam pulang kantor dan seharusnya aku juga bisa pulang, kalau bukan karena tumpukan kertas di atas mejaku ini.
Mataku masih meneliti laporan-laporan yang kubaca. Sedangkan tanganku dengan asiknya masih bergerak di atas papan berabjad ini. Baru saja aku mendapat laporan dari atasanku untuk merevisi beberapa isi proposal yang aku buat kemarin, dan sialnya harus selesai dan bisa di presentasikan besok. Jadilah aku masih berkutat dengan ketikan-ketikan ini.
Sudah hampir jam tujuh malam tapi tugasku belum selesai juga. Akhirnya kuputuskan untuk membawa pulang tugasku dan mengerjakannya dirumah. Ku kemasi barang-barangku dan mulai keluar dari ruangan divisiku. Kantor sudah terlihat lengang namun masih ada beberapa orang yang belum juga pulang. Kulangkahkan kakiku keluar dari gedung ini dan memutuskan untuk mencari taksi. Tidak terlalu lama, ada sebuah taksi berhenti di depanku dan langsung saja ku langkahkan kak untuk masuk. Sebenarnya jarak rumahku dengan kantor tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai dirumah.
Sesampainya dirumah aku langsung menuju kamarku dan segera mandi, rasanya gerah dan sumpek seharian ini. Setelah selesai, aku mulai membuat pasta, maklum saat ini hanya aku yang ada dirumah. Ayah dan ibu sudah tiga hari pergi ke Solo, sedangkan Rizal adikku masih berada di kampusnya.
Sambil menunggu pasta ku matang, sesekali ku check ponselku karena banyak notif pemberitahuan yang muncul. Kebanyakan membahas masalah reuni SMA. Aku cukup menjadi silent reader disini. Hanya membaca tanpa niat mengomentari obrolan mereka. Dari semua pesan yang kubaca aku hanya menangkap beberapa dari mereka terlihat antusias dengan acara tersebut. Namun ada beberapa yang kurang kurang tertarik, salah satunya aku sendiri. Ku lihat kembali pastaku lalu ku tiriskan. Makan dalam diam, ya rumah ini sangat sepi. Hanya aku yang menempati, sebulan yang lalu ibu datang namun hanya menginap selama satu minggu. Ku rasakan tubuh ku yang sedikit kaku dan terasa pegal, mungkin efek kurang istirahat batinku. Ku rebahkan tubuhku dan merilekskannya, mataku terasa semakin berat yang membuatku memilih untuk mulai memejamkan mata saat tiba-tiba terdengar suara dering ponselku.
"Hallo" sahutku saat menerima telepon.
"Lun, ini aku"***
Saat ini aku sedang kembali menekuni beberapa berkas yang ada di mejaku. Melihat tumpukan kertas dan beberapa proposal ini membuat kepalaku lama-lama menjadi pusing.
Setelah semalam berjuang menyelesaikan laporanku dan akhirnya selesai dipresentasikan tadi. Atasanku kemudian memberikan pekerjaan baru untukku, rasa lelah dan kantuk masih tersisa membuatku agaknya kurang fokus untuk mengerjakan tugasku hari ini. Apalagi setelah mendapat telepon dari seseorang semalam.Flasback
"Hallo" sahutku saat menerima telepon.
"Lun, ini aku" Jawab seseorang disambungan itu.
Tubuhku tiba-tiba membeku setelah mendengar suara yang sangat familiar bagiku. Aku belum berusaha untuk membuka mulut lagi karena kurasa lidahku kelu saat ini.
"Luna, apa kamu masih disana?" Tanya suara di seberang sana lagi.
Akhirnya kuberanikan diri untuk berucap, "Ya, Ardi ada apa?" Tanyaku balik.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, bisakah kita bertemu?" Setelah mendengar pertanyaannya barusan, entah mengapa aku merasa khawatir dan gelisah. Bukan, aku bukannya takut untuk bertemu dengannya. Aku hanya belum siap lagi bertemu dengannya setelah apa yang dia perbuat.
"Luna, ada yang harus aku jelaskan. Aku mohon, bisakah kita bertemu? Aku janji tidak akan lama." Ujarnya lagi berusaha membujukku, seolah dia tau bahwa aku enggan bertemu dengannya. Setelah berpikir tidak ada salahnya mendengar penjelasannya aku pun mengiyakan ajakannya.
"Baiklah, dimana dan kapan kirimkan alamatnya. Aku akan datang".
"Terima kasih Lun, nanti akan ku kabari lagi--".
Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, aku sudah memutuskan sambungan telepon lebih dulu. Tak lama ponselku bergetar lagi menandakan ada pesan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be With You
Random"Karena jika kamu tulus, kamu tidak mungkin menyakitiku bukan?"-Lunara Carissa Adair