Remove You

180 15 5
                                    

Sebelumnya maaf masih banyak typo

Happy reading

--

Mataku terbuka dan mencoba menyesuaikan pecahayaan yang masuk melalui retina mataku. Ku kerjapkan mataku beberapa kali untuk menganalisis tempatku berada. Rasanya tidak asing dengan ruangan ini, sampai ku ingat bahwa ruangan ini merupakan klinik di kantorku.

Sunyi. Kata yang menjelaskan ruangan ini. Tidak ada seorangpun selain aku yang berada di ruangan ini. Siapa yang membawaku kemari pikirku. Dan aku yakin orang itu bukan Ardi.

Kepalaku menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. "Kamu sudah bangun?" Suara orang itu menyadarkan lamunanku.
"Sudah Pak"
"Maaf Pak, tapi kalau boleh tau siapa yang membawa saya kemari?" Lanjutku.

Terlihat orang itu menggedikkan bahunya lalu berkata, "Saya sedang keluar untuk makan siang, sampai tiba-tiba saya melihat kamu pingsan saat menyeberang jalan." Jawaban laki-laki itu membuatku mengernyitkan dahi karena bingung, sampai aku sadar apa yang dimaksudnya.

"Terima kasih karena Bapak sudah menolong saya," kataku akhirnya berterima kasih.

"Dokter jaga bilang kamu kelelahan dan penyakit maag mu kambuh, jadi makanlah ini dan beristirahatlah." Dia tidak membalas ucapanku, namun malah menjelaskan apa yang harus kulakukan sekarang.

"Baiklah, saya pergi dulu kalau begitu" ucapnya lagi setelah membantuku minum obat. Kakinya hendak melangkah menuju pintu keluar saat suaraku kembali terbuka.

"Pak Anggara...sekali lagi terima kasih dan maaf sudah merepotkan bapak"

"Tidak apa, saya pergi dulu." Ucapnya sambil berlalu meninggalkan ruangan klinik.

Sudah dua hari semenjak aku bertemu dengan Ardi dan peristiwa pingsannya aku di jalan aku hampir tidak pernah mendengar kabar dari Ardi lagi. Biarkan dia menyelesaikan masalahnya dengan Karina, aku sudah tidak mau tau lagi.

Sejak saat itu pula aku belum pernah bertemu dengan Pak Anggara lagi. Bahkan saat pertemuan di kantor pun dia tidak terlihat.

Hari-hariku berjalan kembali seperti biasa. Ya, aku mulai terbiasa tanpa adanya Ardi. Aku menenggelamkan diri dalam pekerjaan dan berusaha menghindari segala kontak yang berhubungan dengan Ardi.

Salah satu temanku tiba-tiba menghampiriku dan menyampaikan bahwa Pak Satria menyuruhku untuk keruangannya.

"Ada yang perlu saya bantu pak?" Tanyaku saat sudah menghadap Pak Satria.

"Saya minta tolong kamu menggantikan Shinta untuk survey lapangan untuk promosi siang ini, karena Shinta izin sakit tadi." Pinta Pak Satria yang tak mungkin untuk ku tolak, apalagi mengenai proyek penting perusahaan.

"Baik pak, kira-kira saya harus kesana jam berapa?"

"Kamu nanti kesana sehabis jam makan siang, Gilang dan Rina akan saya utus untuk menemani kamu nanti."

"Baik Pak, ada yang perlu saya kerjakan lagi?"

"Tidak ada, terimakasih. Kamu bisa kembali."

"Permisi pak"

Setelah jam makan siang berakhir, tim kami segera pergi ke tempat survey survey. Cuaca yang cukup terik tidak menghalangi kami untuk melakukan survey. Tempat yang dipilih untuk pemasaran produk kami ternyata sangat strategis. Mengambil sudut yang berada di tengah kota dan merupakan tempat yang cukup ramai. Aku yakin kalau produk kami di promosikan disini pasti akan banyak yang tertarik.

Tak terasa hari sudah sore, kami segera kembali ke kantor. Rencananya laporan hasil survey kami hari ini akan kami berikan pada Pak Satria besok. Bukan berniat menunda pekerjaan, hanya saja laporan itu masih harus sedikit dibenahi.
Sepeninggalan ku dari kantor, aku tidak langsung pulang ke rumah. Kurasa aku butuh sedikit rileks dengan masalah kehidupanku saat ini. Akhirnya aku melangkahkan kaki ku menuju sebuah taman yang tidak jauh dari kantor.

To Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang