move on

199 14 11
                                    

Akhirnya aku bisa mengistirahatkan tubuhku setelah satu minggu dikejar deadline. Aku masih belum beranjak dari tempat tidur, rasanya masih ingin berlama-lama disini sampai suara bell membuatku beranjak. Ku langkahkan kakiku malas menuju pintu masuk rumah ini. Ternyata orang dibalik pintu itu adikku, setelah hampir satu minggu dia menginap di kostan temannya akhirnya dia pulang juga.

"Kakak baik-baik saja kan? Kenapa terlihat pucat" Katanya setelah kami duduk di ruang keluarga.

"Gapapa, cuma kecapean aja."

"Pantas, tapi maag nya tidak kambuh kan?" Rizal memang selalu khawatir dengan kondisiku orangtuaku memang menjadikan Rizal sebagai mata-mataku.

"Aku makan teratur, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Bohong, jelas-jelas beberapa hari lalu aku pingsan karena maagku. "Lihat saja dirimu sendiri, mukamu kusut sekali tau." Balasku sengit.

"Aku cuma kurang tidur kak." Dia menghembusakan nafas kasar dan kembali bicara, "Huuh skripsi membuatku gila." Keluhnya sambil mengacak-acak rambutnya.

"Makanya cepat selesaikan. Dari dulu kakak sudah bilang kan untuk memikirkan skripsimu itu, tapi kamu malah santai santai saja."

"Mana aku tau kalau akan serumit ini."

"Yasudah, cepat mandi biar kakak siapkan makanan untuk sarapan." Setelahnya Rizal langsung menuju ke kamarnya, sedangkan aku segera pergi ke dapur untuk memasak. Limabelas menit bergulat dengan seisi dapur akhirnya aku berhasil menyelesaikan masakanku, walaupun hanya sekedar nasi goreng. Selesai memasak aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku.

Seperti biasa, aku akan memulai ritual mandiku dengan menggosok gigi. Aku melihat pantulan tubuhku di cermin yang tidak jauh berbeda dengan keadaan adikku. Kusut. Wajah pucat, dengan ditambah kantung hitam di bawah mataku. Nampaknya aku kurang memperhatikan diriku belakangan ini. Tentu saja, setelah masalah 'kemarin' aku lebih menyibukkan diri dengan pekerjaan. Ku rasa aku butuh refreshing.

Setelah tigapuluh menit dengan ritual kamar mandiku akhirnya aku kembali ke kamar dan memilih pakaian santai untuk ku kenakan. Sebuah t-shirt dan celana rumahan sudah melekat ditubuhku. Sekarang ku rasakan perutku mulai berteriak meminta diisi.

Saat menuju meja makan, ku temukan Rizal sudah di sana dengan sepiring nasi goreng dan laptop di hadapannya.
"Habiskan makananmu baru selesaikan pekerjaanmu, Zal."

"Tanggung sedikit lagi selesai kak."

"Yasudahlah, terserah kamu aja."
Tiba tiba ponselku berdering menampilkan nomor yang tidak diketahui. Segera ku jawab panggilan tersebut.

"Hallo"

"Hallo! Luna, apa kamu ada acara hari ini?"

"Ehm maaf dengan siapa saya bicara?"

"Ini Anggara, Luna."

"Ah maaf aku tidak tau, nomornya asing sih. Ada apa?"

"Kamu ada acara hari ini?"

"Kebetulan tidak ada"

"Baguslah, mama minta ditemani sama kamu hari ini"

"Ditemani? Kemana?"

"Mungkin ke mall atau memasak di apartement ku. Kalau kamu tidak keberatan tapi."

To Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang