02

92 35 144
                                    

- Ken dan Cappuccino-

Setelah Zia pulang dari sekolah, disinilah gadis itu sekarang.

Kedai Coffee.

Tidak, dia bukan ingin membeli kopi atau bertemu seseorang disini, tapi alasan dia ditempat ini karena ia bekerja sebagai seorang barista dikedai kopi ini.

"Tuh Zia udah dateng" ujar laki-laki disana yang bernama Rizki.

"Lo terlambat tujuh belas detik" ucap cewek berambut keriting sembari menatap Zia meminta penjelasan.

Zia menghembuskan napas pelan, "macet, susah lewat" balasnya singkat. Padahal ia hanya terlambat tujuh belas detik, tapi sudah diinterogasi seperti ini. Apalagi kalau ia terlambat berjam-jam?

"Apa urusannya ama jalanan macet? Lo kan kesini jalan kaki" kata cewek tadi yang bernama Lia. Dia seorang barista juga disini, umurnya lebih tua empat tahun dari Zia.

"Sama aja" balas Zia malas.

"Lain kali jangan telat lagi, kan gue pengen jalan sama pacar gue. Gara-gara nungguin lo, waktu gue buat dandan jadi berkurang" ujarnya dengan mengerucutkan bibir.

"Dah sono lo, cabut" usir Zia ketus.

Lia mengangguk semangat, "oke, lo kerja yang bener, jangan pasang muka datar terus, biar pelanggan ga sawan liat muka lo" katanya sembari terkekeh.

Zia tidak menanggapi omongan Lia. Cewek itu memang tipikal cewek yang ceplas ceplos, namun Zia sudah kebal akan hal itu.  Walaupun umurnya lebih tua dari Zia, tapi sifatnya masih kekanak-kanakan.

"Bye Zia, bye Dino" pamit Lia kepada Zia didepannya dan Dino yang sedang melayani pembeli.

"Ki, lo ga balik?" tanya Lia kepada Rizki.

"Balik lah, gue banyak tugas kuliah" ujar Rizki seraya mengambil tas yang ada diatas meja. Memang, Rizki ini orang yang paling sibuk, dia seorang mahasiswa.

Sebelum Rizki benar-benar keluar, ia menghampiri Zia, "gue duluan ya. Sekarang giliran lo sama Dino yang jaga. Semangat" kata Rizki, setelah mendapat anggukan Zia, cowok itu benar-benar pergi dari sana.

Setelah kedua orang itu tidak terlihat, Zia masuk kedalam, lalu duduk disalah satu kursi. Ia melihat Dino yang sedang sibuk meracik kopi.

"Baju lo kenapa kotor gitu?" tanya Dino ketika menyadari baju Zia yang terdapat noda merah. Cowok itu sudah selesai melayani pembeli, sekarang Dino sedang duduk disamping Zia.

Zia melirik bajunya sekilas, "gapapa" jawabnya.

Benar, Ia masih mengenakan seragam yang terdapat noda merah akibat minuman yang tidak sengaja Ferro tumpahkan tadi. Karena, kalau ia mengganti dengan yang baru, sudah pasti sayang, karena ini sudah jam pulang juga.

Sebenarnya noda yang terdapat pada baju Zia tidak begitu banyak, mungkin masih bisa hilang jika disikat. Namun Zia tetap ingin meminta ganti rugi, lumayan kan seragan baru? Lagi pula seragamnya yang sekarang sudah sangat lusuh dan harus diganti.

"Yaudah, pake apron lo sono" suruh Dino.

Zia langsung mengambil Apron coklat, lalu memakainya. Tak lupa ia juga memakai topi serupa dengan apron yang dipakainya. Apron dan topi ini adalah seragam khusus untuk barista dikedai ini.

"Udah belom lo? Bantuin gue, banyak pelanggan nih" pekik Dino.

"Sabar" balas Zia sambil membereskan barang-barang yang berserakan didalam sana.

KenZiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang